Sesuai rencana, hari ini adalah jadwal fitting busana pengantin yang akan dikenakan oleh Gu Changdi dan Lin Xiang pada pernikahan mereka minggu depan. Su Rongyuan sengaja memilih butik langganan keluarga mereka untuk mengurus gaun serta jas pengantin milik Gu Changdi dan Lin Xiang.
Su Rongyuan terlihat berbicara dengan pemilik butik, sementara Lin Xiang sedang duduk manis di salah satu sofa ditemani Huang Chuan. Ia sama sekali tidak tertarik untuk membaca majalah, sebab merasa risih dengan tatapan beragam dari orang-orang di sekelilingnya.
Yang membuat Lin Xiang semakin tidak nyaman adalah tatapan dari para karyawan di butik itu. Hampir sebagian dari mereka memberikan tatapan mencemooh untuk Lin Xiang.
Berulang kali Lin Xiang meremas ujung dress yang dia kenakan. Su Rongyuan sudah mengatakan beberapa hal padanya untuk mengabaikan orang-orang yang bersikap seperti itu. Namun, Lin Xiang tetap belum terbiasa.
"Anda baik-baik saja, Nona?" tanya Huang Chuan khawatir.
"Aku baik-baik saja," jawab Lin Xiang tersenyum.
"Nona Lin Xiang?"
Lin Xiang mendongak kaget mendengar namanya dipanggil. Seorang karyawan butik sudah berdiri di hadapannya dengan senyuman ramah.
"Gaun milik Anda sudah siap."
Lin Xiang mengangguk kecil, lantas bangkit dari sofa. Ia mengikuti karyawan itu menuju bilik ganti.
Gaun pengantin yang akan dikenakan Lin Xiang berupa korset satin warna putih, yang ditutupi dengan renda buatan tangan. Bagian lengan dibuat transparan, sementara train atau ekor gaun sepanjang 3 meter dan berhiaskan brokat. Untuk viel atau tudung kepala dibuat dari bahan tulle, dan dilengkapi dengan bordiran bunga.
Mata Lin Xiang menatap takjub pada gaun pengantin yang ada di hadapannya sekarang. Su Rongyuan benar-benar pandai memilih gaun yang sangat cocok dengan kepribadiannya. Sederhana, tetapi tetap memberikan kesan anggun dan elegan.
Lin Xiang mulai mencoba gaun pengantin dibantu karyawan yang mengantarnya ke bilik ganti. Salah seorang karyawan lain yang merupakan rekan wanita itu datang ikut membantu.
Ketika tubuh Lin Xiang sudah dibalut gaun pengantin, decak kagum secara bergantian keluar dari kedua karyawan yang membantu Lin Xiang memakai gaun itu.
"Anda terlihat cantik sekali, Nona."
Pipi Lin Xiang bersemu merah, tersipu atas pujian untuknya. Ia tersenyum, mengucapkan terima kasih pada kedua karyawan tersebut. Salah satu dari mereka mulai menarik tirai. Ingin memperlihatkan penampilan Lin Xiang dalam balutan gaun pengantin tersebut pada Su Rongyuan dan Huang Chuan yang menunggu.
"Nyonya Su Rongyuan?"
Su Rongyuan dan Huang Chuan menoleh secara bersamaan. Reaksi keduanya sama, terkagum-kagum dengan penampilan Lin Xiang.
Su Rongyuan lekas menghampiri yang baru saja muncul dari balik tirai bilik ganti. Doe eyes miliknya berbinar takjub, disusul bagian rahang bawahnya yang seolah terjun bebas.
"Ya Tuhan, apa aku baru saja melihat sosok bidadari yang tersesat di bumi?"
"Ibu ...." Lin Xiang merengek malu lantaran menganggap ucapan Su Rongyuan sedikit berlebihan. Tidak jauh berbeda dengan Gu Changdi yang kerap melempar pujian sedemikian rupa. Lihat bagaimana calon ibu mertuanya itu tergelak puas.
"Bagaimana menurutmu, Kak?" tanya Lin Xiang pada Huang Chuan.
"Anda terlihat sangat cantik, Nona," jawab Huang Chuan. Tanpa disadari Lin Xiang dan Su Rongyuan, mata wanita ini sempat berkaca-kaca. Namun, dia berhasil menyembunyikannya dengan baik. "Gaun itu cocok sekali dengan Anda."
"Benar 'kan? Aku memilih gaun yang tepat untukmu." Su Rongyuan tak kuasa memperlihatkan raut bahagia di wajahnya. Ia bertepuk tangan gembira. "Tapi, Ibu masih ingin melihatmu mencoba gaun yang lain. Masih ada dua gaun lagi yang harus kau coba, Sayang."
Mata Lin Xiang mengerjap polos. "Apa tidak sebaiknya mencoba satu gaun ini saja, Bu? Menurutku ini sudah bagus."
Su Rongyuan menggeleng, "Ini memang gaun pilihan pertama, tetapi ada baiknya kau juga mencoba gaun yang lain. Mungkin, ada gaun lain yang lebih kau sukai dari pada gaun ini," pintanya sengaja memasang kitty eyes yang membuat siapa pun sulit untuk menolak.
Lin Xiang tersenyum. Meski gaun pilihan pertama dirasa sudah cukup bagi Lin Xiang, dia tetap tidak bisa menolak permintaan Su Rongyuan. "Baik, Bu. Tapi aku ingin ke toilet sebentar sebelum mencoba gaun lainnya."
"Baiklah." Su Rongyuan menjawab penuh semangat. Lin Xiang segera bertanya pada salah satu karyawan untuk membantunya berganti pakaian, sebelum pergi ke toilet.
Setelah diberikan petunjuk arah toilet, Lin Xiang bergegas ke sana demi menuntaskan hasratnya buang air kecil. Selesai dengan urusannya dan hendak kembali ke bilik ganti yang dipakai sebelumnya, tak disangka Lin Xiang justru mendengar obrolan dari luar bilik toilet yang dimasukinya.
Jika didengar dari suaranya, Lin Xiang menebak ada dua orang yang sedang berbicara di dekat wastafel.
"Jadi gadis tadi yang akan menikah dengan Gu Changdi?"
"Ya, dia sangat cantik. Pantas saja Gu Changdi memilihnya."
"Cih, apa gunanya cantik. Latar belakang keluarganya saja tidak jelas. Menurutku dia tidak pantas bersanding dengan Gu Changdi. Mereka itu bagaikan langit dan bumi."
"Jaga bicaramu! Nanti kalau ada yang mendengar bagaimana?!"
Lin Xiang meremas kedua tangannya, berusaha menyalurkan perasaan tak nyaman atas pembicaraaan yang menyakitkan hatinya tersebut. Sejujurnya Lin Xiang sudah menyiapkan diri, tetapi dia tidak menyangka hatinya terasa begitu perih mendengar kata-kata penuh penghinaan itu. Seolah mampu meruntuhkan dinding kepercayaan diri yang sudah dibangun Lin Xiang setelah konferensi pers bersama Gu Changdi.
Setidaknya, satu pesan yang disampaikan Gu Changdi selesai konferensi pers sangat membantu Lin Xiang dalam mengatasi situasi semacam ini.
"Aku tidak peduli pendapat mereka. Kau mencintaiku dan akan selalu di sisiku sampai maut memisahkan kita, itu sudah lebih dari cukup. Aku tidak menginginkan hal yang lain."
Perlahan Lin Xiang mendengar suara ketukan sepatu yang menjauh. Tandanya kedua karyawan yang membicarakan Lin Xiang sudah pergi dari toilet.
Lin Xiang memberanikan diri untuk keluar dari bilik. Ia harus memasang ekspresi normal seperti sebelumnya, agar tidak menimbulkan kecurigaan dari Su Rongyuan dan Huang Chuan.
"Kau sudah selesai? Ayo, coba gaun yang ini!" seru Su Rongyuan melihat kemunculan Lin Xiang.
Lin Xiang hanya merespon dengan senyuman kecil. Ketika dia baru beberapa melangkah, pandangannya tertuju pada salah satu karyawan yang tiba-tiba menunduk. Seolah tidak ingin Lin Xiang melihat wajahnya.
Cukup lama Lin Xiang terdiam, ia baru menyadari jika karyawan ini adalah orang yang berbeda dengan karyawan yang membantu Lin Xiang beberapa waktu lalu. Meski samar-samar, Lin Xiang sempat menangkap raut takut yang bercampur dengan gugup di wajah karyawan ini.
"Lin Xiang?" Su Rongyuan memanggil lagi karena Lin Xiang tiba-tiba terdiam dan tak segera mendekat ke arahnya. Ia hampiri gadis itu, dan ikut menoleh ke arah yang diperhatikan oleh Lin Xiang. "Apa yang kau lihat?"
Lin Xiang lekas tersadar dari lamunannya, kemudian mengulum senyum kepada Su Rongyuan. "Bukan apa-apa, Bu."
Su Rongyuan tidak bertanya lagi dan segera menarik Lin Xiang. Ia kemudian memanggil salah satu karyawan yang sebelumnya diperhatikan oleh Lin Xiang. "Kau yang di sana, bantu calon menantuku memakai gaun pengantinnya."
Karyawan yang dilihat Lin Xiang tadi melonjak kaget dan segera membungkuk. "Ba-Baik, Nyonya."
Lin Xiang tercenung. Ia jelas mengenali suara ini. 'Ah, jadi orang ini yang membicarakanku di toilet tadi.'
Lantaran terburu-buru, kaki karyawan tersebut tidak sengaja menyandung bagian bawah dari gawang gantungan pakaian. Ia jatuh tersungkur di lantai. Tanpa diduga tiang manekin ½ badan di dekat gawang gantungan pakaian itu ikut tersenggol, dan bersiap menimpa tubuhnya.
"AWAS!"
Seseorang berseru dan berlari ke arah karyawan itu. Hanya dalam satu kedipan mata, butik dilanda kekacauan hebat.
TO BE CONTINUED