Gu Jinglei hanya tersenyum menanggapi sikap Su Rongyuan yang terus menanyainya soal berita rencana pernikahan Gu Changdi dan Lin Xiang. Reaksi yang serupa diperlihatkan Su Huangli. Dia meringis lebar ketika bibinya menggerutu kesal karena tak kunjung mendapatkan jawaban.
"Tega sekali kalian tidak mau memberitahuku," ucap Su Rongyuan mendramatisir.
Tawa Gu Jinglei pecah. Ia memang suka sifat menantunya yang satu ini. "Baiklah, Ayah akan menjelaskannya padamu," tutur Gu Jinglei.
Wajah mendung Su Rongyuan seketika berubah cerah. Seolah tak ingat umurnya yang sudah memasuki setengah abad, Su Rongyuan memperlihatkan kitty eyes yang dia miliki. Su Huangli tersedak minuman setelah melihat perubahan ekspresi wajah bibinya.
"Dengan berita ini, aku harap Lin Xiang bersedia untuk menikahi dengan Gu Changdi secepatnya," kata Gu Jinglei.
Ada raut tidak percaya yang terlukis di wajah Su Rongyuan. Alisnya tertaut sempurna. "Hanya itu?" tanyanya masih kurang yakin.
Gu Jinglei menyandarkan punggungnya sejenak, meraih gelas dan meneguk minumannya secara perlahan. "Tentu saja tidak," lanjutnya sambil meletakkan gelas kembali di atas meja.
"Apa alasan lainnya, Ayah?" tanya Su Rongyuan mulai tak sabar.
"Aku ingin memancing 'orang itu' keluar."
DEG!
Tubuh Su Rongyuan menegang, terlalu terkejut mendengar pengakuan Gu Jinglei. "Tidak, Ayah tidak bisa melakukannya. Aku tidak mau Lin Xiang terlibat dalam masalah keluarga kita, Ayah," tolaknya tidak setuju.
Gu Jinglei menghela napas. Sudah menduga reaksi menantunya akan seperti ini.
"Cepat atau lambat, Lin Xiang akan menjadi bagian dari keluarga kita setelah resmi menikah dengan Gu Changdi. Mau tidak mau, dia akan terseret dalam masalah keluarga kita, Rongyuan," jelas Gu Jinglei.
"Tapi, bagaimana dengan keselamatan Lin Xiang, Ayah?" Su Rongyuan menatap Gu Jinglei dengan wajah penuh kekhawatiran. "Sudah pasti 'orang itu' akan mengincar Lin Xiang. Aku tidak mau putraku kembali kehilangan sumber kebahagiaannya. Cukup suamiku saja yang menjadi korban, Ayah. Aku tidak ingin kejadian tragis kembali menimpa keluarga kita."
Gu Jinglei melirik Su Huangli yang sedari tadi menyimak obrolan mereka. Ia meminta pria itu untuk membantu membujuk Su Rongyuan.
Seolah mengerti maksud di balik sorot mata Gu Jinglei, Su Huangli beranjak dari kursinya, kemudian mendekati posisi Su Rongyuan. "Bibi, kita tidak bisa terus-menerus menutupi kasus kematian Paman Jiangzen."
"Tapi ...."
"Bibi tidak perlu khawatir. Keselamatan Lin Xiang akan selalu menjadi prioritas utama. Termasuk anggota keluarga lainnya," tutur Su Huangli menenangkan Su Rongyuan. "Aku yakin, Gu Changdi juga tidak akan membiarkan gadisnya berada dalam situasi bahaya."
Su Rongyuan terdiam, memikirkan kembali semua penjelasan yang diberikan Gu Jinglei dan Su Huangli. Keraguan yang sempat melanda hatinya perlahan mulai sirna, kendati ia belum sepenuhnya yakin untuk menyetujui keputusan mereka.
"Baiklah, aku akan mengikuti rencana kalian. Tapi, pastikan semua anggota keluarga kita dalam keadaan aman," pinta Su Rongyuan.
"Tentu." Gu Jinglei meraih tangan Su Rongyuan kemudian menggenggamnya dengan erat. "Aku tidak akan membiarkan kejadian tragis kembali menimpa keluarga kita. Percayalah pada ucapanku, Rongyuan."
Su Rongyuan langsung beralih memeluk Gu Jinglei dan memeluknya dengan erat. "Aku percaya padamu, Ayah ...."
Mata wanita paruh baya itu kembali terpejam. Menikmati sentuhan tangan Gu Jinglei yang mengingatkannya pada sentuhan tangan mendiang suaminya. 'Jiangzen ... kuharap keputusan yang kami ambil sudah benar.'
***
Dua hari berlalu semenjak berita rencana pernikahan Gu Changdi dan Lin Xiang muncul di kalangan publik. Semua orang masih membicarakan keduanya. Mereka menantikan pernyataan resmi dari pihak Royal Group, maupun keluarga Gu yang sampai detik ini belum bersedia menemui para wartawan yang masih bertahan untuk memburu kebenaran berita rencana pernikahan Gu Changdi dan Lin Xiang.
Penjagaan ketat masih terlihat di sekitar mansion keluarga Gu, termasuk anggota keluarga yang selalu dikawal ke manapun mereka beraktivitas di luar mansion.
Jika mereka sudah terbiasa menghadapi wartawan, lain dengan Lin Xiang yang merasa tertekan. Ia risih ketika pergi ke rumah sakit untuk menjalani terapi, selalu ada wartawan yang membuntutinya. Kini semua mata selalu tertuju padanya tiap kali ia berada di luar mansion.
Itu sebabnya, Gu Changdi memutuskan untuk menambah jumlah pengawal pribadi Lin Xiang. Feng Yan akan mengalami kesulitan jika harus mengawal gadis itu sendirian.
"Sayang?"
Gu Changdi tidak tahu lagi harus bagaimana membujuk Lin Xiang untuk menerima keputusannya. Lin Xiang tidak merespon ucapan Gu Changdi. Gadis itu memalingkan wajah sambil bersedekap dengan bibir mengerucut imut. Membuat Gu Changdi harus ekstra sabar menghadapi tingkah gadisnya yang sedang merajuk.
"Kau menyebalkan!"
"Aku tidak punya pilihan, Sayang. Kalau hanya mengandalkan Feng Yan saja, aku khawatir kau tidak akan aman di luar sana." Gu Changdi berjongkok di hadapan Lin Xiang, meraih tangan gadis itu lantas mengecupnya dengan penuh kelembutan. "Hanya dua pengawal, oke?"
Lin Xiang masih bungkam.
"Dua pengawalmu yang baru kebetulan berasal dari Sichuan, Sayang. Daerah kelahiran mendiang ayahmu," bisik Gu Changdi kemudian dan disambut mata rusa yang berbinar terang.
"Benarkah?!" Lin Xiang langsung memandangi dua orang—pria dan wanita—yang sudah memakai setelan jas khusus seragam pengawal. "Kalian dari Sichuan?"
Kedua pengawal baru yang dibawa Gu Changdi itu mengangguk kompak, lantas tersenyum ramah pada Lin Xiang.
"Perkenalkan, nama saya Wu Yifeng."
"Saya Huang Chuan."
Wajah Lin Xiang semakin terlihat cerah. "Sepertinya kalian lebih tua dariku. Bolehkah aku memanggil kalian Kakak?" pinta Lin Xiang sambil memasang kitty eyes andalannya.
Gu Changdi menggeleng gemas melihat kelakuan Lin Xiang, kemudian beralih memandangi Wu Yifeng dan Huang Chuan yang terlihat ragu. "Turuti saja permintaannya. Dia tidak akan berhenti memasang wajah seperti itu sampai kalian setuju," katanya memberitahu.
"Baik, Tuan." Wu Yifeng tersenyum kepada Lin Xiang. "Tentu saja, Nona Lin Xiang. Anda bebas memanggil kami seperti itu."
"YEAY!" Teriakan Lin Xiang yang begitu gembira mengundang perhatian Su Rongyuan yang baru saja turun dari tangga.
"Oh, sepertinya calon menantu Ibu sedang senang sekali," ucap Su Rongyuan kemudian memandangi Wu Yifeng dan Huang Chuan. "Kalian pengawal baru yang dibawa Gu Changdi?"
"Iya, Nyonya. Kami akan bekerja sebaik mungkin untuk melindungi Nona Lin Xiang," kata Wu Yifeng penuh keyakinan.
Su Rongyuan tersenyum. "Aku sangat mengandalkan kalian. Tolong jaga dan lindungi dia."
"Baik."
"Changdi kau belum berangkat ke kantor?" tanya Su Rongyuan terheran. "Di mana Huangli? Tadi sepertinya dia ada di sini."
"Kak Huangli sedang berbicara dengan Kakek. Kebetulan aku juga masih mengurusi bayi kecilku yang kelewat manja ini, Ibu," jawab Gu Changdi disertai cengiran lebar. Ia tersenyum geli melihat pelototan mata Lin Xiang yang begitu tajam. Menurutnya, Lin Xiang justru tampak lucu dan menggemaskan ketika sedang marah ataupun kesal.
"Kau senang sekali menggodanya." Su Rongyuan terkekeh pelan melihat interaksi kedua orang itu. "Sebaiknya kau berangkat sekarang. Ibu tidak mau seorang pimpinan perusahaan datang terlambat. Itu tidak bagus, Changdi."
"Aku tahu." Gu Changdi memeluk Su Rongyuan kemudian mengecup sayang keningnya.
Su Rongyuan menahan tawa ketika melihat Gu Changdi berjalan meninggalkan mereka. "Gu Changdi, kau tidak melupakan sesuatu?" tanyanya sambil melirik wajah cemberut di sebelahnya.
Gu Changdi berbalik kemudian menepuk keningnya dramatis. "Astaga, aku hampir saja lupa, Bu."
"Pergi saja sana!" bentak Lin Xiang ketika melihat Gu Changdi berbalik mendekatinya.
"Kau manis sekali," goda Gu Changdi kemudian menangkup wajah Lin Xiang dan mengecup bibirnya mesra. "Aku pergi dulu, ya?"
Pipi Lin Xiang merah padam seiring gerakan mengangguk malu-malu yang dia perlihatkan. Selanjutnya terdengar pekikan histeris dari Su Rongyuan yang terlalu gemas melihat adegan cheesy yang dilakukan putranya.
Feng Yan ikut tertawa, lantas melirik dua rekan kerjanya yang baru. "Kita akan selalu melihat adegan seperti itu setiap hari. Persiapkan diri kalian," ucapnya sambil menepuk bahu Wu Yifeng dan ditanggapi tawa geli pria itu. Sementara Huang Chuan hanya tersenyum tipis tanpa mengindahkan pandangannya dari Lin Xiang. Wanita bermata panda itu terus memandangi Lin Xiang.
"Chuan?"
Suara Wu Yifeng membuyarkan lamunan Huang Chuan. Wanita itu menoleh lantas terdiam mendapati sorot mata Wu Yifeng.
"Kita akan bekerja sebaik mungkin untuk melindunginya," ucap Wu Yifeng.
Huang Chuan mengangguk, kemudian mengikuti Feng Yan dan Wu Yifeng yang mendekati Lin Xiang.
TO BE CONTINUED