Gu Changdi turun dari mobil begitu sampai di butik tempat Lin Xiang dan Su Rongyuan berada. Ia menyuruh sopirnya untuk menunggu. Setelah dari butik, Gu Changdi akan membawa Lin Xiang pergi bersamanya. Ia ingin mengajak Lin Xiang melihat cincin kawin mereka di salah satu toko perhiasan yang berada di pusat kota Beijing.
Saat Gu Changdi hendak memasuki butik itu, ia terheran karena tidak ada petugas yang berjaga di dekat pintu. Biasanya akan ada seseorang yang membukakan pintu untuk pengunjung. Namun, kali ini tidak ada sama sekali.
Tak mau ambil pusing, Gu Changdi memilih langsung masuk ke dalam butik. Salah seorang karyawan yang mengenali Gu Changdi lekas menghampirinya. Pria itu hanya tersenyum tipis, kemudian bertanya di mana keberadaan Lin Xiang dan Su Rongyuan.
Belum sempat karyawan tersebut menjawab, Feng Yan dan Wu Yifeng terlihat keluar dari ruang untuk pengunjung VIP. Gu Changdi kebingungan saat melihat ekspresi kepanikan di wajah kedua pengawal Lin Xiang tersebut. "Ada apa?"
Namun, tak ada satu pun yang menjawab pertanyaannya.
Telinga Gu Changdi lebih dulu menangkap suara gaduh dari ruangan asal Feng Yan dan Wu Yifeng keluar. Ia berjalan memasuki ruangan itu. Pemandangan yang tersaji di dalamnya membuat matanya membulat sempurna.
Lin Xiang sedang duduk di sofa bersama Su Rongyuan dan Huang Chuan, dikelilingi pemilik butik serta karyawan lain. Wajah mereka pucat pasi dan memancarkan ketakutan luar biasa.
Bagaimana tidak?
Kening Lin Xiang memar karena terbentur bagian atas dari tiang manekin ½ badan. Huang Chuan membantu Lin Xiang mengompres kening tersebut, sementara Su Rongyuan berbicara dengan pemilik butik yang terus menyampaikan permintaan maaf. Dari nada bicara Su Rongyuan yang tinggi, terdengar jelas bila ibu Gu Changdi itu sedang memarahi mereka.
Pemandangan inilah yang membuat tubuh Gu Changdi menegang seketika.
"Ada apa ini?"
Suara berat Gu Changdi membuat semua orang kompak menoleh. Reaksi mereka beragam. Lin Xiang dan Su Rongyuan kaget, sedangkan Huang Chuan refleks berdiri dari sofa. Reaksi yang paling kentara dari pemilik butik dan para karyawan yang kompak menunduk ketakutan melihat kedatangan Gu Changdi.
"Gu Changdi?" Su Rongyuan yang segera menghampiri putranya. "Kau baru datang?"
Gu Changdi merespon dengan anggukan kecil. Meski sang ibu sudah berdiri di sampingnya, tatapan Gu Changdi terus tertuju pada Lin Xiang. Tepatnya, pada kening Lin Xiang.
"Ada apa dengan keningmu?" Gu Changdi lekas menghampiri Lin Xiang yang masih terkejut dengan kedatangannya.
"Itu—"
"Apa yang sebenarnya terjadi?!" bentak Gu Changdi pada pemilik butik dan para karyawan. Emosi Gu Changdi dipicu pada kondisinya sendiri yang tak mampu mengontrol kesabaran, lantaran terlalu panik mendapati kening Lin Xiang memar. Terlihat warna biru-keunguan pada kening bagian atas alis kanan Lin Xiang.
"Gu Changdi, tenanglah. Aku tidak apa-apa," ucap Lin Xiang mencoba menenangkan emosi Gu Changdi. Diraihnya tangan Gu Changdi, memberikan remasan lembut agar pria itu kembali menatapnya. Gu Changdi menghadiahi tatapan tajam pada para karyawan butik yang sekarang menunduk ketakutan.
"Tidak apa-apa?" Gu Changdi menggeram. "Keningmu memar seperti ini masih bilang tidak apa-apa?!"
Nada bicara Gu Changdi yang meninggi membuat nyali Lin Xiang sedikit menciut.
"Masih tidak ada yang mau menjawab?" tanya Gu Changdi dengan nada dingin.
Su Rongyuan yang menyadari atmosfer di sekitar mereka semakin tegang karena emosi Gu Changdi, bermaksud memberikan penjelasan.
"Tu-Tuan?"
Tanpa diduga, salah satu karyawan lebih dulu mengambil alih pembicaraan. Semua orang menoleh pada sosok perempuan yang kini memajukan diri di hadapan Gu Changdi.
"Katakan!" titah Gu Changdi dengan nada tegas yang menyiratkan kemarahan besar.
Siapapun bisa melihat bagaimana tubuh perempuan itu gemetar karena perlakuan Gu Changdi yang begitu menakutkan karena dikuasai emosi.
"No-Nona Lin Xiang terluka karena melindungi saya, Tuan. Saya tidak berhati-hati saat berjalan. Kaki saya tersandung bagian bawah gawang gantungan pakaian, yang kemudian menyenggol tiang manekin di sampingnya. Seharusnya saya yang tertimpa tiang manekin itu, tapi ...." Karyawan itu mulai terisak. "Nona Lin Xiang justru berlari melindungi saya dan akhirnya beliau yang terluka. Saya minta maaf, Tuan. Ini kesalahan saya. Maafkan saya."
Gu Changdi melirik Lin Xiang yang kini meringis dengan mata berkedip polos. Ia mengusap-usap punggung Gu Changdi, mencoba meluluhkan kemarahan pria itu. "Sudah, aku baik-baik saja. Masalah ini tidak perlu diperpanjang lagi."
"Tapi keningmu memar!"
"Aku yang memutuskan untuk menyelamatkannya. Jadi ini bukan kesalahannya, oke?" Lin Xiang mulai gemas dengan sikap protektif Gu Changdi yang menurutnya berlebihan. "Lagipula, Kak Chuan juga sudah mengobatinya. Sekarang aku baik-baik saja."
Melihat sorot mata Lin Xiang, dan anggukan Huang Chuan, emosi Gu Changdi berangsur menurun. Ia tidak berbicara lagi dan memilih memalingkan wajah ke sembarang arah.
Su Rongyuan tidak dapat menyembunyikan senyumannya, melihat bagaimana Gu Changdi merajuk pada Lin Xiang yang kini memeluk tubuh putranya tersebut. Berulang kali Lin Xiang sengaja memasang pose imut agar suasana hati Gu Changdi membaik.
Atmosfer di ruangan itu perlahan berganti dengan penuh kehangatan. Semua orang menyaksikan bagaimana interaksi pasangan yang hendak menikah tersebut, dan ikut merasakan momen manis keduanya.
"No-Nona?"
Lin Xiang menghentikan 'aksi membujuk Gu Changdi' sejenak ketika karyawan yang berbicara dengan Gu Changdi tadi memanggilnya. "Kau baik-baik saja?"
Perempuan itu berjengkit kaget mendengar pertanyaan Lin Xiang dan segera mengangguk cepat.
"Syukurlah."
Senyuman hangat dan penuh ketulusan yang diperlihatkan Lin Xiang membuat perempuan itu tidak mampu lagi menahan air matanya. "Nona, maafkan saya. Saya sudah menilai Anda buruk dan sempat menganggap Anda tidak pantas dengan Tuan Gu Changdi."
"Apa maksud ucapanmu?" Gu Changdi hendak menyela, tetapi Lin Xiang lebih dulu menggenggam tangannya. Memberi isyarat untuk diam.
"Sekarang saya mengerti mengapa Anda yang dipilih oleh Tuan Gu Changdi." Perempuan itu menunduk. "Anda orang yang sangat baik. Terima kasih sudah menolong saya. Saya doakan, Anda dan Tuan Gu Changdi hidup bahagia selamanya."
Lin Xiang tersenyum. Tidak dapat menahan rasa harunya. "Terima kasih."
Gu Changdi masih belum mengerti maksud pembicaraan mereka, tetapi Lin Xiang hanya terus melempar senyuman penuh kebahagiaan untuknya. Berbeda dengan Su Rongyuan yang dengan cepat memahami pembicaraan itu.
Sebab, Su Rongyuan mendengar pendapat karyawan itu tentang Lin Xiang.
Su Rongyuan melirik Huang Chuan yang ternyata ikut memperhatikannya. Wanita muda itu tersenyum kecil kepada Su Rongyuan, seolah memberitahu bahwa keadaan sudah aman. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Huang Chuan tahu, Su Rongyuan memanggil karyawan itu karena bermaksud memberinya pelajaran. Obrolan karyawan itu dengan rekannya tentang Lin Xiang, mereka mendengarnya. Su Rongyuan sempat emosi, dan beruntung Huang Chuan berhasil menenangkannya. Namun, Su Rongyuan tetap bersi keras ingin memberikan pelajaran pada karyawan itu.
Siapa yang sangka insiden kecil itu terjadi dan membuat kening Lin Xiang terluka.
Kendati demikian, Su Rongyuan dapat bernapas lega. Perlahan, Lin Xiang mampu memperlihatkan kepada semua orang bahwa dia pantas untuk bersanding dengan putranya.
TO BE CONTINUED