Tidak masalah menerima bantuan orang lain.
Hal itu tidak akan membuatmu terlihat lemah.
* * * * *
"Jadi kau berencana memberi peralatan yang kau butuhkan untuk persiapan kuliah?" tanya Zach setelah mendengar alasan Misty pergi sendirian.
Misty yang masih mengunyah makan malamnya menganggukkan kepalanya. "Kupikir mudah mencari tempatnya dengan menggunakan peta online. Tapi ternyata dugaanku salah."
"Terkadang peta tidak memberikan petunjuk yang jelas." Zach menyantap mushroom bourguignon.
Misty menganggukkan kepalanya. "Kau benar. Apa kau tahu? Aku bahkan tadi menemukan dinding besar yang menghalangi jalan, padahal di peta menunjukkan aku harus melewati jalan itu."
"Kau tidak menembus dinding itu atau melompatinya, bukan?" Zach terkekeh membayangkan apa yang putri baptisnya lakukan seperti yang diucapkannya.
Misty ikut tertawa karena ucapan Zach. "Mana mungkin aku melakukannya. Aku bukan hantu atau pun ninja."
"Lalu apa yang kau lakukan?"
"Aku memutar mencari jalan yang lain. Tapi hasilnya aku malah tersesat."
"Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi."
Misty memicingkan mata menatap Zach. "Membiarkan apa? Membiarkanku tersesat?"
"Membiarkanmu tersesat dan menjadi makanan empuk bagi para pria hidung belang. Karena itu biarkan aku menemanimu besok."
Mata Misty melotot kaget. "Me-menemaniku? Tapi bukankah kau harus bekerja besok?"
"Aku bisa melonggarkan jadwalku besok siang."
"Tapi aku tidak ingin merepotkanmu lebih banyak lagi, Zach." Misty tampak tidak senang mendengar ide itu. Meskipun dia suka membayangkan akan pergi bersama dengan Zach, tapi dia tidak ingin menjadi beban bagi pria itu.
"Bagaimana jika aku ingin direpotkan olehmu, Misty?"
Misty tampak bingung mendengar ucapan Zach. Dia berpikir pria itu hanya sekedar bercanda dengan ucapannya. Tapi melihat wajah Zach tampak serius membuat Misty yakin jika pria itu sedang tidak main-main.
"Aku serius dengan ucapanku, Misty. Aku memang sangat ingin direpotkan olehmu karena aku ingin membantumu. Selama ini kau selalu terbiasa mengerjakan segala sesuatu sendirian. Sehingga saat kau datang ke rumah ini, kau sama sekali tidak meminta bantuan apapun padaku. Jadi aku bingung bagaimana caranya agar aku bisa membantumu."
Lalu Misty teringat kejadian tadi pagi. Sebenarnya dia ingin meminta bantuan Zach untuk meminjamkan Jeremy agar dia mau mengantarkannya pergi. Tapi karena kejadian tak terduga yang membuat pipinya terasa panas membuat Misty mengurungkan niatnya.
"Ada apa dengan pipimu? Kenapa memerah? Apa kau sakit?" tanya Zach melihat kedua pipi Misty meronda merah.
Misty menyentuh kedua pipinya. "Ti-tidak. Aku tidak apa-apa. Sebenarnya aku memang ingin minta bantuanmu tadi pagi, Zach. Tapi aku sangat malu."
"Malu?" Lalu Zach teringat kejadian pagi tadi yang membuat Misty berteriak kaget dan berlari keluar dari kamar. Kemudian dia teringat penjelasan Jeremy perihal dirinya yang telanjang dada.
"Ahh... Sebenarnya tadi aku menelponmu karena aku ingin minta maaf soal kejadian tadi pagi. Aku terbiasa hidup sendirian, Misty. Aku lupa jika kau sekarang tinggal di sini. Jadi aku belum merubah kebiasaanku tadi pagi. Tapi percayalah kau tidak akan melihatnya lagi. Aku akan mengubah kebiasaanku untuk mengenakan pakaian di kamar mandi." Zach menjelaskan.
"Seharusnya aku yang minta maaf, Zach. Aku sudah masuk ke dalam kamarmu seenaknya sendiri."
Zach menyunggingkan senyuman. "Karena kita sama-sama minta maaf, maka hasilnya impas. Jadi besok kau mau pergi bersamaku?"
Misty menganggukkan kepalanya semangat. Zach tersenyum melihat tingkah Misty yang menggemaskan.
"Kalau begitu aku akan menjemputmu jam sebelas."
"Siap, Bos." Misty memberikan hormat layaknya tentara.
Zach terkekeh dan mengulurkan tangannya mengelus puncak kepala Misty dengan penuh kasih sayang. Mereka pun melanjutkan acara makan malam mereka.
* * * * *
Leroux departement store yang terletak di Boulvard Haussmann, adalah departement store terbesar yang ada di Paris. Tempat itulah yang menjadi tujuan utama Zach membawa Misty keesokan harinya. Misty melihat keluar jendela dan melihat nama 'Leroux' tercetak besar di tengah gedung departement store yang mengusung gaya baroque.
"Leroux? Jadi ini salah satu departement store yang kau miliki?" tanya Misty menoleh ke arah Zach.
"Tentu saja. Siapa lagi pemilik nama Leroux?"
Misty mendecih melihat ayah baptisnya membanggakan namanya. "Kau sombong sekali, Mr. Leroux."
"Tidak sombong. Hanya mengungkapkan fakta."
"Ya. Ya. Terserah. Yang penting aku harus membeli barang-barang yang ada dalam listku." Misty mengeluarkan list belanjaan yang sudah dirancangnya semalam.
"Kapan kau membuat list itu?" Zach membelokkan mobil sportnya ke basement.
"Semalam. Karena aku akan berbelanja dengan pria terbaik di dunia, jadi aku harus memanfaatkannya." Ungkap Misty dengan senyuman lebar.
"Pria terbaik di dunia?" Zach mengikuti panggilan yang disebutkan oelh Misty.
"Benar. Pria terbaik di dunia. Karena saat ini aku belum memilki kekasih, maka hanya kau yang kuanggap pria terbaik di dunia."
Zach terdiam mendengar ucapan Misty. Terutama saat mendengar kata 'kekasih'. Dia membayangkan Misty pergi berkencan dengan pria lain. Sialnya hatinya merasa tidak rela gadis itu pergi berkencan dengan pria lain.
Setelah memarkirkan mobilnya, Zach dan Misty pun berjalan keluar. Misty tampak manis mengenakan rok merah dengan kaos biru polkadot. Sedangkan Zach tampak menawan dengan mengenakan setelan biru tuanya. Misty yakin ayah baptisnya akan membuat semua wanita terpesona.
Zach meraih tangan Misty dan berjalan memasuki departement store. Gadis itu merasa senang melihat genggaman tangan Zach yang menyelimuti tangannya. Setelah menaiki lift menuju lantai atas, Misty segera menarik Zach dari toko satu ke toko lain untuk melengkapi list belanjaannya. Dari alat tulis lengkap, sketchbook,hingga cat. Zach bisa melihat Misty tampak begitu bersemangat.
Tapi seperti dugaan Misty, Zach menarik perhatian banyak wanita. Bahkan Misty bisa mendengar para wanita yang memuji ketampanan ayah baptisnya. Tapi yang membuat kesal mereka membicarakan Misty dengan buruk. Mereka bertanya-tanya bagaiaman Misty bisa bersama dengan Zach. Alhasil Misty memilih mengajak Zach pergi dan membeli beberapa keperluan lainnya. Setelah berjalan keluar dari toko, Misty mengamati kantong belanjaannya dengan senang.
"Biar aku saja yang membawanya." Zach mengambil alih kantong belanjaan di tangan Misty.
"Apa kau lapar?" tanya Zach.
Misty melihat jam di tangannya yang menunjukkan jam makan siang sudah lewat. Dia terlalu asyik membeli peralatannya hingga tidak menyadarinya.
"Aku sangat lapar. Sepertinya aku bisa memakan piringnya sekaligus." Misty mengelus perutnya.
Zach tergelak mendengar candaan Misty. "Kalau begitu kita makan dulu sebelum pulang."
"Kau pergi saja dulu. Aku akan ke toolet sebentar."
"Baiklah. Aku akan memesankan sesuatu untukmu." Misty menganggukkan kepalanya sebelum akhirnya berjalan meninggalkan Zach.
Karena terlalu bersemangat Misty sedikit berlari. Hingga tiba-tiba tanpa sengaja Misty menabrak seseorang hingga tubuhnya terjatuh. Misty merasa pantatnya sangat sakit.
"Jalan itu pakai mata, Nona muda. Tidak sopan sama sekali."
* * * * *