Wu Yifeng melirik wanita di sampingnya yang masih bungkam seribu basa. Menyadari suasana ketegangan yang menyelimuti sekeliling mereka, dia beralih pada Gu Jinglei dan Gu Changdi yang duduk di seberangnya. Berbeda dari Gu Changdi yang tampak tenang, Gu Jinglei terlihat mulai kehabisan kesabaran.
"Kenapa kau diam saja, Huang Chuan?"
Suara Gu Jinglei terdengar berat, tetapi penuh desakan. Dia mendapati pandangan wanita di hadapannya justru tertuju pada lantai. "Haruskah kami mulai memanggil nama aslimu? Agar kau mau bicara."
Wu Yifeng menyadari ketidaksabaran Gu Jinglei semakin meningkat. "Maaf, Tuan Gu Jinglei. Jika Anda tidak keberatan, biar saya yang menjelaskan—"
"Tahan, Yifeng."
Ucapan Wu Yifeng terhenti bersamaan suara lembut milik Huang Chuan atau lebih tepatnya Lin Chuan. Setelah identitas mereka terbongkar, tidak ada alasan lagi bagi mereka untuk melanjutkan penyamaran. Khususnya di hadapan Gu Changdi dan Gu Jinglei.
Sudut bibir Gu Changdi terangkat. "Kalian tidak perlu tegang, santai saja. Kebetulan Lin Xiang sedang keluar bersama Feng Yan." Dia memperhatikan ekspresi Lin Chuan dan Wu Yifeng.
"Kau juga tidak perlu bersikap terlalu formal pada kami. Walau bagaimanapun," Gu Changdi tersenyum hangat pada Lin Chuan, "kau adalah kakak perempuan Lin Xiang."
Jantung Lin Chuan berdetak cepat setelah mendengar ucapan Gu Changdi. Sebelumnya, dia sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi kondisi semacam ini. Saat identitas asilnya sebagai kakak perempuan Lin Xiang terbongkar. Akan tetapi, Lin Chuan tetap kesulitan mengendalikan perasaan gugupnya, terlebih melihat raut wajah Gu Jinglei yang terkesan menahan kemarahan.
"Kakek, kendalikan ekspresimu."
Gu Jinglei menoleh tajam karena mendengar suara celetukan Gu Changdi. "Apa maksudmu? Memang ada yang salah dengan ekspresi Kakek?!"
Gu Changdi geleng-geleng kepala. "Bukan hanya ekspresi, tapi juga emosi. Kalau Kakek tidak bisa mengontrolnya, Kakek membuat mereka ketakutan dan kita tidak akan mendapat pengakuan mereka."
"Hmph!" Gu Jingle mendengus kesal, tetapi tetap mengikuti saran Gu Changdi. "Baik! Kakek akan mengontrolnya!"
Meski berdebat, percakapan antara Gu Changdi dan Gu Jinglei berhasil menggelitik Lin Chuan. Dia mendongak untuk melihat ekspresi Gu Jinglei.
"Pffft ...."
Ketiga pria itu menoleh heran pada Lin Chuan yang baru saja terkikik sambil menutup mulutnya.
"Apa yang lucu?" Gu Jinglei menyadari bahwa Lin Chuan sedang menertawakannya.
"Maaf." Lin Chuan buru-buru menghentikan tawa dan berdeham pelan. Dia sedikit tersipu karena lepas kendali. "Aku jadi teringat kakekku."
Raut kekesalan Gu Jinglei seketika sirna. Mendengar Lin Chuan menyebut tentang kakeknya, dia semakin bersemangat mengobrol dengan wanita itu. "Jadi, kau adalah cucu perempuan Lin Zhaoyun?"
Lin Chuan mengangguk. Dia menangkap tatapan penuh antusias dari Gu Jinglei. "Anda mengenalnya?"
Bukannya menjawab, Gu Jinglei justru tersenyum penuh arti. "Kalau aku tidak menyuruh Wang Chen untuk menyelidiki latar belakang kalian, aku tidak akan pernah mendengar namanya lagi."
Lin Chuan dan Wu Yifeng saling memandang. Jawaban yang diberikan Gu Jinglei terkesan ambigu dan mengundang rasa penasaran mereka, tak terkecuali Gu Changdi.
"Kakek mengenal Tuan Lin Zhaoyun?"
"Tidak terlalu. Kakek hanya pernah bertemu dengannya beberapa kali di perjamuan para pebisnis. Saat itu, ayahmu masih remaja." Gu Jinglei kembali pada Lin Chuan. "Lin Zhaoyun sepertinya juga pernah membawa putranya. Mungkin ayah kalian pernah bertemu saat perjamuan itu."
Gu Changdi mengernyitkan dahi. "Tapi, kenapa aku tidak pernah mendengar nama Tuan Lin Hangeng setiap kali mengikuti perjamuan bersama ayah?"
"Karena ayahku tidak pernah tertarik untuk meneruskan bisnis perusahaan kakek."
Celetukan Lin Chuan membuat pasangan kakek dan cucu itu menoleh kaget, khususnya Gu Jinglei yang terlihat paling terkejut.
"Apa maksudmu?" Gi Jinglei menatap Lin Chuan tak percaya.
Lin Chuan tersenyum tipis. "Ayah lebih tertarik pada industri hiburan dibandingkan bisnis properti. Jadi, Ayah lebih memilih mendirikan perusahaan sendiri daripada meneruskan perusahaan Kakek."
"Apa nama perusahaan ayah kalian?" tanya Gu Changdi penasaran.
"J&L Entertainment."
Alis Gu Changdi terangkat. "J&L Entertainment?"
"Kau tahu soal perusahaan itu?" Giliran Gu Jinglei yang bertanya saat melihat ekspresi Gu Changdi.
"Aku pernah mendengarnya dari ibu. Tapi, seingatku pemilik perusahaan itu bernama Joshua Lin." Setelah menyebutkan nama itu, mulut Gu Changdi terbuka lebar. Dia menoleh pada Lin Chuan. "Mungkinkah Joshua Lin adalah ...."
Lin Chuan tersenyum tipis. "Benar. Joshua Lin adalah Lin Hangeng, ayahku dan Lin Xiang."
Gu Changdi memandangi Lin Chuan dengan perasaan berkecamuk. Beragam pertanyaan memenuhi kepalanya. Namun satu hal yang pasti, sekarang dia paham alasan selama ini kesulitan mencari detil informasi tentang Lin Hangeng.
"Pantas saja aku tidak pernah berhasil mengumpulkan informasi ayah kalian dengan lengkap." Gu Changdi terkekeh pelan, lalu sorot matanya berubah serius. "Aku harap, kau mau menceritakan semuanya pada kami."
Lin Chuan terdiam sejenak, lalu melirik Wu Yifeng yang tampak menganggukkan kepala.
Lin Chuan menarik napas panjang, lalu mengembuskannya secara perlahan. Dia memandangi Gu Changdi dan Gu Jinglei secara bergantian.
"Sebelum aku bercerita pada kalian, bisakah kalian berjanji padaku?"
Gu Changdi mengangguk tanpa keraguan. "Tentu saja. Apa yang kau inginkan dari kami?"
"Sederhana saja." Lin Chuan tersenyum. "Tolong rahasiakan identitasku dari Lin Xiang. Aku masih menunggu waktu yang tepat untuk memberitahunya."
"Tentu." Gu Changdi mengangguk-angguk. "Kau bisa pegang janji kami."
***
"Terima kasih atas kunjungan Anda."
Lin Xiang tersenyum pada karyawan butik yang menyerahkan barang belanjaan miliknya. Dia baru saja mengambil pesanan gaun untuk Shen Wanwan, Zhang Yiyi, dan Lin Chuan.
Melihat tangan Lin Xiang penuh dengan paperbag, Feng Yan buru-buru mengambil alih barang belanjaan tersebut. "Biar saya yang membawanya, Nona."
"Terima kasih." Lin Xiang tersenyum lebar dan berjalan mendahului Feng Yan. Keduanya berjalan berurutan keluar dari butik yang berada di salah satu pusat perbelanjaan ternama di Beijing.
Mata Lin Xiang mengedar ke sekeliling, mengagumi detil bangunan pusat perbelanjaan yang mewah dan berkelas. Sejujurnya, dia sedikit gugup saat mendatangi bangunan itu mengingat lokasinya yang berada di pusat keramaian kota. Namun, Lin Xiang tidak punya pilihan karena harus mengambil gaun pesanan di cabang butik langganan Su Rongyuan.
Pihak butik sempat menawarkan untuk mengantarkan gaun tersebut secara pribadi kepada Lin Xiang, tetapi Lin Xiang menolaknya karena ingin mengambil dan memeriksanya langsung di butik.
Perhatian Lin Xiang tertuju pada toko aksesoris dan membuat langkahnya terhenti. Feng Yan sedikit terkejut dan segera bertanya padanya. "Ada apa, Nona?'
"Aku ingin membeli aksesoris. Kau tunggu di sini sebentar ya, Kak." Lin Xiang menghadiahi senyuman yang semakin lebar. "Aku janji tidak akan lama."
Feng Yan terkekeh pelan. "Saya mengerti, Nona. Nikmati waktu Anda."
"Oke!" Lin Xiang berseru gembira. "Aku akan segera kembali."
Feng Yan geleng-geleng kepala melihat tingkah Lin Xiang. Dia tidak percaya gadis itu akan segera menjadi istri Gu Changdi, mengingat kelakuannya yang terkadang masih seperti anak kecil. Namun, Feng Yang memaklumi lantaran usia Lin Xiang yang belum genap 20 tahun.
Lin Xiang berjalan mendekati salah satu etalase. Seorang pelayan toko yang mengenali Lin Xiang bergegas menghampirinya. Sungguh, dia tidak menyangka akan menerima kunjungan dari sosok fenomenal seperti Lin Xiang.
"Selamat datang." Pelayan itu tersenyum ramah. "Ada yang bisa saya bantu, Nona?"
Lin Xiang mengangguk dan melemparkan senyuman yang hangat. "Aku sedang mencari aksesoris untuk teman-temanku."
"Model aksesoris seperti apa yang Anda inginkan?"
"Sederhana tapi tetap elegan," jawab Lin Xiang.
"Sederhana tapi elegan." Pelayan itu mengulang jawaban Lin Xiang lalu mengangguk antusias. "Baik. Silakan, Nona."
Lin Xiang berjalan mengikuti arahan pelayan, berpindah pada etalase yang terletak di sisi kanannya. Dia tampak fokus mendengarkan penjelasan tentang beberapa aksesoris yang dipajang dalam etalase tersebut. Lin Xiang tampak tertarik pada salah satu aksesoris rambut yang berbahan perak.
Ketika Lin Xiang sedang asyik mengamati aksesoris itu, dia tidak menyadari ada seorang pria tiba-tiba berjalan memasuki toko. Pelayan yang sebelumnya sedang mendampingi Lin Xiang menoleh dan hendak menyapa, tetapi pria itu memberi isyarat padanya untuk tetap diam.
"Kau punya selera yang bagus untuk memilih toko ini."
Alis Lin Xiang tertaut saat mendengar suara dari belakang. Dia segera menoleh dan sorot matanya tampak waspada terhadap kehadiran pria asing yang sudah berdiri di hadapannya. Untuk sesaat, Lin Xiang menilai penampilannya. Dia memiliki tinggi seperti Gu Changdi dan parasnya juga tampan. Namun, kesan nakal begitu kental saat pria itu tersenyum.
"Aku bisa merekomendasikan beberapa aksesoris untukmu."
"Tidak. Aku sudah punya pilihan sendiri," tolak Lin Xiang. Dia teringat pesan Su Rongyuan untuk tidak memberi kesempatan pada pria asing yang memiliki niat buruk terhadapnya. Selain demi kebaikannya sendiri, juga agar Gu Changdi tidak terpancing emosi karena wanitanya menarik perhatian pria lain di luar sana.
Mendengar penolakan Lin Xiang, pria itu tertawa terbahak-bahak. Reaksinya membuat kekesalan Lin Xiang semakin bertambah dan memilih untuk mengabaikannya.
"Jadi ini tipe gadis yang dipilih Gu Changdi."
Mendengar nama yang disebut, Lin Xiang kembali berbalik. "Kau mengenal Changdi?"
"Tentu saja. Aku sangat mengenalnya sampai tahu semua rahasianya," pria itu tersenyum menyeringai lalu menaik-turunkan alisnya, "mau aku beritahu salah satu?"
Lin Xiang mendengus. "Tidak, terima kasih." Dia kembali meninggalkan pria itu.
Pria itu tercengang karena tidak berhasil membujuk Lin Xiang. "Hei, tunggu dulu!" dia berlari dan meraih tangan Lin Xiang. Namun, karena tarikannya begitu kuat, Lin Xiang justru terjatuh ke pelukannya.
"Ma-Maaf." Pria itu buru-buru mendorong tubuh Lin Xiang. Sayangnya, permintaan maaf yang dia ucapkan tidak berarti apa-apa. Lin Xiang terlanjur marah dan berakhir menamparnya.
"Kenapa kau menamparku?!" Pria itu protes. "Aku sudah minta maaf!"
Darah Lin Xiang semakin mendidih. Dia benar-benar marah dan juga malu karena dipeluk olehnya. Kali ini, Lin Xiang memukul tubuh pria itu secara brutal dengan mengandalkan tasnya.
"Auw! Auw!" Pria itu semakin berteriak kesakitan. "Berhenti! Kau tidak tahu siapa aku?!"
"Aku tidak tahu dan aku tidak peduli!" Lin Xiang mendengus kesal. "Kau pantas mendapatkannya karena bersikap kurang ajar padaku!"
Bukannya berhenti, Lin Xiang semakin menjadi dan membuat suasana di toko kacau. Pelayan yang menyaksikan adegan itu berusaha menghentikan Lin Xiang tetapi tidak berani.
Feng Yan yang baru kembali dari toilet, mendengar keributan di toko bergegas masuk. Dia terkejut mendapati Lin Xiang sedang memukuli seorang pria.
"Nona!"
Mengetahui kehadiran Feng Yan, Lin Xiang baru menghentikannya.
"Nona, apa yang terjadi? Anda baik-baik saja?" tanya Feng Yan panik.
"Aku baik-baik saja. Aku hanya memberi pelajaran pria kurang ajar ini yang sudah berani memelukku!" jawab Lin Xiang ketus.
"Apa?!"
"Aku tidak sengaja!"
Emosi Feng Yan hampir meledak sebelum mendengar suara yang dikenalinya itu. Tepat saat pria itu mendongak ke arahnya, rahang Feng Yan terjun bebas. "Tu-Tuan Fu Shilin?"
Reaksi Feng Yan membuat Lin Xiang terkejut. "Kau mengenalnya?"
"Tentu saja dia mengenalku!" Pria yang diketahui bernama Fu Shilin itu menjawab dengan keras. "Karena aku sahabatnya Gu Changdi, tahu!"
Mata Lin Xiang membulat lucu. "Apa?!"
TO BE CONTINUED