Chereads / 3MJ / Chapter 44 - Percintaan Segiempat yang Klise

Chapter 44 - Percintaan Segiempat yang Klise

Gosip terus menyebar ke seantero sekolah. Wilona Jeanette Liangdy yang mendengar tentang Sean Jauhari yang sudah jadian dengan Kimberly Phandana, tentu saja hanya bisa menelan bulat-bulat kekesalan, dendam dan amarahnya sendiri tanpa bisa berbuat banyak kali ini.

Dalam perjalanan kembali ke kelas, Sean Jauhari dan Kimberly Phandana bertemu dengan pasangan Maxy Junior dan Natsumi Kyoko.

"Bagaimana keadaanmu, Kimberly? Sudah baikan?" tanya Natsumi Kyoko dengan sebersit senyuman manis.

Kimberly Phandana mengangguk antusias. "Thanks banget, Natsumi. Aku baik-baik saja sekarang."

Tampak Sean Jauhari dan Kimberly Phandana bergandengan tangan di depan Maxy Junior dan Natsumi Kyoko. Tentu saja itu membuat Maxy Junior dan Natsumi Kyoko sedikit kikuk dan salah tingkah.

"Wilona Jeanette itu sudah menuliskan surat permintaan maaf kepada Kimberly dan menyerahkan suratnya kepada Natsumi. Kami akan menempelkannya di seluruh majalah dinding sekolah ini dan mem-posting-nya ke website OSIS kita. Aku harap kau tidak keberatan, Kimberly. Ini harus dilakukan sebagai salah satu upaya OSIS dalam menghentikan aksi penindasan dan aksi senioritas yang kerap terjadi di kalangan teman-teman kita di sekolah ini," tukas Maxy Junior panjang lebar.

Kimberly Phandana hanya mengangguk seraya tersenyum tipis. "Jika itu bisa membantu menghentikan aksi penindasan di sekolah ini, kalian boleh menempelkannya. Aku senang sekali bisa membantu, Maxy Junior, Natsumi."

"Thanks sudah membantu menyelesaikan persoalan Kimberly ini, Maxy Junior…" kata Sean Jauhari dengan sebersit senyuman cerahnya.

"Tak apa-apa… Kalian tetap bergabung ke dalam OSIS di periode ini. Kalian tetap bagian dari OSIS. Kalian tetap bagian dari murid-murid Newton Era ini." Maxy Junior juga menampilkan senyumannya yang paling menawan.

Sean Jauhari dan Kimberly Phandana mohon diri dulu karena mereka akan kembali ke kelas masing-masing. Tinggallah Maxy Junior dan Natsumi Kyoko yang bernapas lega karena mereka baru saja menyelesaikan satu perkara teman mereka.

"Akhirnya selesai juga… Dengan ini, aku berharap Wilona Jeanette Liangdy itu takkan mencari masalah dengan Kimberly lagi di kemudian hari." Natsumi Kyoko tampak menghela napas panjang.

"Jangan khawatir… Dia takkan berani macam-macam lagi mulai dari hari ini. Kupastikan dia akan menjadi murid yang baik dan rajin belajar," tukas Maxy Junior kembali menampilkan senyumannya yang paling menawan.

Natsumi Kyoko hanya tersenyum tipis.

"Maxy Junior… Apakah… Apakah kau benaran akan menghancurkan pasar swalayan milik keluarga Wilona Jeanette Liangdy itu jika seandainya tadi ia tak ingin menuliskan surat permintaan maafnya?" tanya Natsumi Kyoko sedikit takut-takut.

"Menurutmu, apakah anak SMA sepertiku ini sanggup melakukan hal itu?" tanya Maxy Junior memandangi sang bidadari cantiknya dengan sinar mata lembut.

"Tentu saja… Anak SMA yang sudah bisa memegang senjata api dan mengancam orang lain dengan senjata itu tentu saja sanggup melakukan apa saja. Apakah aku benar…?" Natsumi Kyoko masih sedikit takut-takut.

Maxy Junior mengelus kepala sang bidadari cantiknya sekali.

"Jangan takut padaku, Natsumi… Aku memang monster, tapi aku masih bisa membedakan mana kawan mana lawan. Ketahuilah, Natsumi… Dunia ini memang kejam dan penuh dengan monster. Untuk menghadapi para monster, terkadang kita sendiri juga harus berubah menjadi monster. Suatu saat nanti, kau akan memahami posisiku saat ini."

Sedikit kecewa, Maxy Junior berjalan terlebih dahulu ke arah depan, kembali ke kelas mereka. Jelas terbaca raut kecewa di wajahnya. Natsumi Kyoko bisa melihat dengan jelas raut kekecewaan tersebut di wajah sang pangeran tampannya.

Sedikit tersenyum manis, Natsumi Kyoko berjalan ke depan, menyusul sang pangeran tampan yang sudah lebih dulu beberapa langkah mendahuluinya. Natsumi Kyoko tanpa ragu-ragu menggandeng tangan sang pangeran tampan.

Tentu saja Maxy Junior sedikit tertegun ketika sang bidadari cantiknya menggandeng tangannya, tangan kotor seorang lelaki fuckboy, tangan sesosok monster. Namun, detik-detik berikutnya, senyuman menawan kembali merekah dan menghiasi wajahnya yang tampan maksimal.

Bagaimanapun juga, Maxy Junior telah dua kali menyelamatkanku. Tidakkah itu cukup untuk menunjukkan ia adalah cowok yang baik? Hati nurani Natsumi Kyoko sedikit bersenandung siang itu.

Ya Tuhan… Ingin rasanya aku bertanya padanya apa artinya gandengan tangan ini. Ingin rasanya aku bertanya padanya maukah dia menjadi kekasihku. Ingin rasanya aku bertanya padanya bagaimana posisiku di dalam hatinya. Namun, mendadak saja entah bagaimana aku kehilangan semua rasa percaya diri yang selama ini kumiliki apabila aku berdiri di hadapan seorang cewek. Ke mana semua kepercayaan diriku itu, Ya Tuhan? Hati nurani Maxy Junior kembali terdengar membelungsing.

Baru saja mereka ingin masuk ke kelas, bel tanda jam istirahat ketiga sudah berbunyi lagi.

"Kita sudah banyak bolos pelajaran hari ini gara-gara membantu menyelesaikan perkara Sean dan Kimberly." Natsumi Kyoko tersenyum simpul dan sedikit mengerling nakal pada pangeran tampannya.

"Nanti aku coba pinjam catatan-catatannya dari orang-orang Verek dan Saddam. Kita hanya bolos dua les saja. Jadi, aku rasa kita bisa mengejar ketertinggalan kita dengan mudah," sahut Maxy Junior juga sedikit menyeringai nakal.

"Makan yuk, Maxy Junior… Tapi, aku tidak ingin makan di kantin siang ini…"

Maxy Junior sedikit menaikkan alisnya. "Jadi kita makan di mana siang ini?"

"Kita ke kafe sebelah saja bagaimana? Sesekali aku ingin makan makanan yang dijual di luar kantin sekolah kita ini…" tukas Natsumi Kyoko dengan sebersit senyuman manisnya.

"Oke… Ayo jalan…" kata Maxy Junior masih dengan senyuman menawannya.

Natsumi Kyoko kembali menggandeng tangan sang pangeran tampannya. Sang pangeran ikut saja ke mana sang putri pujaan hatinya membawanya. Sepanjang perjalanan mereka ke kafe di sebelah sekolah, tentu saja mereka menjadi pusat perhatian karena mereka berjalan seraya bergandengan tangan.

Kembali terdengar bisik-bisik di sekeliling mereka.

"Nah ini dia prahara cinta sang ketua OSIS dan sekretarisnya… Selain Sean Jauhari dan Kimberly Phandana, kini kita bisa melihat kedekatan antara Maxy Junior dan Natsumi Kyoko yang semakin mesra dari hari ke hari…"

"Menurutmu, apakah mereka sudah jadian?"

"Sepertinya sudah kalau dilihat dari gandengan tangan dan senyuman malu-malu di wajah mereka berdua. Tapi, kok aku tidak mendengar informasi ini dari orang Verek Felix, Thobie Chiawan, Rodrigo Wisanto, dan Saddam Demetrio ya? Biasanya mereka paling update kalau sudah menyangkut soal Maxy Junior dan Natsumi Kyoko ini."

"Mungkin saja Maxy Junior dan Natsumi Kyoko ingin merahasiakan dulu hubungan mereka. Mereka sedang mencari waktu yang tepat untuk mengumumkannya nanti."

Tentu saja serangkaian gosip tersebut sampai ke telinga Mary Juniar dan Shunsuke Suzuki. Terlihat Shunsuke Suzuki hanya bisa diam pasrah dan menelan bulat-bulat kekalahannya. Dia bukan hanya kalah dari Maxy Junior dalam pemilihan ketua OSIS, tetapi ia juga kalah dari lelaki itu dalam memperebutkan hati Natsumi Kyoko.

Mary Juniar tentu saja tidak ingin dikalahkan oleh Natsumi Kyoko begitu saja. Dalam lubuk hatinya yang terdalam, ia masih sedikit yakin abang angkatnya hanya ingin main-main dengan Natsumi Kyoko. Hubungan mereka takkan berlangsung lama. Setelah Maxy Junior mendapatkan apa yang ia inginkan dari Natsumi Kyoko, abang angkatnya pasti akan mencampakkan perempuan itu. Kira-kira itu sedikit banyak menjadi motivasi dalam pikiran Mary Juniar untuk terus mencari cara bagaimana secepatnya mengakhiri hubungan abang angkatnya dengan Natsumi Kyoko.

Sekerjap amarah masih bergelitar di beranda hati Mary Juniar siang itu.