Sahabat,
Engkau bagai bayangan yang selalu ada padaku
Saat dingin kau menjadi penghangat
Saat terik mentari menyinar, kaulah tirai itu
Sahabat
Ku akui separuh jiwaku telah termiliki
Namun, engkau pun yang menempati bagian lain
Tetaplah selalu di samping dan untukku
* * * * *
"MISTY!" Seru Shanon langsung memeluk Misty yang baru saja datang ke kampus.
"Ada apa, Shanon? Kau bersemangat sekali?" Misty tersenyum melihat temannya itu.
"Tentu saja bersemangat. Aku tidak tahu jika kau adalah adik Zach Le... hmph..."
Misty langsung membekap mulut Shanon. Gadis itu menoleh ke sekelilingnya berharap tidak ada seorang pun yang mendengarkan ucapan Shanon. Kemudian dia menoleh ke arah Shanon yang kesal karena Misty membekap mulutnya.
"Kumohon jangan sebut namanya, please?" pinta Misty.
Shanon akhirnya menganggukkan kepalanya. Akhirnya Misty melepaskan bekapannya sehingga Shanon bisa bernafas bebas.
"Kau tidak memberitahu orang lain, bukan?" tanya Misty.
Shanon menggelengkan kepalanya. "Mana mungkin aku menyebarkan berita yang belum pasti. Karena itu aku menanyakan kepastiannya padamu."
Misty bernafas lega. Dia bersyukur rencananya untuk menyembunyikan hubungannya Zach dengan dirinya ternyata tidak gagal.
"Jika aku meminta kau tidak akan memberitahu orang lain, apakah kau mau melakukannya, Shanon? Kumohon." Pinta Misty kepada Shanon.
"Mengapa kau tidak ingin orang lain tahu? Orang lain pasti kaget kalau Zach adalah kakakmu." penasaran Shanon.
"Karena aku hanya ingin orang berteman denganku bukan karena ada Zach yang berada di belakangku. Aku yakin jika banyak orang tahu, mereka pasti sengaja berteman denganku agar bisa dekat dengan Zach. Aku tidak mau hal itu terjadi. Karena itu aku tidak ingin orang-orang tahu hubunganku dengan Zach."
Shanon mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar penjelasan Misty. "Baiklah. Aku tidak akan memberitahu siapapun. Bahkan Michael sekalipun."
"Benarkah? Kau sungguh-sungguh?" mata Misty berbinar senang.
"Tentu saja. Kita berteman, Misty. Dan aku tulus berteman padamu bahkan sebelum aku tahu soal Zach. Jika kau tidak ingin aku memberitahu orang lain soal Zach, maka aku tidak akan melakukannya."
Misty benar-benar senang. Dia langsung memeluk Shanon. "Terimakasih, Shanon. Itu sangat berarti untukku."
Shanon membalas pelukannya dengan Misty. Gadis itu melepaskan pelukan Misty dan menatap gadis itu.
"Jadi kau mau menjelaskan soal kakakmu?" tanya Shanon dengan mata berbinar.
"Sebenarnya dia bukan kakakku, Shanon. Dia adalah ayah baptisku." Jelas Misty
"APA!" Seru Shanon terkejut.
"Oh, God, Shanon. Lama-lama kau membuat telinga sakit." Misty menutup telinganya.
"Maafkan aku. Aku benar-benar terkejut. Tapi bagaimana bisa pria semuda itu menjadi ayah baptismu? Kau pasti bercanda, bukan?" heran Shanon.
"Aku tidak bercanda. Zach adalah sahabat sekaligus mahasiswa ibuku. Karena itu dia dekat dengan keluargaku."
"Wow! Apa kau tidak jatuh cinta padanya?" Shanon tersenyum penuh arti.
Misty tampak terkejut mendengar pertanyaan Shanon. Karena dia sadar perasaannya pada Zach jika semakin lama dibiarkan maka pertanyaan Shanon akan benar-benar terjadi.
"ja-jatuh cinta padanya?"
"Ya. Kalau aku jadi dirimu tinggal bersama pria menawan seperti Zach, aku pasti sudah jatuh cinta padanya."
Misty terdiam. Lalu berpikir apakah dia boleh jatuh cinta dengan Zach. Lagipula Zach adalah pria dewasa. Dia pasti menganggap Misty sebagai gadis kecil.
"Sepertinya kau sudah mulai jatuh cinta dengannya." Goda Shanon.
"Ma-mana mungkin. Dia ayah baptisku, Shanon." Misty berusaha menyangkalnya.
"Dia memang ayah baptismu, Misty. Tapi dia tidak ada hubungan darah denganmu. Jadi tidak akan masalah."
Misty menggelengkan kepalanya. "Kau terlalu banyak berimajinasi, Shanon. Sudahlah. Kita harus masuk kelas. Di mana Michael? Dia tidak datang?"
Shanon mengnagangkat kedua bahunya. "Entahlah. Dia mengatakan jika dia datang terlambat."
"Bukankah dia kekasihmu? Bagaimana bisa kau tidak peduli padanya?" Misty memicingkan matanya melihat Shanon.
"Aku selalu peduli padanya, Misty. Tapi Michael selalu dingin. Aku berpikir mungkin dia menerimaku agar aku tidak mengganggunya." Sedih Shanon.
"Siapa bilang aku menerimamu agar kau tidak menggangguku lagi?"
Suara itu menbuat Misty dan Shanon menoleh. Tak jauh dari mereka, terlihat Michael berdiri dengan begitu santai. Seketika Shanon tersenyum melihat kekasihnya.
"Lalu apa yang membuatmu menerimaku sebagai kekasih?" tanya Shanon penasaran. Selama ini dia tidak pernah menanyakannya pada Michael.
"Tentu saja karena aku menyukai." Terlihat semburat merah muncul di pipi Michael karena malu.
Bibir Shanon seketika merekah lebih lebar. Dia pun berlari menghampiri Michael. Gadis itu melompat ke arah kekasih dan memeluknya sangat erat. Kemudian dia melerpaskan pelukannya sehingga Michael bisa menunduk mencium sang kekasih.
Misty yang melihat pasangan itu merasa sangat iri. Jika saja dia dan Zach bisa seperti itu. Tapi segera gadis itu menggelengkan kepalanya untuk menyingkirkan pemikirannya. Dia terus melarang perasaan Misty tumbuh semakin besar.
* * * * *
Zach menatap jadwalnya yang ada di atas meja. Baru saja Jeremy menjelaskan jika minggu depan Zach harus terbang ke Jepang untuk mengecek proses pembangunan departement store Leroux. Dia dijadwalkan akan berada di sana selama seminggu. Zach terbiasa dengan dinas ke luar negeri. Tapi setelah adanya Misty, entah mengapa dia merasa berat meninggalkan gadis itu.
"Tidak bisakah ini diundur?" tanya Zach.
Jeremy menggelengkan kepalanya. "Maafkan aku, Mr. Leroux. Tapi jika anda menundanya, maka jadwal ini akan membentur jadwal lainnya. Sedangkan bulan depan, anda harus terbang ke Indonesia untuk pembukaan departement store baru."
Zach hanya bisa menghela nafas. Jeremy benar. Jika Zach menunda jadwal ini, maka akan ada jadwal lainnya yang harus mundur. Hal itu akan membuat seluruh jadwalnya menjadi kacau.
"Baiklah. Tapi padatkan jadwalnya. Aku ingin secepatnya kembali."
"Sepertinya kau tidak ingin meninggalkan Misty terlalu lama, Mr. Leroux. Aku bisa menjaganya." Tawar Jeremy.
Lalu Zach membayangkan Jeremy akan tinggal di rumahnya. Kemudian menghabiskan waktu berdua dengan Misty. Lalu ketakutan terbesar Zach adalah bagaimana jika kejadian semalam terjadi saat dirinya tidak ada.
"TIDAK!" Seru Zach membuat Jeremy terkejut. "Maksudku, Kau tidak perlu menjaga Misty. Karena dia sudah besar, dia bisa menjaga dirinya sendiri."
Jeremy berusaha menahan senyumannya. "Baiklah jika itu yang kau inginkan, Mr. Leroux. Aku akan kembali bekerja."
Zach menyandarkan punggungnya di kursi. Dia menghela nafas. Ingin sekali dia mengajak Misty. Tapi gadis itu baru saja memulai kuliah. Pria itu tidak mungkin mengganggu kehidupan Misty hanya karena keinginannya yang egois.
Zach teringat reaksi Misty pagi ini. Untuk pertama kalinya dia berharap usianya tidak terlalu jauh dengan Misty. Dia berharap bisa menajadi teman kuliah gadis itu. Sayangnya jelas harapannya sia-sia saja. Pria itu hanya bisa menghela nafas berat. Mau tidak mau dia harus merelakan Misty untuk beberapa hari. Zach bertekad akan bekerja lebih keras agar dia bisa lebih cepat kembali.
* * * * *