Para wartawan sudah berkumpul di luar gedung perusahaan Royal Group. Mereka akan menghadiri konferensi pers yang dilakukan Gu Changdi dan Lin Xiang. Antusiasme begitu kentara di wajah para awak media tersebut. Mereka tentu tidak sabar ingin segera melihat pasangan fenomenal secara langsung di depan publik untuk pertama kalinya.
Selagi Gu Changdi sedang menerima pengarahan dari Su Huangli dan Wang Chen, Lin Xiang tengah berdandan di salah satu ruangan yang sengaja disiapkan untuknya. Feng Yan dan Wu Yifeng menunggu di luar, sementara Huang Chuan mendampingi Lin Xiang di dalam ruangan.
Wanita itu tersenyum melihat bagaimana penampilan Lin Xiang selesai dirias.
"Sudah." Sang perias tersenyum puas akan hasil kerjanya sendiri. "Saya tidak heran Tuan Gu Changdi memilih Anda. Nona sangat cantik."
Pipi Lin Xiang bersemu merah, kemudian beralih melirik Huang Chuan. "Kakak, bagaimana penampilanku?"
"Seperti yang dia katakan, Anda terlihat cantik sekali, Nona"
Ya, siapapun akan terpesona pada penampilan Lin Xiang. Gadis itu tampak anggun dalam balutan dress warna sky blue. Rambutnya sengaja dibiarkan terurai, dan dibuat bergelombang. Polesan make up natural sangat cocok untuk wajah Lin Xiang yang memang sudah cantik alami.
"Benarkah?"
Huang Chuan mengangguk. "Saya yakin bukan hanya Tuan Gu Changdi yang akan terpesona dengan penampilan Anda, Nona. Para wartawan pun demikian," tuturnya seraya terkikik geli melihat wajah Lin Xiang kian merona.
"Kau terlalu memuji," cicit Lin Xiang dengan kepala tertunduk malu.
Huang Chuan kembali terkekeh. Ia hendak bicara lagi, sebelum suara Gu Changdi terdengar dari arah pintu.
"Acara sebentar lagi dimulai. Apa Lin Xiang sudah selesai diri—" Gu Changdi menggantungkan kalimatnya, "—as?"
Huang Chuan dan perias terkikik melihat Gu Changdi mematung di tempat dengan tatapan mata terus tertuju pada Lin Xiang. Sementara oknum yang diperhatikan hanya menunduk sambil meremas bagian bawah dress yang dia kenakan.
Lin Xiang mati-matian menahan napas ketika Gu Changdi langsung merangsek maju. "Gu-Gu Changdi?"
"Kau cantik." Gu Changdi tersenyum lebar dengan matanya yang berbinar. "Astaga, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?!"
Mata Lin Xiang mengerjap bingung. Baru kali ini mendengar nada bicara Gu Changdi terkesan heboh.
"Ya Tuhan, aku benar-benar tidak sabar ingin segera menikahimu, Sayang," ucap Gu Changdi kemudian dan sukses membuat Lin Xiang tersipu malu. Dalam hati sedikit gemas dengan sikap Gu Changdi. Bisa-bisanya pria itu menggombal di saat genting seperti ini.
Terdengar suara ketukan pintu yang mengalihkan perhatian mereka.
"Presdir?" Su Huangli muncul dari balik pintu, "Acara akan segera dimulai."
Gu Changdi mengangguk, lalu mengulurkan tangannya kepada Lin Xiang. Gadis itu mendongak, sempat ada keraguan dari tatapan matanya. Namun begitu melihat sorot mata Gu Changdi, keyakinan Lin Xiang pun kembali.
Dikawal oleh Feng Yan, Wu Yifeng, Huang Chuan, juga beberapa karyawan dari Royal Group, Gu Changdi dan Lin Xiang berjalan beriringan menuju salah satu ruang pertemuan tempat berlangsungnya konferensi pers. Wang Chen sudah menunggu di sana. Pria itu yang akan memimpin jalannya konferensi pers.
Ruangan yang semula tenang seketika berubah ramai ketika Gu Changdi dan Lin Xiang memasuki ruang konferensi pers. Mereka terus mengarahkan lensa kamera pada pasangan itu, berlomba-lomba mengambil foto terbaik. Tak sedikit di antara mereka yang terpesona pada penampilan Lin Xiang.
Cantik laksana bidadari yang turun dari surga.
"Saya ucapkan terima kasih pada kalian semua yang sudah berkenan hadir dalam acara ini." Setelah Wang Chen resmi membuka konferensi pers, Gu Changdi tanpa ragu berbicara di hadapan para wartawan. "Di sini saya bukan hanya akan memberikan keterangan terkait berita-berita tentang saya yang muncul belakangan ini. Saya juga ingin memperkenalkan seseorang yang amat berarti dalam hidup saya."
Gu Changdi beralih menatap Lin Xiang yang turut mengulum senyum kepadanya. Sontak saja momen manis itu kembali diabadikan oleh para wartawan.
"Di samping saya ini, dia adalah gadis yang sudah saya pilih untuk menemani perjalanan hidup saya. Gadis yang amat saya cintai." Gu Changdi menatap Lin Xiang dengan sorot mata memuja. "Gadis ini bernama Lin Xiang."
Rasa gugup Lin Xiang seketika menghilang berkat Gu Changdi. Pria itu sangat piawai berbicara di hadapan para wartawan. Bahkan membuat mereka larut dalam setiap pengakuan yang dibeberkan Gu Changdi. Termasuk saat Gu Changdi menceritakan sosok Lin Xiang di hadapan semua orang yang hadir dalam konferensi pers tersebut.
Wang Chen mengambil alih saat sesi pertanyaan mulai dibuka. Banyak dari wartawan yang secara bersamaan mengangkat tangan masing-masing. Tampaknya mereka sudah tidak sabar ingin segera mengorek informasi lebih detail tentang hubungan Gu Changdi dan Lin Xiang.
"Jika kami boleh tahu, berapa lama kalian sudah menjalin hubungan?"
Gu Changdi tersenyum, "Sejujurnya kami belum lama meresmikan hubungan kami. Mungkin sekitar 1 bulan. Tapi aku sudah mengenal Lin Xiang sejak lama," ucapnya kemudian.
"Kapan pertemuan pertama kalian?"
"11 tahun silam, tepatnya saat kami sama-sama kehilangan orang yang berarti dalam hidup kami." Gu Changdi menatap para wartawan dengan senyum sendu. "Saya kehilangan sosok ayah yang menjadi panutan saya. Sementara Lin Xiang, dia kehilangan orang tuanya di saat usianya yang masih belia, 8 tahun."
"Apakah ini semacam rasa cinta yang tumbuh karena senasib?"
Gu Changdi terkekeh, "Mungkin begitu, tapi sebenarnya aku yang lebih dulu jatuh cinta padanya. Waktu itu, dia menghiburku dengan memberikan satu pelukan yang begitu hangat."
Jawaban Gu Changdi membuat seisi ruangan berseru heboh. Sama halnya Lin Xiang yang kembali merona parah.
"Pertanyaan untuk Nona Lin Xiang."
Gadis itu berjengkit kaget saat seorang wartawan mengeluarkan suara cukup keras.
"Seperti yang kita ketahui dalam artikel yang tersebar, selain status Anda sebagai yatim-piatu, Anda juga dikabarkan hanya dapat menamatkan pendidikan sampai jenjang SMA. Anda juga dikabarkan bekerja sebagai pengantar koran, pelayan kafe, hingga pelayan di klub malam. Bagaimana tanggapan Anda tentang berita tersebut?"
Seketika suasana ruangan berubah ricuh. Lin Xiang gugup setengah mati ketika semua orang menatapnya dengan pandangan seolah ingin menelanjangi ataupun mengintimidasi.
Gu Changdi sebenarnya ingin membantu Lin Xiang, tapi gadis itu harus berani berbicara di depan publik. Ia pun meraih tangan gadis itu, meremasnya dengan lembut guna menyalurkan ketenangan dari sana.
Lin Xiang menoleh. Ia mendapati Gu Changdi mengangguk dengan senyuman di wajahnya. Seolah memberikan dukungan penuh agar Lin Xiang berani menjawab pertanyaan para wartawan. Dan berhasil, perlahan ketegangan di wajah Lin Xiang mencair.
"Berita itu memang benar."
Suasana kembali hening.
"Saya memang hanya lulusan SMA, pekerja serabutan dari pengantar koran, pelayan kafe, sampai pelayan di klub malam." Lin Xiang menjawab dengan lancar tanpa jeda, kemudian tersenyum. "Apa yang kalian beritakan tentang saya semuanya benar."
"Termasuk—"
"Kecuali tudingan bahwa saya menikahi Gu Changdi karena menginginkan harta kekayaannya," Lin Xiang memotong salah satu wartawan yang bersiap menyerang dengan tudingan miring yang sempat dilayangkan padanya.
Semua orang terkejut ketika melihat perubahan ekspresi wajah Lin Xiang.
"Apa menurut kalian, gadis berumur 8 tahun bisa mempunyai pemikiran seperti itu?" Lin Xiang tertawa tanpa sadar. Gesture tangannya yang begitu anggun saat tertawa membuat seluruh pria di dalam ruangan menatap kagum, tak terkecuali Gu Changdi yang menatapnya tanpa berkedip.
"Saya hanya ingin mengatakan, bahwa saya tulus mencintai Gu Changdi apa adanya. Saat pertama kali bertemu dengannya, awalnya saya melihat Gu Changdi sebagai sosok kakak sangat perhatian. Berkat dia, saya bisa bertahan sejauh ini dalam menghadapi kerasnya hidup karena keterbatasan yang saya miliki," jelas Lin Xiang sambil menyunggingkan senyuman. "Saat kami bertemu kembali di usia dewasa, dia menawarkan cintanya yang begitu tulus kepada saya. Itulah alasannya saya bersedia menikah dengan Gu Changdi."
Tak ada satupun yang berani menyela ucapan Lin Xiang.
"Saya tahu, saya masih banyak kekurangan. Akan tetapi, saya sama sekali tidak takut untuk mencoba hal-hal baru. Saya akan belajar untuk mengimbangi Gu Changdi agar tidak mempermalukan dia di hadapan kalian," tiba-tiba Lin Xiang berdiri dan sontak membuat seisi ruangan menatap kaget. Gadis itu membungkuk 90 derajat dengan sangat sempurna. "Mohon bimbingan kalian semua."
Kilatan blitz kamera langsung tersebar dari berbagai penjuru. Hampir seluruh wartawan yang hadir mengagumi jawaban yang diberikan Lin Xiang. Mereka menilai gadis itu memiliki tata krama dan sopan santun yang sangat baik. Seolah mematahkan anggapan publik jika Lin Xiang gadis rendahan yang hanya mengincar harta kekayaan keluarga Gu Changdi saja.
Gu Changdi tersenyum bangga mendengar penjelasan Lin Xiang. Ia pun ikut berdiri dari posisinya.
"Jika kalian masih tidak percaya dengan hubungan kami," ada seringaian kecil di sudut bibir Gu Changdi, "biarkan kami memberikan sesuatu untuk kalian."
Lin Xiang tidak bisa mengingat dengan ucapan Gu Changdi, karena semua orang tiba-tiba berteriak heboh. Tetapi, ia merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya.
Butuh beberapa detik sebelum Lin Xiang sadar akan apa yang baru saja dilakukan oleh Gu Changdi.
Pria itu telah menciumnya di hadapan semua orang.
TO BE CONTINUED