"Baik, Gulu telah selesai mengatur semua informasi. Sekarang, Yang Mulia bisa mulai mengunggah konten novelnya. Saya akan membantu Yang Mulia mengamati aktivitas situs web."
Ternyata mengunggah konten jauh lebih mudah. Jun Ci hanya perlu memikirkan bagaimana jalan cerita novel yang akan ia tulis, kemudian Gulu akan langsung mengatur tata letaknya.
Sistem kerjanya sangat cepat, seperti ledakan monster bertangan banyak!
Jun Ci mengambil mangkuk dan menulis jalan cerita novelnya di dalam benaknya sambil makan.
Yang dia tulis kali ini adalah novel tentang masa depan kekaisaran dengan menggunakan latar belakang kerajaan.
Dia ingin menyederhanakan bahasa yang sulit dipahami di zaman modern ini dengan mengurangi penggunaan istilah teknis yang hanya dipakai selama periode kekaisaran.
Isi plot novelnya perkiraan akan berkisah tentang putra tidak sah dari seorang jenderal yang memiliki kehidupan yang tak terduga di Kerajaan Antarbintang. Dia berhasil mengatasi segala kesulitan dan memutar kehidupannya menjadi lebih baik.
Jun Ci menulis sebagian besar bab novelnya menggunakan imajinasinya sendiri. Dia juga mengadaptasi dari peristiwa-peristiwa penting di masa lalu, seperti cerita Su Shuang, teman lamanya yang juga merupakan anakĀ seorang jendral, dan juga kehidupan pribadinya sendiri.
Novel antarbintang ini tidak hanya menarik untuk dibaca, namun juga memiliki jalan cerita yang sangat realistis. Pasti akan sangat populer begitu dirilis nanti.
Sampai selesai makan, Jun Ci sudah menulis 10.000 karakter selama setengah jam.
Jun Ci memikirkan judul novel yang cocok dengan zaman ini, dan akhirnya dia memilih judul 'Sejarah Kejayaan Kekaisaran Antarbintang'.
Tidakkah kedengarnya terlalu menipu?
Tapi Jun Ci ingin membuat novel bersekuel. Bagaimana mungkin cerita tentang kerajaan antarbintang yang luar biasa itu dinarasikan hanya dalam satu novel?
Selain itu, bukankah film-film populer sekarang memiliki lebih dari satu sekuel?
Jun Ci sangat percaya diri.
Ia membuat sinopsis dengan mengambil kalimat secara acak dari isi novelnya. Meski hal ini akan kurang menarik banyak pembaca, yang umumnya menentukan baik buruk sebuah novel dari judul dan sinopsisnya untuk menentukan hidup dan mati ketertarikan pembaca dalam memilih membaca novelnya atau tidak, namun Jun Ci tidak khawatir sama sekali. Dia yakin bahwa selama ada yang membaca novelnya, karyanya itu pasti bisa tersebar luas.
Jun Ci meletakkan mangkuk dan sumpitnya, lalu ia berbalik badan dan turun dari tempat tidur. Setiap gerakannya tampak begitu tenang dan elegan, "Gulu, pertama-tama, kau langsung unggah dulu sepuluh ribu kata yang sudah aku tulis ini. Aku akan lanjut menulis lagi nanti."
"Baik, Yang Mulia."
Jun Ci membuka pintu dan berjalan keluar sambil membawa sebuah mangkuk kosong.
Zhang Changming sedang minum anggur, dan seluruh anggota keluarganya sedang makan malam.
Begitu melihat Jun Ci berjalan keluar, dia langsung memicingkan matanya dan melirik anak itu.
"Bajingan."
Umpatan itu keluar dari mulut Zhang Changming.
Ini sudah seperti kata favorit yang selalu dia ucapkan setiap kali melihat Jun Ci.
Jun Ci seolah-olah tidak mendengar apapun.
Dia meletakkan piring dan sumpit di dapur. Begitu berjalan keluar dari dapur, dia melihat Zhang Nian di samping meja dengan ekspresi suram. "Kau tidak mencuci piring? Apa tanganmu patah!"
Nada bicaranya sungguh tidak enak didengar.
Zhang Nian memiliki penampilan yang biasa-biasa saja. Bagaimanapun juga, orang tuanya, Zhang Changming dan Fu Cuihua, juga berwajah biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Jadi, bagaimana mungkin putri mereka itu memiliki penampilan yang luar biasa?
Penampilan Zhang Nian sama sekali tidak menarik, bahkan tanpa harus terlihat kejam saja dia sudah membuat orang lain muak melihatnya.
Jun Ci hanya menyipitkan mata menatap Zhang Nian.
Zhang Nian merasa ada ketakutan yang tiba-tiba muncul di hatinya.
Selama hidup di lingkungan kekaisaran bertahun-tahun, Jun Ci sudah biasa memasang tampang angkuh.
Tapi sekarang, seolah ada senjata tajam dengan ujung pisau di dalam matanya. Siapapun yang melihatnya akan mendapat tekanan yang besar.
Semacam ada yang membuat lawannya mengurungkan niat tanpa alasan. Ditambah dengan wajah Jun Ci yang menakutkan seperti hantu. itu, Zhang Nian seketika merasa gemetar ketakutan.
Keringat dingin pun membasahi dahinya.
Dasar sampah busuk! Sejak kapan tatapan sampah tak berguna ini terlihat sangat menakutkan seperti ini?
Zhang Nian sangat ingin memaki-makinya, tetapi dia menyadari bahwa tenggorokannya terasa tercekat, hingga membuatnya tidak bisa bersuara dan bahkan tidak berani menatap mata Jun Ci!
"Praang!"
Tiba-tiba Zhang Changming membanting mangkuknya.
"Dasar kau bajingan tengik! Kenapa kau menatapku seperti itu, hah? Kau ingin memukul kakakmu? Dasar kau anjing busuk!"
Zhang Changmin langsung bangkit berdiri dan memaki-maki dengan penuh amarah, kemudian dia berjalan ke arah Jun Ci dengan emosi yang berapi-api.