Entre l'arbre et l'écorce il ne faut pas mettre le doigt
~ Terjebak antara batu dan tempat yang sulit ~
* * * * *
Misty duduk di salah satu bangku. Dia bersemangat mengikuti kelas pertamanya. Gadis itu bahkan sudah mempersiapkan alat tulisnya lengkap. Karena mata kuliah pertama adalah 'Dasar Desain', maka hanya materi saja yang diberikan oleh dosen yang mengajar.
Gadis itu menoleh ketika merasakan ada orang yang duduk di sampingnya. Gadis dengan rambut panjang berwarna coklat keemasan itu tersenyum ke arah Misty. dia mengulurkan tangannya.
"Shannon Dunn." Ucap gadis itu.
Misty menyambut uluran tangan Shanon. "Misty Connors."
"Kau mahasiswa baru?"
Misty memicingkan matanya. "Dari mana kau tahu?"
"Aku tidak pernah melihatmu."
Tiba-tiba seorang pria yang mengenakan kaos dan celana jeans gelap duduk di samping Shanon. Gadis itu tersenyum melihat kehadiran laki-laki itu. Kemudian dia memeluk lengannya.
"Misty, perkenalkan ini Michael. Kekasihku." Ucap Shanon memperkenalkan laki-laki di sampingnya.
Michael hanya tersenyum tipis dan melambaikan tangannya pada Misty. Gadis itu pun melakukan hal yang sama dengan pria itu. Membuat Misty merasa pria itu tidak menyukainya. Shanon yang mengerti perasaan Misty langsung menggenggam tangannya.
"Jangan diambil hati, Misty. Michael itu mahal senyumnya. Jadi jangan berpikir dia tidak menyukaimu."
Misty pun menganggukkan kepalanya sembari membulatkan bibirnya. Pembicaraan mereka pun terhenti tatkala dosen yang mengajar sudah masuk. Misty pun fokus pada pelajaran yang diajarkan.
* * * * *
Zach baru saja selesai menghadiri meeting yang membahas proses pembangunan departement store Leroux terbaru yang ada didirikan di Jepang. Pria itu memasuki ruangannya. Melonggarkan dasi yang menjerat lehernya sebelum akhirnya menghempaskan tubuhnya di atas kursi.
"Jeremy, bisakah kau membuatkan Misty kartu NAVIGO DÉCOUVERTE?" pinta Zach.
Jeremy memicingkan matanya. "Kartu NAVIGO DÉCOUVERTE untuk naik Metro?"
Zach menganggukkan kepalanya. "Benar."
"Tapi untuk apa? Maksudku bukankah kau bisa memintaku mengantarkan Misty ke mana pun, Mr. Leroux?"
"Sayangnya Misty tidak menginginkan hal itu. Dia bahkan memintaku berjanji untuk tidak mengantarkannya ke kampus dengan alasan dia tidak ingin semua orang menghormatinya karena aku adalah ayah baptisnya."
Jeremy tersenyum mendengar alasan yang dilontarkan Misty. "Sepertinya Misty tetap menjadi dirinya sendiri meskipun kehidupannya berubah."
Zach menganggukkan kepalanya setuju. "Kau benar. Dia bahkan tidak menuntut banyak hal. aku kagum pada Mark dan Cecilia karena mendidik Misty dengan baik."
"Aku akan membuatkan kartu itu untuk Misty. Apakah ada hal lain yang kau butuhkan, Mr. Leroux?"
"Tidak ada. Sebentar lagi waktunya makan siang. Kau bisa pergi."
"Baik, Mr. Leroux. "
Jeremy pun berbalik pergi. Sedangkan Zach yang hendak beranjak pergi melihat ponselnya berdering. Terlihat nama Misty tertera di layar ponselnya.
"Ada apa, Misty?" tanya Zach menerima telpon itu.
"Aku hanya ingin memberitahumu jika aku nanti akan pulang telat."
Zach memicingkan matanya. "Apakah kau ada kuliah sampai nanti malam?"
"Tidak. Hanya saja teman-temanku ingin mengajakku makan bersama."
Teman-teman? Tentu saja, Zach. Misty baru saja masuk kuliah. Dia pasti memiliki teman-teman baru. Gumam Zach dalam hati.
"Baiklah. Nanti kirimkan alamatnya jika kau mau dijemput."
"Terimakasih, Zach. Sampai jumpa nanti."
Meskipun mengijinkannya, tapi tetap saja Zach merasa khawatir. Tapi pria itu menenangkan diri dengan mengatakan jika Misty sudah besar. Dia pasti tahu jam malam. Dia yakin Mark dan Cicilia pasti mendidik Misty untuk pulang tidak larut malam. Zach berusaha mengesampingkan pikirannya tentang Misty sebelum akhirnya pria itu pergi meninggalkan ruangannya.
* * * * *
Sayangnya kekhawatiran Zach bertambah ketika jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Misty tidak kunjung menghubunginya. Akhirnya Zach yang menunggu Misty di rumah langsung menghubungi gadis itu. Sayangnya Misty tidak kunjung mengangkatnya. Rasa cemas semakin menggerogoti pria itu. Dia menghubungi Misty kembali dan hasilnya tetap sama. Akhirnya Zach kehilangan kesabarannya. Dia beranjak mengambil jaket dan kunci mobilnya. Namun sebelum pria itu pergi, ponselnya berdering. Melihat nama Misty, pria itu langsung mengangkatnya.
"Misty? Kau tahu bukan ini sudah jam berapa? Mengapa kau belum pulang? Kau ada di mana? Aku akan menjemputmu." Panik Zach hingga tanpa sabar melontarkan banyak pertanyaan.
"Maafkan aku, tapi aku bukan Misty. Aku Shanon Dunn, teman Misty. Dia sedikit mabuk sekarang. Kami berniat mengantarkannya pulang." Suara gadis yang asing di telinga Zach.
"Tidak perlu. Aku yang akan menjemputnya, Miss Dunn. Bisakah kau memberitahuku di mana dia sekarang agar aku bisa menjemputnya?"
"Kami berada di Paname Brewing Company."
"Aku tahu tempatnya. Tolong jaga Misty selama aku belum datang."
"Tentu saja."
Zach segera beranjak pergi. Dia menuju garasi lalu memilih mobil Pininfarina Sergio Ferrari berwarna merah marun. Dia mengemudikan mobil itu keluar dari garasi. Dengan kecepatan tinggi Zach melintasi jalanan di Paris. Kedua tangan pria itu menggenggam erat kemudinya berusaha untuk tidak mencemaskan Misty.
Tak butuh waktu lama, mobil Zach sudah terparkir di dekat Paname Brewing Company. Sebuah cafe dengan pemandangan laut yang indah. Zach keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam cafe. Matanya beredar mencari keberadaan Misty. Tatapannya tertumbuk pada sosok gadis dengan kepala berada di atas meja. Matanya nyaris terpejam dan bibirnya tampak bergumam.
Segera Zach menghampiri Misty. Terlihat ada Shanon yang duduk di samping Misty. Melihat Zach menghampiri mejanya, Shanon segera berdiri. Dia tidak menyembunyikan kekaguman saat melihat Zach.
"Apakah kau yang menelpon Misty?" tanya Shanon.
"Benar. Aku Zach Leroux." Zach mengulurkan tangannya kepada Shanon.
Dengan mata berbinar Shanon menjabat tangan Zach. "Aku Shanon Dunn. Maafkan aku sudah membuat Misty pulang terlambat. Aku tidak menyangka dia cepat mabuk hanya meminum setengah gelas bir."
"Misty tidak pernah minum minuman beralkohol. Jadi tidak heran dia cepat mabuk. Aku akan membawanya pulang. Terimakasih sudah menjaganya, Shanon."
Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya karena masih terpesona dengan karisma yang menguat dari dalam diri Zach. Dia melihat pria itu dengan mudah mengangkat tubuh Misty lalu berjalan keluar. Lalu dia teringat nama Zach.
"Leroux? Mengapa nama itu tidak asing?" gimana Shanon.
Zach membawa Misty keluar dari cafe. Dengan susah payah dia membuka pintu mobilnya sebelum akhirnya meletakkan tubuh Misty di atas tempat duduk. Zach memasangkan sabuk pengaman di tubuh gadis itu. Tiba-tiba dia mendengar Misty terkikik geli. Zach tersenyum melihat tingkah menggemaskan gadis itu. Setelah memastikan sabuk pengaman itu menahan tubuh Misty, Zach bergegas menutup pintu di samping Misty. Kemudian pria itu berjalan memutari mobil dan masuk di belakang kemudi. Setelah memasang sabuk pengaman, dia segera meluncurkan mobilnya di jalanan Paris. Zach menoleh sekilas ke arah Misty yang terlihat tenang. Dia heran bagaimana bisa gadis itu setenang itu setelah membuat dirinya begitu khawatir. Tapi sayangnya pria itu tidak bisa marah pada gadis itu.
* * * * *