Chereads / Tycoon's Lover / Chapter 39 - Kecemburuan Li Heinan

Chapter 39 - Kecemburuan Li Heinan

Mobil yang dinaiki Gu Changdi berhenti di depan kafe Zhang Yiyi. Setelah sopir membukakan pintu, dia bergegas turun lalu berjalan memasuki kafe.

Kedatangan Gu Changdi berhasil mengundang perhatian pengunjung di sana. Tak sedikit dari mereka yang saling berbisik, menilai kemunculan pewaris Royal Group itu untuk menemui Lin Xiang yang sudah datang lebih dulu.

"Tuan Gu Changdi?"

Wu Yifeng yang menyadari kedatangan Gu Changdi segera mendekat dan menyapanya. "Anda sudah datang?"

Gu Changdi mengangguk. "Di mana Lin Xiang?" tanyanya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ia justru menemukan pemandangan janggal. Feng Yan tampak asyik mengobrol dengan Shen Wanwan, bahkan membantu pekerjaan gadis itu.

Gu Changdi pun gagal menahan tawanya. "Tidak kusangka ada yang bekerja sambil mengejar cintanya."

Celetukan itu membuat Wu Yifeng dan Huang Chuan ikut tertawa.

"Nona Lin Xiang ada di ruang VIP, Tuan. Nona Zhang tidak ingin Nona Lin Xiang menjadi pusat perhatian," jelas Huang Chuan.

"Aku tahu." Gu Changdi kembali memperhatikan sekitarnya. Ia sendiri sadar menjadi pusat perhatian orang-orang. "Bagaimana dengan hasil terapi hari ini?"

"Nona Lin Xiang sudah mengalami banyak kemajuan, Tuan," jawab Wu Yifeng tetapi kemudian mendapat pelototan tajam dari Huang Chuan. Oh, rupanya wanita itu mengingatkan Wu Yifeng agar tidak mendahului kejutan yang akan diberikan Lin Xiang pada Gu Changdi. Wu Yifeng tersenyum tipis lalu menganggukkan kepala—tanda mengerti isyarat yang diberikan Huang Chuan.

"Benarkah?" Gu Changdi tersenyum lebar sekaligus menghela napas lega. "Bagus sekali. Aku senang mendengarnya."

Tanpa menunda waktu lagi, Gu Changdi berjalan menuju ruangan yang ditunjuk Wu Yifeng. Dia menemukan Lin Xiang tengah duduk di salah satu sofa sambil menikmati beberapa kudapan manis. Gu Changdi menghadiahi tatapan penuh tanya pada Zhang Yiyi yang langsung menyadari keberadaannya.

"Ah, dia merengek ingin dibuatkan kudapan manis, Gu Changdi," ucap Zhang Yiyi dan sukses membuat Lin Xiang mengerjapkan mata, sekaligus menengok ke belakang.

"Gu Changdi!" seru Lin Xiang gembira. Ia refleks berdiri dan berjalan cepat menghampiri Gu Changdi.

Mata Gu Changdi nyaris tak berkedip melihat Lin Xiang sudah berada di depannya, berdiri dengan kakinya sendiri tanpa bantuan alat apapun. Bahkan kursi rodanya dibiarkan begitu saja di dekat sofa.

"Lin Xiang ... ka-kau sudah bisa berjalan?" tanya Gu Changdi tak percaya.

Seakan tersadar akan kecerobohannya, mata Lin Xiang mengerjap imut. "Ah, aku lupa. Ini kejutan untukmu, Changdi," ucapnya dengan tawa menggemaskan.

Gu Changdi tak kuasa lagi menahan kebahagiaannya. Ia langsung memeluk Lin Xiang, membawanya berputar-putar hingga terdengar suara pekikan riang dari gadis itu.

"Syukurlah." Gu Changdi menghadiahi kecupan bertubi-tubi di setiap jengkal wajah Lin Xiang. "Aku bahagia sekali. Kau sudah bisa berjalan normal seperti semula."

Tak ada respon yang keluar dari Lin Xiang. Gadis itu terlalu syok mendapat perlakuan manis—juga memalukan karena ada Zhang Yiyi di ruangan tersebut.

"Lin Xiang, kenapa wajahmu memerah? Apa kau demam?!" tanya Gu Changdi panik.

"Kau membuatku malu, bodoh!" protes Lin Xiang langsung memeluk Gu Changdi, menyembunyikan wajahnya yang sudah menyerupai kepiting rebus.

Sangat menggemaskan.

Gu Changdi terkikik geli. Ia melirik Zhang Yiyi yang sedari tadi menggelengkan kepala. "Maaf, Kak. Aku tidak bisa menahan diri karena terlalu bahagia," ucapnya santai tanpa merasa bersalah. Ia merintih kesakitan karena mendapatkan cubitan penuh kasih sayang di pinggangnya. Perlahan ia bisa mendengar suara kekehan menggemaskan milik Lin Xiang.

"Apa kau ingin pergi jalan-jalan denganku?" tanya Gu Changdi tiba-tiba.

Lin Xiang mendongak dengan mata berbinar. "Jalan-jalan?! Aku mau, Changdi. Tapi ... kata Kak Sichan aku masih belum boleh terlalu banyak berjalan. Otot kakiku masih harus menyesuaikan secara perlahan."

"Aku tahu. Kita jalan-jalan di taman pusat kota saja, bagaimana?" tawar Gu Changdi.

"Memangnya kau tidak kembali ke kantor?" tanya Lin Xiang memastikan.

"Satu jam juga cukup. Kau tahu, aku harus mengisi daya bateraiku yang habis sebelum kembali bekerja," jawab Gu Changdi dengan cengiran lebar.

Pipi Lin Xiang merona. "Hmph! Tukang gombal!" katanya seraya mendengus kesal.

"Tapi kau suka 'kan?" goda Gu Changdi sambil menaik-turunkan alisnya.

"Gu Changdi!"

Tawa Gu Changdi pecah kala melihat bibir Lin Xiang mengerucut imut.

"Astaga, mataku! Bisakah kalian melakukan adegan lovey dovey di tempat lain?" protes Zhang Yiyi sambil bersedekap.

"Kakak juga bisa melakukannya dengan Kak Huangli," celetuk Lin Xiang polos dan sukses membuat Gu Changdi menoleh kaget.

Jangan tanya bagaimana reaksi Zhang Yiyi. Wajah perempuan itu sudah merah padam.

"Kak Yiyi dengan Kak Huangli? Sejak kapan?" tanya Gu Changdi takjub.

"Sejak aku dirawat di rumah sakit," jawab Lin Xiang. "Sama seperti Feng Yan dan Shen Wanwan. Mereka menjadi dekat satu sama lain, hihi ...."

"Lin Xiaaaang!"

"Astaga!" Lin Xiang langsung bersembunyi di belakang Gu Changdi yang tergelak. "Kakak, kenapa kau marah padaku? Aku mengatakan hal yang benar 'kan?"

"Hmph! Kau ini benar-benar rusa bermulut ember!"

Gu Changdi kembali tertawa melihat kelakuan Lin Xiang. "Sudahlah, Kak. Lin Xiang hanya bercanda. Kecuali, apa yang dia katakan memang benar adanya."

"Bela saja terus calon istrimu itu," cibir Zhang Yiyi. Setelahnya dia tertawa melihat wajah canggung antara Gu Changdi dan Lin Xiang.

"Kami permisi dulu, Kak. Terima kasih sudah menemani Lin Xiang," pamit Gu Changdi.

Zhang Yiyi mengangguk. "Jaga Lin Xiang baik-baik, Gu Changdi."

"Tentu." Gu Changdi memandangi Lin Xiang, kemudian secara mengejutkan memilih untuk membopong tubuh gadis itu.

Terdengar pekikan Lin Xiang yang begitu keras karena terkejut atas perlakuan Gu Changdi.

"Apa yang kau lakukan? Turunkan aku!" protes Lin Xiang.

"Tidak mau." Gu Changdi tidak mengatakan apapun dan terus berjalan keluar dengan posisi demikian. Sementara Lin Xiang bersi keras mengeluarkan protes karena malu menjadi pusat perhatian.

Benar saja, dari berbagai sudut kafe terdengar pekikan tertahan dan jeritan histeris pengunjung yang syok melihat adegan manis antara Gu Changdi dan Lin Xiang. Wu Yifeng dan Huang Chuan langsung bergegas mengikuti keduanya.

"Shen Wanwan, aku pulang dulu, ya? Sampai jumpa lagi," pamit Lin Xiang sengaja dengan suara keras. "Lanjutkan saja kegiatan kalian. Aku tidak keberatan kok."

Seruan keras itu membuat Feng Yan gelagapan dan buru-buru menyusul Wu Yifeng dan Huang Chuan. Ia pergi tanpa sempat berpamitan dengan Shen Wanwan.

Shen Wanwan yang menyadari aksi jahil Lin Xiang hanya bisa menutupi wajahnya yang kini memerah. "Dasar rusa nakal," gerutunya.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mengawasi dari dalam mobil yang berhenti beberapa meter dari posisi kafe Zhang Yiyi. Pria itu menurunkan kaca jendela dan mengamati pemandangan di depan sana.

Pikirannya kembali menerawang pada kejadian di masa lalu, saat dia kehilangan harga dirinya di usia remaja.

"Pewaris utama Royal Group adalah putra tunggal dari putraku, Gu Jiangzen. Mari kita ucapkan selamat kepada Gu Changdi."

Gu Changdi yang kala itu masih berusia 14 tahun tampak maju ke depan, menaiki podium dan berkumpul bersama Gu Jinglei dan Gu Jiangzen. Ia tersenyum penuh keyakinan di hadapan semua orang yang menghadiri pesta ulang tahun perusahaan sekaligus pengumuman pewaris Royal Group selanjutnya.

Semua orang menyambut pewaris utama Royal Group tersebut dengan penuh suka cita. Sampai-sampai melupakan keberadaan seseorang yang menatap kejadian barusan dengan tatapan penuh iri.

Pemuda berusia 17 tahun itu mengepalkan tangannya kuat sambil menatap tajam ke arah Gu Changdi.

"Tuan Li Heinan?"

Pria itu tersentak kaget saat sang sopir memanggilnya. Ia menatap datar ke arah Gu Changdi dan Lin Xiang yang baru saja masuk ke dalam mobil.

"Kita pergi sekarang," titah Li Heinan pada sopir pribadinya.

"Baik."

Li Heinan menutup kembali kaca jendela mobil. Sekilas tatapan matanya terlihat kosong, tapi ada satu tekad kuat yang muncul dalam kepalanya.

Aku tidak akan semudah itu membiarkan hidupmu bahagia, Gu Changdi. Kau juga harus merasakan apa yang kualami atas ketidakadilan yang dilakukan Kakek padaku ...

TO BE CONTINUED