Chereads / EXTRAORDINARY LOVE / Chapter 21 - Chapter 21

Chapter 21 - Chapter 21

"Lo aja sama gue,"

"Ogah! Mending tiduran di rumah enak," jawab Aurel sembari memakai helm yang diberikan Rega untuknya.

"Besok siang gue jemput lagi di rumah lo,"

"Kalau gue nggak mau? Tetep maksa?" tanya Aurel pada Rega.

"Gue nggak akan maksa, tapi kalau lo nolak cara satu satunya adalah," Rega berhenti tidak meneruskan perkataannya.

"Kok digantung? Apa cara satu satunya?" tanya Aurel Pada Rega sembari mengangkat sebelah alisnya heran.

Rega diam dan menyalakan mesin motornya.

"Naik dulu, nanti gue tinggal nangis kan berabe," jawab Rega yang menyuruh Aurel naik di boncengan motornya.

"Mulut lo minta di servis!" geram Aurel memberikan tatapan tajam pada Rega.

Rega hanya tertawa melihat wajah Aurel yang menurutnya sangat langka dan lucu. Aurel lantas naik di boncengan Rega. Merekapun pulang setelah makan dan ngobrol berdua di cafe membahas Vando yang harus diawasi gerak geriknya saat berkumpul bersama seperti beberapa hari yang lalu.

Perjalanan yang tidak memakan banyak waktu untuk menuju rumah Aurel dan melaju dengan kecepatan sedang. Mereka berdua dalam perjalanan diam seperti tadi dengan saling memikirkan dibenak masing masing.

Rega yang mencerna perkataan dirinya sendiri yang cukup konyol tadi, bisa bisanya mengatakan menculik anak orang yang tak lain adalah Aurel jika tidak mau diajak makan siang. Sementara Aurel juga memikirkan jika dia diculik Rega saat rebahan di siang hari dan tau tau saat bangun sudah ada di cafe dengan muka bantalnya.

Entahlah memang keduanya terkadang sama sama absurd. Dan akhirnya mereka berdua sampailah di rumah Aurel yang didepan rumah Aurel sudah ada Erwan yang duduk dikursi depan rumahnya sembari meminum secangkir kopi hitam dengan santai.

Rega yang melihat Erwan duduk didepan berfikir kalau laki laki paruh baya itu tentunya papa Aurel, tengah menunggu Aurel pulang.

"Itu om Erwan mau makan gue kali ya? Muka nya serem banget Rel," ucap Rega pada Aurel sembari memegang lengan Aurel bagai anak kecil yang takut akan dimarahi oleh Papanya.

"Papa nggak mau marahin lo ataupun makan lo, papa emang gitu kalau gue jalan malam sama cowok dia akan nunggu gue didepan rumah sampai gue pulang," jelas Aurel, membuat Rega sedikit lega.

Langkah kaki Aurel yang berjalan menuju papanya mendadak berhenti karena Rega yang masih memegang lenganya.

"Gue kan udah bilang, papa nggak akan marahin lo! Percaya sekali sama gue nggak rugi kok!" Aurel mulai geram dengan Rega.

Rega malah menggeleng tidak jelas membuat Aurel pasrah memilih diam dan mendengarkan Rega.

"Lo bilang kalau papa lo seperti ini setiap lo jalan atau keluar malam sama cowok. Sebelum sama gue keluar malam sama siapa lo?" tanya Rega sok marah dengan Aurel.

"Lah kok kepo, hahaha," Aurel malah menertawakan Rega yang ingin tau dengan siapa dia keluar malam sebelum bersama Rega.

Erwan yang memperhatikan putri cantiknya itu tertawa dari jauhan, merasa tenang dan merasa sedikit yakin bahwa Rega bisa menjaga dan membuat Aurel terus tertawa.

"Eh papa mertua juga ikutan senyum, lihat Rel," Rega melihat ke arah Erwan yang tengah tersenyum ke dia dan Aurel.

"Papa mertua dari jonggol! Mimpi kok tinggi sekali," cibir Aurel melirik sinis Rega.

"Harimau betina jangan ganas ganas, nanti pawangnya kewalahan," ucap Rega pada Aurel membuat Aurel geleng geleng mendengar ucapanya.

"Pertanyaan gue belum lo jawab. Dengan siapa lo jalan malam sebelum bersama gue Aurel putrinya pak Erwansyah calon mertua gue," kata Rega panjang lebar malah ditinggal Aurel berjalan begitu saja.

Rega menghembuskan nafas pasrah, lagian besok saja dia bertanya pada Aurel saat disekolah. Rega pun bersalaman dengan Erwan dan ngobrol sebentar dikursi depan rumah Aurel itu.

"Selamat malam om mertua, eh om Erwan maksudnya," Rega menutup mulutnya sendiri karena sengaja mengeluarkan kata mertua didepan Erwan dan terutama Aurel.

Aurel dibuat melotot ke arah Rega yang hanya dibalas cengiran tak berdosa.

"Nama kamu Rega bukan?" tanya Erwan pada Rega.

"Benar om nama saya Rega Putra Hariwijaya," jawab Rega menjabarkan nama panjangnya didepan calon mertua fikir Rega dalam hatinya yang sekarang meronta ronta mendapat lampu hijau oleh papa Aurel.

Aurel kemudian masuk untuk mengganti baju dan setelah itu keluar lagi untuk berbicara bersama dengan papanya dan Rega. Rega melihat jam tanganya yang masih menunjukkan setengah sepuluh malam yang menurutnya masih sore dan bisa lebih lama mengobrol dengan Erwan dan juga Aurel di rumah Aurel.

Hilda yang tadinya di kamarnya yang sedang melipat baju, dibuat keluar karena suara gelak tawa Erwan dan Rega yang terdengar sampai didalam kamarnya. Wanita cantik paruh baya itu melangkahkan kakinya menuju luar rumah dan mendapati suaminya tengah bercanda ria dengan Rega teman putri kesayangannya itu.

"Seru banget mama nggak diajak," ucap Holda dari ambang pintu, membuat Rega berdiri dan bersalaman dengan Hilda.

"Mama mertua didalam jadi Rega nggak berani ngajak berbincang disini hehe," sahut Rega membuat Aurel memutar bola matanya malas.

Kali ini kata mertua menjadi embel embel Rega dalam memanggil kedua orang tua Aurel. Hilda yang melihat tingkah lucu Rega dan kesopanan Rega merasa bahwa putrinya akan terus tersenyum dengan dekat bersama Rega.

"Ini udah malam, lo nggak pulang? Kalau mama lo marah gimana? Trus lo nangis karena dimarahi kan lucu," ucap Aurel pada Rega membuat Rega tertawa.

"Yang nangisan kan lo, kok jadi gue dibawa bawa juga," sahut Rega yang tak ingin kalah dengan Aurel.

"Aurel kok malah ngusir temanya sih, nggak baik sayang" tegur Hilda pada Aurel.

"Iya iya ma, Rega lo mau nginep di rumah gue? Tapi sayangnya gaada kamar yang lebih di rumah gue em--"

"Aurel jangan mulai deh," ucap Hilda memotong perkataan Aurel.

"Biasa tante Aurel memang kalau sama saya suka nyebelin tapi aslinya dia sayang sama saya," sahut Rega asal tak lupa dengan senyuman manisnya.

"Kalian berdua pacaran?" tanya Erwan pada Aurel dan Rega.

"Iya, nggak!" jawab Aurel dan Rega bersamaan dengan jawaban yang berbeda.

Hilda dan Erwan dibuat bingung sendiri dengan kedua anak muda ini, yang satu jawab iya dan yang satunya lagi jawab tidak. Yang mana yang benar? pikir Hilda dan Erwan.

"Lo kalau malu jangan di perlihatkan gitu dong," ucap Rega pada Aurel.

"Gue sama lo nggak pernah pacaran! Temenan dan berantem setiap hari iya," jelas Aurel jujur.

"Nggak percaya," Ucap Hilda dan Erwan bersamaan membuat Aurel dan Rega sama sama terkejut.

Ternyata mama dan papa Aurel mengira kalau Rega dan Aurel pacaran. Mereka bisa saja menebak kalau keduanya pacaran karena sangat cocok dan bisa katakan sangat couple goals.

"Lo sekarang pulang, besok sekolah!" Aurel mendorong Rega untuk menyuruh Rega segera pulang, sebelum melebar kemana mana nantinya.

Rega melambaikan tanganya sembari senyum ke arah Hilda, Erwan, dan juga Aurel untuk tanda pamit pulang.

Aurel juga masuk kerumah bersama Hilda dan Erwan setelah Rega pulang. Di dalam rumah, Erwan dan Hilda masih sempat bertanya pada Aurel dengan pertanyaan yang sama.

"Kalian berdua benar pacaran kan?" tanya Erwan pada putri cantiknya itu.

"Sangat beruntung memiliki pacar yang seperti Rega pasti," Hilda berbicara sembari menaikkan kedua alisnya ke atas.

"Mama sama papa kok jadi gini sih?! Rega gara gara lo!!" Batin Aurel berteriak didalam hati.

Hatinya berteriak dan jantungnya sedari tadi masih dagdigdug tak karuan, dan sesekali dia tersenyum kecil.

Keesokan paginya Rega tengah bersiap semangat untuk berangkat pagi agar bertemu dengan Aurel. Setelah bersiap didalam kamarnya Rega berjalan ke bawah dan sarapan pagi bersama Farah dan Hari. Dalam bersiap Rega sangat bersemangat dan sekarang sarapan pagi pun tidak kalah bersemangat dan lahap.

Farah dan Hari yang melihat putranya bergembira menjadi tenang dalam hati karena pertanda Rega lebih dari baik baik saja seperti biasanya.

"Ma, pa Rega berangkat sekolah dulu bay," Pamit Rega ke Hilda dan Hari setelah sarapan dan bersalaman dengan kedua orang tua paruh baya itu.

Rega mengambil kunci motor sportnya di wadah khusus kumci motor dan mobil di garasi rumahnya. Dia menaiki motornya memakai helm dan melajukan motornya ke rumah Andrian terlebih dahulu. Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di rumah Andrian.

Sesampainya di rumah Andrian, Rega memarkir motornya dihalaman depan rumah Andrian yang cukup luas. Langkah kakinya berjalan menuju pintu depan rumah Andrian dan mengetuknya. Saat pintu terbuka Rega langsung tersenyum dengan deretan gigi putihnya, dan yang ada didepanya ini adalah,

"Gue kira orang minta sedekah!" kesal Andrian pada Rega dengan ucapan asalnya.

"Apa lo bilang? Minta sedekah?! Wah parah sih lo," Rega bergeleng tidak menyangka Andrian bisa mengira bahwa dia disangka orang meminta sedekah.

"Lebih parah juga lo, temen main ke rumah malah diusir!" ucap Andrian bedasarkan kenyataan.

"Nyindir lo?" tanya Rega pada Andrian dengan senyum sinis.

Andrian berjalan begitu saja menunu garasi rumahnya untuk mengambil motor dan segera berangkat sekolah, daripada bertengkar dengan Rega tidak ada habisnya.

"Dahlah gue dikacangin," ucap Rega sok pasrah.

"Nyatanya nggak penting buat dijawab, karena apa yang gue bilang itu nyata. Real!" sahut Andrian sembari menyalakan mesin motornya.

"Kan sama aja lo nyindir gue!" geram Rega pada Andrian.

"Gue nggak merasa nyindir, kalau lo merasa ya nasib!" ucap Andrian tanpa beban.

Mereka berdua pun berangkat ke sekolah bersama dan tidak menjemput Beni, Yoga dan Reza sebab sudah kirim pesan di grub mereka sudah sampai disekolah lebih dahulu.

Dalam beberapa menit perjalanan Rega dan Andrian sampai disekolah, mereka berdua turun dari motor masing masing dan mendorong motor menuju parkiran yang sudah disediakan didalam sekolah.

Langkah kaki Rega dan Andrian berjalan bersamaan dari parkiran menuju kelas. Namun saat ditengah mereka berjalan menuju kelas ada keributan dan disana terlihat Dania menangis terduduk diantara murid yang mengerumuni Dania.