Qui le le vent récolte la tempête.
~ Siapa yang menabur angin akan menuai badai. ~
* * * * * *
Wanita yang menabrak Misty berlari memasuki rumah mencari suaminya. Wanita bernama Nichole Boulanger itu menghampiri pintu yang membatasi ruang kerja suaminya. Wanita itu memegang gagang pintu dan mendorongnya. Dia melihat suaminya sedang menerima telpon. Melihat istrinya mendekat, Pierre menghentikan pembicaraannya di telpon dan mengatakan pada sekretarisnya akan menghubunginya lagi nanti.
Nichole duduk di kursi yang ada di hadapan suaminya. Wajahnya tampak panik. "Bagaimana ini, Pierre? Aku sudah melakukan masalah besar."
"Masalah besar apa? Apa yang sudah terjadi?" tanya Pierre menatap istrinya.
"Aku sudah menghina kekasih Zach Leroux. Aku benar-benar tidak tahu jika dia adalah kekasih Mr. Leroux. Bagaimana ini, Pierre? Jika dia tahu aku adalah istrimu, pasti dia akan membuat masalah di perusahaanmu."
Pierre terkejut mendengar penjelasan istrinya. "Bagaimana bisa kau melakukan hal berbahaya itu?"
"Mana aku tahu jika dia adalah kekasih Mr. Leroux. Penampilannya biasa saja. Bahkan terkesan berasal dari kalangan orang bawah. Lagipula usianya terlihat sangat muda. Aku tidak berpikir jika dia kekasih Mr. Leroux."
Pierre memejamkan matanya kemudian memijat keningnya. Terkadang dia kesal dengan sikap sombong istrinya.
"Aku sudah meminta maaf pada gadis itu. Tapi aku takut Mr. Leroux masih tidak terima. Bagaimana ini, Pierre?" panik Nichole.
Pierre menghela nafas berat. Dia memikirkan caranya bagaimana untuk meminta maaf yang tepat kepada Zach. Pasalnya, meskipun usia Zach lebih muda darinya, tapi karena status ekonomi pria itu jauh lebih tinggi, mau tidak mau Pierre harus menghormatinya.
"Persiapkan makan malam akhir pekan ini. Makan malam yang terbaik. Aku akan mengajak Mr. Leroux untuk makan malam bersama kita. Sebagai permintaan maaf kita."
Nichole langsung menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan mempersiapkannya."
"Dan jaga sikapmu. Kau mengerti?"
Nichole mendengus kesal. "Aku mengerti."
Akhirnya Nichole pun bergegas keluar untuk mempersiapkan jamuan akhir pekan ini. Sedangkan Pierre menelpon sekretaris Zach untuk menanyakan apakah Zach bisa makan malam akhir pekan ini di rumahnya. Jeremy memberitahu Pierre akan menanyakan undangan ini kepada Zach. Dia akan segera menghubungi Pierre jika sudah memiliki jawabannya.
* * * * *
Misty sudah menata barang-barang yang dibelinya tadi di kamarnya. Dia menyunggingkan senyumannya tidak sabar menggunakan alat-alat itu. Dia tidak sabar bisa kuliah kembali. Dia akan memiliki teman-teman satu jurusan. Apakah dia akan memiliki teman satu jurusan?
Pertanyaan itu mengingatkan Misty pada masa kuliahnya saat berada di Florida. Dia tidak pernah memiliki teman hanya karena dia satu-satunya mahasiswa yang menerima beasiswa. Saat itu Misty berpikir pertemanan bisa dibeli dengan status sosial. Karena itu dia tidak pernah peduli jika tidak ada yang mau berteman dengannya.
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
Suara Zach membuyarkan lamunan Misty. Gadis itu berbalik dan mendapati ayah baptisnya berdiri di ambang pintu. Dengan kedua tangan di belakang tubuhnya, Zach berjalan menghampiri Misty.
"Bukan apa-apa. Kau mengejutkanku, Zach."
"Maafkan aku, Mon cœur. Aku sudah mengetuk pintunya. Tapi kau sepertinya sedang melamun."
"Mon cœur?" Misty berusaha mengucapkan kata bahasa Perancis seperti yang diucapkan oleh Zach.
Pria itu tersenyum mendengar pelafalan yang diucapkan Misty masih salah. "Mon cœur adalah panggilan kesayangan. Kupikir karena sekarang kau menjadi bagian dari hatiku, maka panggilan itu sangat tepat."
"Bagian dari hatiku. Jadi artinya Mon cœur adalah bagian dari hatiku?"
Zach menganggukkan kepalanya. Pria itu mengelus puncak kepala Misty. "Benar. Kau hampir mengucapkannya dengan pelafalan yang hampir tepat. Kau perlu banyak belajar. Bagaimana jika besok malam kita mulai belajar?"
Bibir Misty melengkung membentuk senyuman. Kemudian gadis itu menganggukkan kepalanya. "Aku tidak sabar bisa mempelajari sedikit bahasa Perancis."
"Baguslah. Besok setelah makan malam kita mulai belajar."
"Siap, Bos!" Misty bersikap layaknya tentara.
"Oh, ya. Aku memiliki hadiah untukmu."
"Hadiah?" Mata Misty berbinar senang saat mendengar kata 'hadiah'. Pasalnya dia jarang mendapatkan hadiah. Dia hanya mendapatkan hadiah saat ulang tahun. Dan itupun berasal dari kedua orang tuanya.
Zach menarik tangannya keluar dari belakang tubuhnya. Di tangan pria itu terlihat sebuah kotak. Seketika mata Misty berbinar melihat gambar pada kotak itu. Terlihat gambar drawing tablet dengan merk Wacom tercetak di atas kotak. Bagi orang yang sudah berkecimpung dalam dunia desain, jelas Misty tahu jika tablet itu adalah tablet terbaik untuk menggambar. Bahkan dilengkapi dengan pen tablet. Jelas Misty tahu harga benda itu sangat mahal.
"Kupikir kau akan membutuhkan benda elektronik selain peralatan yang kita beli hari ini. Apakah kau tidak menyukainya?" tanya Zach melihat perubahan wajah Misty.
Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Bukan seperti itu, Zach. Aku menyukainya. Hanya saja aku merasa tidak enak jika menerima hadiah sebagus ini."
"Untuk apa kau merasa tidak enak? Kau sudah menjadi bagian dari hidupku. Karena itu aku ingin memberikan hadiah untukmu. Anggap saja hadiah ini adalah gabungan dari hadiah-hadiah ulang tahunmu yang tertinggal. Jadi kau mau menerimanya."
Misty memandang hadiah di tangan Zach. Gadis itu pasti gila jika menolak hadiah terbaik itu sekali lagi. Kemudian Misty mendongak menatap Zach. Seketika wajah Misty berubah cerah sebelum akhirnya dia melompat memeluk pria itu. Karena gerakan Misty yang tiba-tiba membuat keseimbangan Zach oleng.
Dengan satu tangan memeluk tubuh Misty untuk menjaga gadis itu agar tidak terjatuh, tubuh Zach mendarat di atas ranjang Misty. Kotak tablet yang berada di tangan lainnya tergeletak di atas ranjang. Gadis itu memekik karena terkejut. Menyadari sudah berada di atas tubuh Zach, Misty mendongak. Dia hendak meminta maaf . Tapi lidahnya terasa kelu saat menyadari wajah mereka begitu dekat. Misty bisa melihat iris coklat Zach yang begitu menawan. Seketika dadanya kembali berdebar-debar. Misty sadar jika dia mulai menyukai Zach. Bukan sebagai ayah baptisnya. Tapi sekarang Misty melihat Zach sebagai seorang pria.
Gadis itu segera membuat otaknya bekerja. "Ma-maafkan aku."
Misty bergegas untuk berdiri.Dia merapikan kaosnya. Zach menegakkan tubuhnya dan duduk di tepi ranjang. Dia mengamati Misty yang memalingkan wajahnya. Bibir Zach melengkungkan senyuman. Dia mengambil kembali kotak tablet dan menyerahkannya pada Misty.
"Jadi kau mau menerima hadiah dariku?"
Misty menoleh dan melihat Zach menyerahkan kotak tablet itu. Gadis itu mengambil kotak tablet itu dan berusaha untuk tidak menatap Zach.
"Terimakasih, Zach. Aku akan mencobanya di halaman belakang. Hari ini terasa panas." Misty bergegas pergi meninggalkan kamar.
Zach tersenyum melihat tingkah Misty yang menggemaskan. Namun senyumannya lenyap saat tangannya menyentuh dadanya sendiri. Dia merasakan dadanya berdebar lebih cepat karena merasakan Misty yang begitu dekat dengannya. Zach menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya berjalan meninggalkan kamar Misty.
* * * * *