Huang Chuan sedang menikmati pemandangan di taman mansion keluarga Gu. Matanya terpejam sejenak. Embusan angin yang mengenai wajahnya berhasil membuat hatinya lebih tenang. Ketika telinganya mendengar suara langkah kaki dari belakang, Huang Chuan kembali membuka mata.
"Ada apa, Yifeng?" Tanpa menoleh ke belakang, Huang Chuan sudah tahu bahwa Wu Yifeng yang baru saja datang menghampirinya.
Huang Chuan tidak melihat ekspresi kegelisahan di wajah Wu Yifeng. Dia menoleh karena tak kunjung mendengar jawaban pria itu. Begitu berhadapan dengan Wu Yifeng, dia baru bisa melihat kejanggalan pada raut wajahnya.
"Ada apa?" ulang Huang Chuan. Matanya memicing penuh curiga. "Terjadi sesuatu?"
Wu Yifeng menghela napas. "Sepertinya kita sudah ketahuan."
Dahi Huang Chuan mengerut tajam. "Apa maksudmu?"
"Tuan Gu Jinglei menyelidiki identitas kita."
Hening.
Belum ada tanggapan dari Huang Chuan, tetapi sudut bibirnya tertarik. "Bagus kalau Tuan Gu Jinglei sudah tahu. Dengan begitu, kita tidak perlu bersembunyi darinya lagi." Dia mendongak dan menatap langit yang sudah dihiasi warna oranye.
"Mungkin, sebentar lagi Gu Changdi juga akan mengetahuinya," lanjut Huang Chuan.
Wu Yifeng sedikit mengepalkan tangannya. Sedikit tidak senang atas reaksi santai Huang Chuan. "Apa rencanamu sekarang?"
"Tidak ada. Sejak awal, aku tahu identitas kita akan ketahuan. Kita tidak akan semudah itu untuk mengelabui mereka." Huang Chuan mengalihkan pandangannya pada bangunan mansion keluarga Gu. "Kapanpun mereka menginterogasi kita, aku siap untuk menyudahi penyamaran ini."
Wu Yifeng terdiam. Dia memperhatikan sorot mata Huang Chuan yang bersinar, memancarkan tekad yang begitu besar. "Kau yakin?"
Huang Chuan mengangguk tanpa keraguan.
"Tapi—"
"Kak Yifeng!"
Ucapan Wu Yifeng terpotong setelah mendengar seruan keras dari Lin Xiang. Dia menoleh bersama Huang Chuan dan menemukan Lin Xiang berlari menghampiri mereka dengan wajah penuh semangat.
Huang Chuan sedikit khawatir melihat Lin Xiang membungkuk untuk mengatur napasnya yang sedikit tersengal. "Nona baik-baik saja?"
Lin Xiang mengangguk-angguk. "Dari tadi aku mencari Kak Yifeng. Ternyata ada di sini!" Dia berseru gembira.
Huang Chuan dan Wu Yifeng saling memandang.
"Nona mencariku?" Wu Yifeng kebingungan. "Apa Nona membutuhkan sesuatu?"
Mendengar pertanyaan itu, senyuman Lin Xiang semakin lebar. "Benar sekali. Ini soal pernikahanku dengan Gu Changdi." Setelah menyebutkan soal pernikahan, Lin Xiang menunduk malu. Pipinya tampak merona.
Dahi Wu Yifeng mengerut. Huang Chuan yang mendengarkan juga semakin penasaran dengan arah pembicaraan mereka.
"Ngg ... kalau tidak keberatan, maukah Kakak menjadi waliku saat aku menikah dengan Gu Changdi nanti?"
"Apa?" Wu Yifeng terkejut mendengar permintaan Lin Xiang. "Nona ingin saya menjadi wali Anda?"
Lin Xiang mengangguk. Dia menggaruk kecil pipi kanannya. "Aku sudah tidak punya orang tua dan satu-satunya kerabat yang aku miliki tidak mungkin hadir dalam pernikahanku. Tadinya Gu Changdi sempat menawarkan Kakek, tapi aku khawatir akan menyulitkannya."
Mata Lin Xiang berbinar-binar saat menatap Wu Yifeng. "Karena itu, aku mengusulkan pada Gu Changdi agar kau yang menjadi waliku."
"Ta-Tapi ... kenapa saya, Nona?" tanya Wu Yifeng bingung.
"Aku sudah menganggap Kak Huang Chuan seperti kakakku sendiri, begitupun denganmu." Lin Xiang menyeringai penuh arti. "Bukankah kalian menjalin hubungan?"
Sontak saja wajah Huang Chuan dan Wu Yifeng memerah.
"Nona, kami tidak—"
"Tidak usah malu. Aku bisa melihat percikan asmara di antara kalian," goda Lin Xiang sambil menaik-turunkan alisnya. "Jadi, apa Kak Yifeng bersedia menjadi waliku?"
Wu Yifeng melirik Huang Chuan lagi. Lewat kontak mata seolah memberi isyarat pada Huang Chuan untuk meminta pendapatnya.
Lin Xiang menunggu dengan penuh antisipasi. Tepat saat Huang Chuan menganggukkan kepala, Wu Yifeng menoleh padanya sambil mengangguk.
"Suatu kehormatan bagi saya, Nona," ucap Wu Yifeng. Dia menyanggupi permintaan Lin Xiang.
"YEAY!" Lin Xiang melompat gembira kemudian memeluk Wu Yifeng. "Terima kasih, Kak!"
Wu Yifeng sempat terkejut atas tindakan Lin Xiang itu. Beruntung dia berhasil mengontrol ekspresinya dengan baik.
"Aku akan memberitahu Gu Changdi kalau Kakak setuju," kata Lin Xiang dengan penuh semangat. Dia segera berlari masuk ke mansion, meninggalkan Huang Chuan dan Wu Yifeng yang masih berdiri di tempat dengan perasaan berkecamuk.
"Yifeng ...." Mata Huang Chuan berkaca-kaca. "Terima kasih."
Melihat air mata Huang Chuan hendak turun, Wu Yifeng tidak bisa menahan diri dan bergegas memeluknya.
"Aku sudah tidak peduli lagi, Yifeng. Jika memang kita harus mengakui hasil penyelidikan mereka, aku siap membuka identitas kita." Huang Chuan sedikit terisak. "Dengan begitu, aku bisa meminta izin pada mereka untuk membawa adikku pulang menemui Kakek."
"Aku mengerti." Wu Yifeng mengusap-usap bahu Huang Chuan. "Apapun keputusanmu, aku akan mendukungmu."
***
"Lin Xiang menunjuk Wu Yifeng untuk menjadi walinya di pernikahan kalian nanti?"
Gu Changdi merespon pertanyaan kakeknya dengan anggukan kecil. Dia baru saja menerima kabar dari Lin Xiang tentang Wu Yifeng yang setuju untuk menjadi wali Lin Xiang di pernikahan mereka. Dia tersenyum setiap kali mengingat raut kegembiraan di wajah Lin Xiang saat menceritakan respon Wu Yifeng padanya.
"Lin Xiang begitu gembira saat memberitahu kabar itu. Dia—" Ekspresi Gu Changdi berubah bingung setelah mendapati ekspresi kegelisahan di wajah Gu Jinglei. "Kakek baik-baik saja?"
Gu Jinglei menggeleng pelan dan semakin mengundang rasa penasaran Gu Changdi.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Gu Changdi dengan hati-hati. "Jika sedang ada masalah, Kakek bisa bercerita padaku."
Kedua tangan Gu Jinglei bertumpu pada tongkat. "Apa alasan Lin Xiang memilih Wu Yifeng untuk menjadi walinya di pernikahan kalian nanti?"
Gu Changdi sedikit terkejut. Namun, dia tidak menaruh curiga apapun terhadap Gu Jinglei. Dia memilih menjawab jujur pertanyaan yang dilontarkan kakeknya.
"Tidak ada alasan khusus. Lin Xiang sudah menganggap Wu Yifeng sebagai kakaknya sendiri." Gu Changdi diam-diam mengamati perubahan ekspresi wajah Gu Jinglei. "Sebenarnya, aku sempat mengusulkan agar Kakek yang menjadi walinya, tetapi Lin Xiang menolak. Dia tidak ingin menyusahkan Kakek."
"Anak itu ...." Gu Jinglei berdecih kesal, tetapi bibirnya menyunggingkan senyuman. Dalam sepersekian detik, raut wajahnya kembali serius. "Changdi, ada hal yang harus kau ketahui tentang Huang Chuan dan Wu Yifeng."
Mata Gu Changdi berkedip-kedip.
"Sebelumnya, Kakek minta maaf karena melakukan penyelidikan terhadap mereka tanpa meminta izin padamu lebih dulu." Gu Jinglei memperhatikan sekeliling. Setelah memastikan kondisi ruang tamu aman, dia kembali berbicara. "Kakek menemukan sesuatu yang disembunyikan dari Huang Chuan dan Wu Yifeng."
Alis Gu Changdi bertautan. "Apa maksud Kakek?"
"Ini soal identitas Huang Chuan dan Wu Yifeng." Gu Jinglei menarik napas sejenak dan mengembuskannya secara perlahan. "Asal kamu tahu, Wu Yifeng sebenarnya masih terikat kontrak kerja dengan salah seorang pengusaha di Sichuan. Lalu, Huang Chuan sebenarnya—"
"Aku tahu, Kakek."
Giliran ekspresi wajah Gu Jinglei yang terlihat terkejut. "Apa?"
Gu Changdi tersenyum dan melanjutkan ucapannya dengan tenang. "Sebelum Kakek menyelidiki identitas mereka, aku sudah melakukannya lebih dulu."
Ekspresi Gu Jinglei terlihat tidak percaya. "Kau ... sudah tahu?"
"Ya. Aku sudah tahu semuanya." Gu Changdi tertawa. "Biar aku tebak. Pasti Kakek sangat terkejut saat mengetahui nama asli Huang Chuan?"
Gu Jinglei tidak berkata apapun selain mengangguk pelan. Reaksinya membuat Gu Changdi tertawa semakin keras.
"Mungkin kita bisa bertanya langsung padanya." Seringaian kecil menghiasi bibir Gu Changdi. "Bagaimana menurutmu, Nona Lin Chuan?"
Mendengar nama yang disebut Gu Changdi, Gu Jinglei yang semula menunduk segera mengangkat kepalanya. Dia buru-buru menoleh ke belakang begitu melihat arah pandangan cucunya. Barulah Gu Jinglei menemukan keberadaan Huang Chuan bersama Wu Yifeng. Ekspresi mereka sama-sama terkejut karena ucapan Gu Changdi.
Awalnya, Huang Chuan dan Wu Yifeng pergi mencari Gu Changdi untuk membicarakan masalah permintaan Lin Xiang. Mereka diberitahu bahwa Gu Changdi sedang berbicara dengan Gu Jinglei di ruang tamu.
Siapa sangka, Gu Changdi tiba-tiba menyebutkan nama asli Huang Chuan.
Lin Chuan.
TO BE CONTINUED