"Dari mana… Dari mana kau tahu Bang Shunsuke adalah abang angkatku?"
"C'mon, Natsumi… Shunsuke dan aku duduk sebangku, sama halnya denganmu yang duduk sebangku dengan Bang Maxy Juniorku." Mary Juniar masih menatap Natsumi Kyoko dengan sinar mata yang sama.
Natsumi Kyoko hanya membisu seribu bahasa. Dia tidak berniat menanggapi pernyataan itu. Duduk sebangku untuk beberapa waktu, tentunya Shunsuke Suzuki akan bercerita beberapa hal mengenai dirinya dan keluarganya kepada teman sebangkunya. Natsumi Kyoko menganggap itu adalah hal yang wajar.
"Mari aku beritahu satu hal kepadamu, Natsumi Kyoko…" kata Mary Juniar meningkatkan intensitas kesinisannya.
Natsumi Kyoko memalingkan wajahnya lagi dan kini ia balas menatap Mary Juniar dengan sedikit sorot mata menantang nan memberontak. Ia mulai tidak menyukai si adik perempuan yang menurutnya terlalu percaya diri nan posesif ini.
"Lebih baik kaupikirkan saja hadiah apa yang cocok buat Bang Shunsukemu itu, Natsumi. Kau mengerti kan? Karena hadiah untuk Bang Maxy Junior sudah aku persiapkan sejak Desember lalu."
"Apakah mempersiapkan hadiah White Day saja perlu dari Desember tahun lalu, Mary Juniar?" Tampak Natsumi Kyoko sedikit mengerutkan dahinya. Kira-kira apa yang dibeli oleh si adik posesif ini untuk sang abang angkat yang sudah disukainya sejak lama? Sedikit banyak, hati nurani Natsumi Kyoko merasa penasaran.
"Tentu saja… Hadiahku kali ini sangat spesial untuk Bang Maxy Juniorku. Jadi, hadiah Bang Maxy Junior adalah bagianku dan hadiah untuk Shunsuke Suzuki adalah bagianmu. Aku harap kita berdua sudah mengerti peranan masing-masing sehingga ke depan posisi kita berdua takkan tertukar bukan?" Masih terasa kesinisan yang begitu intens dalam kalimat-kalimat Mary Juniar yang satu ini.
"Kenapa harus begitu? Bukankah sudah menjadi hak dan kebebasan masing-masing orang untuk membelikan hadiah buat siapa pun yang diinginkan?" Natsumi Kyoko tentu saja tak mau kalah dan ia semakin memperlihatkan sisi pemberontaknya di sini.
Mary Juniar tertawa menghina dan melecehkan.
"Coba saja kalau kau berani, Natsumi… Kali ini aku takkan segan-segan lagi… Kupastikan hadiahmu takkan sampai ke tangan Bang Maxy Junior…" Mary Juniar mulai mengancam dengan nada dingin dan sepasang matanya yang mendelik tajam.
Natsumi Kyoko semakin tidak suka dengan si adik perempuan posesif yang merasa dia bisa mengklaim Maxy Junior hanya miliknya seorang.
"Ketahuilah… Sadarlah… Abangku adalah seorang lelaki player. Sejak dulu, aku yang paling memahaminya. Tidak mungkin dia akan berubah dan bertobat secepat itu hanya karena dia bertemu denganmu dan mengenalmu. Jelas itu adalah hal yang tidak mungkin… Kau benaran mengira dia berkenalan denganmu, dia menyukaimu, dan akan mulai berubah karena dia menyukaimu? Naif sekali…" Terdengar tawa menghina nan melecehkan di sini.
Emosi Natsumi Kyoko mulai terbit. Dia berusaha menahan emosinya dengan menampilkan sebersit senyuman palsu. Dia sendiri menjadi bertanya-tanya kenapa sekarang, detik ini, rasa-rasanya dia ingin meluapkan emosinya dan ingin melampiaskan kemarahannya pada si adik posesif di hadapannya ini, yang menurutnya begitu menjengkelkan dan terlampau percaya diri. Memang selama ini Natsumi Kyoko bersikap santun nan lemah lembut. Namun, bukan berarti dia tidak memiliki emosi bukan?
"Kalau kau begitu memahaminya, kau bisa menebak kira-kira kenapa sampai sekarang Maxy Junior masih menganggapmu sebagai adiknya?" serang Natsumi Kyoko tanpa ampun kali ini.
"Apa kau bilang?" Mary Juniar tertawa renyah nan melecehkan lagi. "Dia masih menganggapku sebagai adiknya karena sampai detik ini aku belum menceritakan dan membuka kenyataan yang sebenarnya. Aku yakin ceritanya akan berbeda jikalau seandainya Bang Maxy Junior tahu aku bukanlah adik kandungnya. Kau mengerti kan?"
Tampak lagi sebersit senyuman sinis di raut wajah Mary Juniar. Dari mana dia tahu kenyataan yang sebenarnya bahwa sesungguhnya Bang Maxy Junior bukanlah abang kandungku? Apakah mulut dua orang cerewet itu yang memberitahunya? Ribuan tanda tanya mulai meragas benak pikiran Mary Juniar.
"Kau terlampau percaya diri, Mary Juniar. Kusarankan sebaiknya jangan terlalu percaya diri… Suatu saat nanti kau akan terjatuh dari kepercayaan dirimu itu. Dan rasanya itu… Percayalah… Kau takkan menyukainya…"
Dengan kesal, Natsumi Kyoko berlalu begitu saja. Mary Juniar mendelikkan sepasang matanya dan mengantar kepergian Natsumi Kyoko dengan sepasang matanya yang mendelik tajam itu.
Awas saja…! Sempat saja aku melihatmu membelikan hadiah buat Bang Maxy Junior, kupastikan hadiah itu akan jatuh ke tanganku dan akulah yang akan memberikannya kepada Bang Maxy Junior. Kali ini kau sama sekali takkan mendapatkan kesempatan, Natsumi Kyoko… Hati nurani Mary Juniar kembali meracau dan membelandang ke permukaan.
***
Natsumi Kyoko menjadi bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Selama ini, bahkan ketika ia diperlakukan secara tidak adil oleh ibunya, bahkan ketika ia mendapatkan segala macam hukuman yang tidak logis nan tidak manusiawi dari ibunya, dia tidak pernah merasa semarah dan sekesal ini. Hari ini dia mulai merasakan semacam ada perubahan yang baru disadarinya dalam benak pikirannya.
Kenapa bisa begitu? Aku kesal bukan main pada si adik posesif itu, yang mengklaim seolah-olah Maxy Junior itu adalah miliknya seorang! Tak tahan aku dengan perilaku dan gaya bicaranya itu! Percaya diri banget! Menjijikkan!
Kembali Natsumi Kyoko terperanjat kaget dengan hati nuraninya yang membelungsing ke permukaan.
Natsumi Kyoko… Sadarlah… Kenapa kau bisa semarah dan sekesal ini hanya gara-gara seorang Maxy Junior? Yang dikatakan oleh Mary Juniar itu benar adanya. Kenapa kau bisa semarah dan sekesal ini hanya gara-gara hadiah White Day yang rencananya akan kauberikan kepada Maxy Junior? Kalau memang sudah ada Mary Juniar yang akan memberikan hadiah kepada Maxy Junior, ya sudahlah… Kau bisa memberikan hadiah lain kepada Shunsuke Suzuki, abang angkatmu itu. Maxy Junior itu hanyalah seorang lelaki fuckboy yang sudah berpengalaman main-main dengan banyak cewek. Entah kau mempunyai sepersekian persen posisi dalam hatinya; kau pun tidak jelas akan hal itu bukan?
Kembali hati nurani dari sisi yang lain memberontak dan mencampakkannya ke tebing kenyataan yang lain. Kembali hati nurani dari sisi yang satu ini memberinya semacam dorongan semangat dan kata-kata penghiburan.
Tapi, dalam acara White Day kali ini aku hanya ingin memberikan hadiahku kepada Maxy Junior… hanya kepada ketua OSIS-ku itu, kepada teman sebangkuku itu. Kami adalah sesama rekan dalam OSIS, juga sahabat baik yang duduk sebangku. Tidak ada salahnya kan aku memberikannya hadiah di hari White Day nanti?
Natsumi Kyoko menyerah dalam kebingungannya sendiri. Akhirnya, bel tanda pelajaran dimulai pun berbunyi. Tak ada pilihan lain lagi, dia hanya bisa melangkah ke ruangan kelasnya dengan gontai.
***
Natsumi Kyoko duduk di tempatnya dengan sedikit kikuk. Tampak Maxy Junior juga sudah duduk di tempatnya. Akan tetapi, sang pangeran tampan membenamkan wajahnya ke dalam lipatan kedua lengannya. Natsumi Kyoko berpaling sebentar ke belakang guna menanyakan apa yang sebenarnya tengah terjadi pada Maxy Junior. Keempat temannya kelihatan juga bingung. Mereka angkat bahu.
"Sudah kami tanyakan tadi apa yang terjadi," kata Thobie Chiawan selembut mungkin supaya tidak kedengaran oleh Maxy Junior.
"Dia bilang dia baik-baik saja… Dia bahkan tidak membiarkan kami mendekatinya," sahut Saddam Demetrio juga selembut mungkin.
"Tapi kelihatannya dia tidak baik-baik saja…" Verek Felix menimpali dengan lembut juga.
"Apa sebelumnya dia juga pernah seperti ini?" bisik Natsumi Kyoko selembut mungkin juga agar tidak kedengaran oleh yang sedang sakit.