Chereads / 3MJ / Chapter 54 - Aku Takkan Rela Gadis Lain Merebutmu

Chapter 54 - Aku Takkan Rela Gadis Lain Merebutmu

Maxy Junior masih berdiri mematung di tempatnya. Tentu saja ia sedikit terkejut tatkala Mary Juniar berjalan dengan cepat ke arahnya, langsung memeluknya dan merebahkan kepalanya ke dadanya yang bidang.

"Aku tahu tidak pantas bagiku untuk mengatakan ini kepadamu. Namun, aku tidak peduli lagi. Aku sudah tidak bisa menahan gejolak perasaan ini lagi. Aku sudah memendam rasa ini semenjak aku berusia sembilan tahun. Aku menyukaimu, Bang Maxy Junior. Bahkan bisa dibilang, aku sudah jatuh cinta padamu sekarang. Aku takkan membiarkan gadis mana pun merebutmu dariku. Kau murni hanya milik Mary Juniar seorang. Aku takkan membiarkan gadis lain – siapa pun itu – termasuk Natsumi Kyoko – mengambilmu dari sisiku. Aku takkan rela…"

Tangisan Mary Juniar kini bertumpah ruah di dada abang angkatnya yang bidang nan atletis. Maxy Junior menjadi sedikit merasa bersalah. Kedekatannya dengan Mary Juniar memang sudah dari kecil dan itu tidak bisa dibantah. Namun, semua kedekatan yang ia tawarkan hanya sebatas abang dengan adiknya – berbeda total dengan kedekatan, perhatian dan kasih sayang yang ia tawarkan kepada Natsumi Kyoko selama satu bulan terakhir ini.

"Lepaskan aku dulu, Mary Juniar… Lepaskan aku dulu… Kalau kau terus memelukku seperti ini, aku jadi merasa tidak enak hati…"

"Kenapa kau menghindari pelukanku sekarang, Bang Maxy Junior? Dulu kau selalu tidak keberatan memelukku atau ketika dipeluk olehku. Kenapa sekarang kau mulai menghindari pelukanku, Bang Maxy Junior? Kini kau mulai menghindari pelukanku, menghindari segala kedekatan di antara kita ketika kau sudah mengetahui bagaimana perasaanku yang sebenarnya terhadapmu."

Mary Juniar makin mempererat pelukannya. Ia tidak ingin melepaskan si abang angkat. Tangisannya kian deras bertumpah ruah di dada sang abang angkat.

"Mary Juniar… Mary Juniar… Jelas selama ini bagiku kau adalah adikku. Bagaimana mungkin kau bisa menyuruhku melihatmu dengan kacamata yang berbeda? Jelas itu tidak mungkin, Mary Juniar…" Dengan bersusah payah, akhirnya Maxy Junior berhasil melepaskan diri dari pelukan sang adik angkat dan bergerak mundur beberapa langkah.

"Sudah kubilang aku tidak peduli. Aku tidak bisa menahan gejolak perasaan ini lagi karena aku sudah memendam rasa ini semenjak aku berusia sembilan tahun. Aku yakin asalkan kau tetap bersamaku, asalkan kau tetap berada di sisiku, aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Jangan tinggalkan aku, bisa kan, Bang Maxy Junior? Jangan tinggalkan aku dan tetaplah di sisiku… Bisa kan…?"

"Aku bisa tetap di sisimu, menjagamu… menjagamu dan Martin karena kalian berdua tetap adalah adikku, Mary Juniar… Apa pun yang terjadi di masa lalu, kalian berdua tetaplah adikku. Takkan ada yang bisa mengubah persaudaraan dan kekerabatan di antara kita bertiga," ujar Maxy Junior sedikit lirih. Dia detik ini barulah mengerti bagaimana terjepitnya posisi Sean Jauhari waktu itu.

"Jelas-jelas kau tahu bukan itu yang kuinginkan! Kau begitu kejam, Bang Maxy Junior! Kini kau telah melukai perasaan dan cintaku, Bang Maxy Junior! Kenapa kau begitu tega! Kenapa kau begitu tega! Apa kekuranganku dibandingkan dengan Natsumi Kyoko Suzuki itu sehingga kau tega menelantarkan aku, tanpa sedikit pun peduli pada kebersamaan kita selama belasan tahun ini kau langsung terjun ke dalam pelukannya!"

Maxy Junior sedikit tertegun. Sejak dulu memang ada peribahasa lama yang mengatakan cinta itu misteri bukan? Dia sendiri saja tidak tahu apa jawaban terhadap segala umpatan adik perempuannya itu. Ia tidak bisa memberikan respon apa-apa terhadap segala umpatan adik perempuannya itu.

"Perlahan-lahan kau pasti bisa mengerti di antara kita tidak mungkin ada hubungan yang lebih dari persaudaraan dan kekerabatan, Mary Juniar. Ke depannya aku yakin kau pasti akan menemukan Mr. Perfect yang benar-benar mencintaimu dan akan menjadikan kau seluruh dunianya. Tenanglah… Tenanglah… Aku adalah abangmu… Aku takkan pernah meninggalkanmu… Aku akan selalu berada di sisimu dalam keluarga ini, Mary Juniar…"

Butuh waktu hingga satu jam bagi Maxy Junior untuk menenangkan Mary Juniar. Perlahan-lahan Maxy Junior membujuk adik perempuannya itu masuk ke kamarnya. Setelah memastikan Mary Juniar sudah tenang dan berangsur-angsur mulai terlelap dalam alam mimpi, barulah Maxy Junior keluar dari kamar adik perempuannya. Pada saat ia menutup pintu kamar adik perempuannya, tampak adiknya yang laki-laki sudah berdiri di depannya seraya melipat kedua tangannya di belakang punggung dan tersenyum simpul.

"Ia sudah tenang, Bang Maxy Junior?" tanya Martin Jeremy.

Maxy Junior mengajak Martin Jeremy untuk berbicara di kamarnya saja. Maxy Junior menceritakan perasaan apa yang dimiliki Mary Juniar terhadapnya dan alasan apa yang melatarbelakangi perasaan tersebut.

"Sudah kuduga kau bukanlah abang kandung kami, Bang Maxy Junior…" Martin Jeremy menarik kesimpulannya sekarang.

"Kenapa bahkan kau juga bisa berpikir demikian?" Terlihat Maxy Junior tersenyum kecut.

"Memang fakta tetaplah fakta, Bang Maxy Junior. Wajahmu dengan wajahku dan wajah Kak Mary Juniar jelas berbeda. Wajahmu bahkan tidak mirip dengan wajah Ibu."

Maxy Junior menghela napas panjang sesaat.

"Jadi, dari mana asal-usulku yang sebenarnya ya?"

"Hanya Ibu seoranglah yang tahu. Kau tidak berencana akan menanyakan hal ini kepadanya?"

Maxy Junior mereka-reka selama beberapa detik dan akhirnya ia menggelengkan kepalanya.

"Jika ia berniat memberitahuku, sudah sejak dulu ia memberitahuku, Martin. Aku rasa dia memang memiliki alasannya sendiri kenapa ingin menutupinya dariku selama ini. Jika sudah tiba saatnya yang tepat, aku yakin ia sendiri yang akan buka mulut."

Martin Jeremy mangut-mangut.

"Yang terpenting sekarang adalah aku sudah menjelaskan kepada Mary Juniar bahwasanya percintaan di antara dirinya dan diriku jelas tidak mungkin." Maxy Junior masih terlihat tersenyum kecut.

"Jelas takkan semudah itu dia menerimanya, Bang Maxy Junior. Inilah yang sebenarnya ingin kubicarakan denganmu pada malam ketika mendadak Ibu masuk ke sini itu."

Maxy Junior sedikit mengangkat kedua alisnya. Ternyata Martin Jeremy sudah lama mencium adanya ketidakberesan dalam perasaan Mary Juniar terhadapnya.

"Sudah lama kau tahu rupanya, Martin."

"Dari kita masih tinggal di Medan, Bang Maxy Junior. Waktu itu kalau tidak salah kau baru pulang dari study tour di Singapura. Ingat?"

Maxy Junior menganggukkan kepalanya. Tentu saja dia ingat dia pernah ikut study tour ke Singapura waktu tinggal dan bersekolah di Medan dulu.

"Aku memergoki Kak Mary Juniar diam-diam masuk ke kamarmu. Kau menanggalkan baju seragammu dan kauletakkan begitu saja di atas tempat tidur kan? Kak Mary Juniar mencium baju seragammu itu selama beberapa menit sambil memejamkan matanya. Waktu itu, terus terang, aku belum mengerti apa yang sedang dilakukannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, sekarang aku mengerti apa yang tengah dilakukannya pada saat itu."