Day.9
Blarr! Blarr! Blarr!..
Suara ledakan yang terus terulang selama semalaman itu akhirnya membangunkan Vainz.
Suara itu sudah ada sejak Vainz mulai menutup mata dan itu terus berlanjut sampai saat ini, satu-satunya alasan mengapa suara itu bisa membuat Vainz terbangun adalah karena Vainz merasa ini sudah saatnya bangun.
-Hrmmmh.. Hentikan itu. Team Skeletal Warrior masuk ke kota itu daaaaaaannn... Habisi siapapun yang masih hidup…!
Setelah memberikan perintah mental itu dengan separuh kesadaran, Vainz mengerutkan dahinya.
Hmmm... Apa ini?
Vainz menggerakkan jari-jarinya sekali lagi untuk memastikan benda apa yang ada di telapak tangannya.
…. lembut-Squishy .. halus-Slime? Bukan... yang ini hangat-
"Ngh!"
-eh?!
Apa itu?!
Vainz membuka kedua matanya perlahan-lahan.
Yang pertama kali Vainz lihat adalah rambut hitam panjang milik seorang perempuan yang membelakanginya.
Mungkin karena kedinginan, perempuan itu berjarak sangat dekat dengan Vainz.
Vainz berkedip beberapa kali, dia mengangkat kepalanya dan melihat seluruh tubuh di depannya dari atas hingga kebawah-Telanjang.
Seorang perempuan yang telanjang sedang berada di dalam pelukannya saat ini.
Vainz melihat tangannya, mencari sumber sensasi lembut beberapa saat lalu.
"…"
Hufff-hufff-hufffffff.…. Oke.. tenang!
Vainz melihat tangannya sekali lagi.
Tangan kirinya saat ini sedang berada di bawah kepala gadis itu-mungkin dia menggunakannya sebagai bantal-sementara tangan kanannya berada sedang memegang-salah satu dari dua relic-dada gadis itu.
.....Eh?!
Apa yang terjadi?
Apa yang sedang terjadi?
Wait-wait-wait... THE FUCK IS GOIN ON?!
...WHO IS THIS GIRL?
DOES SHE DO SOMETHING TO ME? !!
SHE DOING SOMETHING ???
MY VERY VALUABLE VIRGINITY? !!!OKAY-OKAY-OKAY-OKAY!!!!!
...….. LETS FUCKIN CALM DOWN FIRST!!
Vainz mengangkat tangannya dari dada gadis itu. Berikutnya dia mengangkat kepala gadis di depannya dan menarik tangan kirinya.
Vainz meraih kain yang dia gunakan sebagai selimut semalam untuk menutupi tubuh gadis itu dan bergerak menjauh.
Vainz duduk di samping para Skeletal mage yang berlutut dan memijat kepalanya.
….apa yang terjadi-tidak, lebih tepatnya siapa gadis ini?
Dewi? Penghuni kota ini? Penghuni lantai ini?
Kenapa dia tidur telanjang di sampingku?
mmhhhhhhhhhh.….-!?
Jangan bilang..-Appraisal.
Level : 1 HP : 32 Race : Devil MP : 20 Class : - SP : 23 23 Resistance : 15 Physical Atk : 23 Physical Def : 18 Magic Atk : 6 Magic Def : 7 Intelligence : 34 Agility : 25 Title : Status appraisal failed. Active Skills : - Passive Skills : - Magic Skills : - .> …eh? "EHHHHHH!!" Satania?! Tidak mungkin, bukankah kemarin gadis itu masih sangat kecil? Tidak mungkin. Tidak mungkin! IMPOSSIBLE!!! Tapi, hasil appraisal tidak mungkin salah... Nameless! Bukankah gadis ini memang satania?! Hanya ada satu cara untuk memastikannya… tapi.. ngrhh... Vainz menekan rasa penasarannya sekuat mungkin. Bukankah itu pelecehan seksual?! …..tapi ini untuk mencari bukti kan? Jadi tidak apa-apa kan? Vainz bangkit dan berjalan mendekati Satania. Namun sebelum dia benar-benar bisa mendekatinya, satania perlahan bangkit dan mengusap kedua matanya. Dia melihat sekelilingnya beberapa kali sebelum akhirnya memutar kepalanya dan melihat Vainz. "…." Vainz membeku di tempatnya berdiri. Dia mencoba membuat senyum senormal mungkin namun itu sia-sia saat kedua matanya terus beralih ke bagian tertentu milik satania. Saat satania bangun barusan, kain yang dia gunakan untuk menutupi tubuhnya sudah benar-benar terlepas sekarang. Vainz ingin mengatakan hal itu, namun dia tidak bisa berkomunikasi dengan gadis itu sejak awal. Dia juga tidak bisa memikirkan gesture apapun karena otaknya benar-benar sedang terbakar saat ini. Ah.. aku ingin mati saja Sekarang. Satania mengedipkan matanya beberapa kali sambil menatap Vainz. …hmm.. apa yang tuan ini lihat? Ekspresinya agak aneh.. Mengikuti tatapan Vainz, satania menundukkan kepalanya dan melihat tubuhnya. Wajah satania seketika memerah. "KYAAAAAA!!!!-" Satania meraih kain di bawanya dengan tergesa-gesa dan menutupi tubuhnya. Ini buruk. Jika ada monster yang mendengar suaranya.. Vainz Bergerak secepat mungkin dan menutup mulut satania. "-Ssst!" Memahami maksud Vainz, satania mengangguk dan berhenti berteriak. Vainz meraih pakaian dari tas di sampingnya dan menyerahkannya pada Satania. Satania menerima pakaian itu dengan wajah merah padam. Vainz berjalan menjauh dan memutar tubuhnya. Menanggapi perintah mental Vainz, skeletal Warrior dan dua skeletal mage mengambil kain dari tas di belakang Vainz dan menggunakannya untuk membuat penghalang berbentuk persegi. Setelah beberapa menit, Vainz mendengar suara dari belakangnya dan akhirnya memutar tubuhnya. Vainz kehilangan kata-kata karena pemandangan didepannya. Baju yang dipakai satania terlihat sangat besar, itu wajar mengingat itu adalah pakaian pria yang Vainz ambil untuk dirinya sendiri. Namun satania tidak terlihat aneh ataupun jelek, sebaliknya dia terlihat sangat menarik. Rambut hitam panjang miliknya yang terurai bebas terlihat sangat indah saat terkena angin, bibir merah mudanya yang basah terlihat sangat cantik, dan matanya yang kuning keemasan terlihat seperti mata predator yang ingin memangsa Vainz. Dua tanduk kecil dan sepasang sayap kelelawar di pinggulnya tidak merusak penampilannya, sebaliknya dua elemen itu membuat penampilannya menjadi semakin luar biasa. Apa yang pertama kali terlintas di benaknya saat melihat satania adalah- "-Aku ingin memakan gadis ini. ..… !?" Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutnya, membuat Vainz mengerutkan dahinya. Dia melihat satania dari sudut matanya, gadis itu terlihat sangat puas karena alasan yang Vainz tidak ketahui. "****?" Vainz bersyukur karena mereka berdua tidak bisa memahami perkataan satu sama lain. Jika gadis ini mendengar apa yang barusan kukatakan… mungkin aku akan bunuh diri karena rasa malu. Vainz menghapus pemikiran itu dan mendekati Satania. Dia meraih kain dari tangan Skeletal Warrior dan menggunakannya sebagai alas duduk. Dua skeletal Warrior dan dua skeletal mage itu kembali ke tempat mereka dan berlutut sementara Vainz menghirup nafas panjang. Fuuhhh.… Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku berbicara dengan seorang gadis... Sejak SMP? ….Aku bahkan tidak ingat apakah aku punya kekasih atau tidak.. Vainz tersenyum kecut dengan pemikiran itu sebelum akhirnya duduk dan Satania mengikutinya beberapa saat kemudian. Vainz menatap satania yang terlihat sangat gugup di depannya. ….HEY! AKU YANG SEHARUSNYA GUGUP DISINI?! APA-APAAN KAU INI? ! TENANGLAH!!! AKU JUGA GUGUP!!! Namun Vainz berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menumpahkan emosi dan perasaan apapun itu ke dalam wajahnya. Vainz mengusap tangannya yang berkeringat ke celana lusuh yang dia pakai dan membuka mulutnya. "…o-oke.… Kau satania kan?" Vainz mengajukan pertanyaan itu dengan suara yang gemetar. Di sisi lain satania mulai menunjukkan ekspresi kebingungan. "******. ***** *****, ****** **** ****** ******!" Ketegangan yang Vainz rasakan perlahan berkurang dan dia membuat senyum kering. "Yup! Aku tidak mengerti!" Vainz menggeleng-gelengkan kepalanya dan Satania yang melihat itu mengerutkan keningnya. "****, *****! ******!" Aku benar-benar tidak mengerti! Vainz menghela nafas lelah. Mengabaikan satania yang terus mengoceh, Vainz membuka daftar shop. Setelah beberapa saat menggeser keatas dan kebawah daftar shop yang hanya bisa dia lihat, Vainz akhirnya menemukan sesuatu yang berguna. Kurasa ini bagus.. 100 poin. Seriously? Vainz bangkit dan mulai berjalan tanpa arah di tempat itu sambil menggaruk dagunya. …. Apakah ini layak dengan dua kali level up? Jika kita menyimpan poin ini maka kesempatanku untuk membeli skill 1000poin itu akan semakin dekat.. Aku ingin segera bisa menggunakan senjata Normal lagi, para Skeletal itu memang bisa diandalkan.. tapi bertarung sambil terus menghawatirkan MP itu tidak keren... …. Tapi aku juga ingin berkomunikasi dengan gadis ini.… Apakah sepadan? Tidak? Iya? Tidak? Iya...? ...….hrmmm.….