"Sudahlah, A-Yuan. Biarkan Gu Changdi pada keputusannya." Gu Jinglei menatap Gu Changdi dengan penuh harap. "Kau harus melindungi Lin Xiang dengan segenap jiwa ragamu. Akan ada banyak rintangan yang menghadang kehidupan kalian kelak. Tetaplah selalu berada di sisi Lin Xiang."
"Tentu, Kakek."
Su Rongyuan tersenyum senang mendengar jawaban Gu Changdi. Sampai kemudian matanya menangkap pemandangan yang ada di luar jendela kamar.
"Ibu tidak tahu kalau Li Heinan datang ke sini." Tanpa menoleh ke arah Gu Changdi, Su Rongyuan bertanya, "Ada perlu apa kakak sepupumu itu menemui Lin Xiang?"
Dalam hitungan detik, senyuman yang menghiasi wajah Gu Changdi memudar. Pria itu berjalan mendekati jendela. Darahnya terasa mendidih melihat bagaimana Lin Xiang tersenyum ramah—bahkan sesekali tertawa kecil saat bersama kakak sepupunya.
Tanpa membuang waktu lagi, Gu Changdi berlari keluar kamar. Meninggalkan Su Rongyuan yang kebingungan.
Raut berbeda tampak dari Gu Jinglei. Sama halnya dengan Gu Changdi, kakek berusia 70 tahun itu terlihat tidak senang melihat Li Heinan datang untuk menemui Lin Xiang.
***
Ada banyak pertanyaan yang muncul dalam benak Lin Xiang. Ia tidak mengerti kenapa Li Heinan tiba-tiba datang, lalu mengajaknya bicara secara empat mata. Apalagi pria itu sengaja membawanya pergi ke belakang mansion. Seolah menariknya pergi ke tempat tersembunyi dari orang-orang yang ada di mansion, termasuk Gu Changdi.
"Jangan berdiri saja. Ayo duduk."
Suara Li Heinan menyentak lamunan Lin Xiang. Dengan canggung, gadis itu mengambil tempat di samping Li Heinan. Keduanya kini duduk bersisian menempati bangku panjang yang ada di tepi kolam renang.
"Apa yang ingin Kakak bicarakan denganku?" tanya Lin Xiang to the point. Ia tidak mau membuang waktu terlalu banyak. Jujur, rasanya kurang nyaman jika hanya berdua saja dengan Li Heinan.
Mendengar pertanyaan Lin Xiang, Li Heinan memandangi gadis itu lamat-lamat. Ia tahu, gadis itu merasa canggung saat bersamanya. Bagaimanapun ini kali kedua mereka kembali bertemu.
Sayangnya, Li Heinan tak akan membuang kesempatan untuk bisa mengenal Lin Xiang lebih jauh.
"Kau gugup sekali." Li Heinan tertawa saat Lin Xiang lekas menggeleng cepat. "Santai saja dan jangan takut. Aku tidak akan menggigitmu."
Celetukan sederhana itu mau tak mau membuat Lin Xiang mengulum senyum. Kali ini Li Heinan terpana selama beberapa detik atas pesona yang dipancarkan Lin Xiang.
"Kakak?"
Li Heinan tersentak kaget saat tangan Lin Xiang melambai tepat di depan wajahnya. "Maaf, aku melamun."
Reaksi Lin Xiang kemudian membuat Li Heinan serasa terkena serangan jantung. Gadis itu kembali tersenyum hangat kepadanya.
Berusaha menetralisir debaran jantungnya, Li Heinan hanya bisa berdeham pelan. Baru menoleh ke arah Lin Xiang yang masih memandanginya dengan sorot mata bertanya.
"Tadi aku melihat konferensi pers yang kau lakukan bersama Gu Changdi. Kau terlihat hebat."
Bibir Lin Xiang bersungut-sungut. "Kenapa setiap orang yang ingin bertemu denganku selalu membahas konferensi pers? Untung Kakak tidak membahas masalah kelakuan Gu Changdi tadi," ucapnya kemudian. Tanpa sadar justru membuatnya teringat kembali aksi nekat yang dilakukan Gu Changdi terhadapnya.
Sontak gadis itu menundukkan kepala dengan wajah merona malu.
Li Heinan sebenarnya enggan membahas ciuman yang dilakukan Gu Changdi dan Lin Xiang selama konferensi pers berlangsung. Mungkin karena dirinya terlanjur tertarik pada Lin Xiang. Rasanya ia sangat tidak suka melihat adegan mesra—untuk kebanyakan orang yang dilakukan pasangan itu.
"Kau tahu, Lin Xiang. Menjadi pendamping hidup Gu Changdi bukan sesuatu yang mudah." Li Heinan menatap langit yang terlihat semakin cerah. "Kau harus menghadapi banyak orang dari kalangan seperti kami. Aku hanya berharap kau tidak akan mundur ataupun takut menghadapi mereka."
"Aku tahu, Kakak." Lin Xiang tersenyum, "Terima kasih atas perhatianmu. Kau tidak perlu khawatir. Aku sudah siap menghadapi itu semua."
Li Heinan menatap Lin Xiang dengan bibir mengatup rapat. Sedikit terkejut mendengar jawaban yang diberikan gadis itu.
"Aku sudah berjanji akan selalu mempercayai Gu Changdi dan terus berada di sisinya."
Kepalan tangan Li Heinan tanpa sadar menguat. 'Kau selalu beruntung Gu Changdi. Kau bahkan sudah mendapatkan gadis seperti Lin Xiang. Kau selalu membuatku iri ....'
"Kakak?"
"Ah, maaf." Li Heinan tersenyum kecil, kemudian mengarahkan tangannya ke atas kepala Lin Xiang. Mengusapnya secara perlahan. "Jika kau butuh bantuan, jangan sungkan memintanya padaku, ya? Kau akan segera menikah dengan adik sepupuku. Otomatis, kau akan menjadi saudaraku."
Wajah Lin Xiang tampak semakin sumringah, "Iya. Terima kasih, Kakak."
Li Heinan tersenyum, menatap bola mata milik Lin Xiang yang begitu cantik.
"Lin Xiang?!"
Seruan dari arah samping membuat keduanya menoleh. Wajah Li Heinan seketika berubah begitu mengetahui siapa yang datang. Berbeda dengan Lin Xiang yang sontak berdiri dan menghampiri Gu Changdi.
"Aku mencarimu ke mana-mana, ternyata kau di sini." Gu Changdi mati-matian untuk tetap tersenyum. Kendati sorot matanya terus tertuju pada Li Heinan yang sedari tadi memandangi keduanya.
"Aku sedang berbicara sebentar dengan Li Heinan-Kakak. Maaf jika tadi tidak memberitahumu dulu, Gu Changdi ...," jawab Lin Xiang sedikit merasa bersalah sekaligus takut. Ia bersumpah sempat melihat api kemarahan yang berpendar dari sorot mata Gu Changdi.
Gu Changdi beralih menatap Lin Xiang. Gadis itu menunduk di hadapannya. Ia pun menyentuh dagu gadis itu, menuntun wajahnya agar mereka saling menatap satu sama lain. "Tidak apa-apa. Aku tak perlu khawatir karena kau bersama Kak Heinan. Bukan begitu, Kak?"
Sadar akan kalimat sindiran yang dilayangkan Gu Changdi, Li Heinan menyeringai kecil. Pria itu berdiri dan menatap Gu Changdi dengan tatapan berbeda dari biasanya. Gu Changdi pun sadar jika ucapan kakeknya tempo lalu, agaknya akan segera menjadi kenyataan.
"Tentu saja. Memang apa yang akan aku lakukan pada calon istrimu?" Li Heinan tertawa keras, "Dia tidak mungkin berpaling darimu. Kau tenang saja, Gu Changdi."
Bibir Gu Changdi berkedut, antara tetap tersenyum dan juga mati-matian menahan kesal.
Dari kejauhan, tampak Gu Jinglei mengawasi dengan didampingi Wang Chen yang datang untuk memberikan laporan terkait respon publik terhadap konferensi pers yang dilakukan Gu Changdi dan Lin Xiang.
"Wang Chen ...." Gu Jinglei masih enggan melepas tatapan matanya dari Li Heinan. "Awasi dia. Rasanya, aku punya firasat buruk dengan apa yang baru saja kulihat."
"Baik."
"Dan satu lagi." Gu Jinglei menatap Wang Chen. "Selidiki latar belakang Wu Yifeng dan Huang Chuan."
Permintaan itu membuat mata Wang Chen mengerjap kaget. "Bukankah mereka pengawal pribadi Nona Lin Xiang yang baru?"
Gu Jinglei mengangguk. "Aku ingin kau mencari tahu informasi mereka lebih lanjut," pintanya.
"Kenapa, Tuan?" Wang Chen terlihat penasaran. "Apa ada yang mencurigakan dari mereka berdua?"
Gu Jinglei terdiam sejenak. "Tidak ada. Hanya ingin tahu saja," jawabnya asal. Ia kembali memandangi arah Lin Xiang yang berada di tengah Gu Changdi dan Li Heinan. Meski sulit untuk ditemukan, matanya berhasil menangkap keberadaan Huang Chuan yang bersembunyi dari sisi bangunan lain.
'Aku merasa mereka berdua begitu mengawasi Lin Xiang. Siapa mereka sebenarnya?'
TO BE CONTINUED