"Apakah foto-foto ini mengingatkan pada permainan kalian berdua di atas ranjang itu?" Senyuman genit nan menyebalkan kembali terlihat menghiasi wajah Vindy Tjendera.
"Aku masih bersih…" jawab Natsumi Kyoko berusaha menampilkan sebersit senyuman simpul di depan salah satu mantan sang pangeran tampan.
"Wow… Tumben sekali… Tumben sekali Maxy Junior bisa mendekati seorang gadis cantik sepertimu tanpa merenggut keperawanannya. Tapi sebentar lagi… Sebentar lagi kau akan menjadi wanita yang sesungguhnya."
Kembali tenggorokan Natsumi Kyoko serasa tercekat. Hatinya tergenang amarah yang menyebar ke setiap relung perasaannya.
"Tapi kau takkan menyesalinya kok… Kehilangan keperawanan di tangan seorang lelaki yang hebat, yang menggairahkan, yang bisa tahan lama di ranjang, yang bisa memberikanmu setiap gelombang kenikmatan yang kauinginkan, sungguh bukanlah sesuatu yang merugikan kok…" Suara Vindy Tjendera sungguh mendesah nan terkesan menjijikkan di telinga Natsumi Kyoko.
Natsumi Kyoko terlihat sedikit bersandar di dinding apartemen. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain. Pahit perasaan cintanya sendiri masih terus bergelitar di beranda hatinya.
"Lama sekali Maxy Junior mandi ya… Lain kali saja deh aku bertemu dan berbicara dengannya. Mungkin dia masih ingin sedikit mengulang pengalaman kami dulu dan memberiku sedikit getaran kenikmatan, siapa tahu iya kan? Lagipula, sekarang di sini ada kau… Aku juga tidak ingin mengganggu waktu permainan kalian nanti."
Sambil mengedipkan sebelah matanya, Vindy Tjendera meraih ponselnya dan menyimpannya kembali ke dalam tasnya. Dia berlalu begitu saja. Sejurus kemudian, terdengar bunyi pintu apartemen yang dibuka dan ditutup kembali.
Nelangsa bukan main perasaan Natsumi Kyoko siang itu. Dia meremas-remas baju yang ada di depan dada. Tak terasa, sebutir air mata mulai gelingsir di pelupuk mata.
***
Menit demi menit berlalu. Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang ketika akhirnya perlahan-lahan Maxy Junior membuka kedua matanya. Dia melihat ke sekelilingnya dan mendapati dirinya sedang berendam di dalam bath tub di kamar mandi apartemennya. Dia mengecek sekujur tubuhnya lagi. Terlihat dia berendam dengan hanya mengenakan undies. Maxy Junior senyam-senyum sendiri. Dia bisa menebak kemungkinan besar Natsumi Kyoko yang menanggalkan seluruh pakaiannya tadi. Meski dalam kondisi tidak sadarkan diri, dia sedikit banyak masih bisa merasakan jari-jemari yang teramat lemah lembut di sekujur tubuhnya sesaat dia diceburkan ke dalam bath tub air hangat ini.
Maxy Junior merasa suhu tubuhnya sudah naik kembali ke batas normal. Dia keluar dari bath tub-nya dan segera membalut tubuhnya dengan pakaian handuk yang tergantung pada dinding sisi sebelah kiri kamar mandinya yang super mewah nan luas itu.
Maxy Junior membuka pintu kamar mandi – melangkah keluar. Tercium aroma ayam goreng, sup kaldu ayam, dan sedikit aroma bayam yang ditumis dengan bawang putih. Ia melangkah ke bagian dapur. Senyuman menawan langsung merekah tatkala dilihatnya sang bidadari cantiknya sedang menghidangkan masakan-masakannya ke piring-piring yang ada di atas meja makan.
"Kau memasak, Natsumi?" tanya Maxy Junior.
"Sudah oke? Makanlah… Aku malas makan makanan dari luar tadi, makanya aku masak sendiri saja…" jawab Natsumi Kyoko santai. Dia sudah melakukan tugasnya dan kini saatnya angkat kaki dari apartemen lelaki player itu sebelum nasib keperawanannya akan berakhir sama seperti yang dituturkan oleh Vindy Tjendera barusan.
Dengan senyuman menawannya, masih tidak tahu-menahu tentang apa yang terjadi di apartemennya barusan, Maxy Junior duduk dengan masih mengenakan pakaian handuknya dan mulai mencicipi sup kaldu ayam yang dimasak oleh sang bidadari cantiknya.
"Enak sekali… Kau ada belajar memasak juga rupanya, Natsumi…"
"Iya… Makanlah selagi hangat…" Natsumi Kyoko menjawab apa adanya. Dia sama sekali tidak bangga dengan pujian tersebut karena semuanya sama persis dengan apa yang dituturkan oleh salah satu mantan sang pangeran tampan tadi.
"Kau mau ke mana, Natsumi?" Maxy Junior mengangkat kedua alisnya karena dilihatnya bidadari cantiknya itu mulai berjalan ke arah pintu depan.
"Mau balik ke sekolah… Kan aku sudah menunggui kau sampai kau selesai berendam. Kau ingin beristirahat sehabis ini kan? Makanlah itu… Aku sudah memasak untukmu. Jadi, aku bisa balik ke sekolah sekarang kan?" Terdengar suara Natsumi Kyoko yang sedikit ketus. Jelas ia sedang marah. Sama sekali tidak terlihat senyuman lemah lembut yang menjadi ciri khasnya selama ini.
"Kupikir… Kupikir… Kupikir kita akan makan sama-sama…" Maxy Junior mencegat tangan sang bidadari cantiknya.
Natsumi Kyoko mengarahkan kedua mata ke tangannya yang sedang berada dalam genggaman tangan sang pangeran tampan. Mau tidak mau, Maxy Junior menjadi sedikit salah tingkah dan melepaskan pegangannya.
"Aku sudah makan tadi… Aku sudah kenyang… Aku tidak ingin ketinggalan banyak pelajaran di sekolah hari ini, jadi aku ingin balik ke sekolah sekarang." Natsumi Kyoko ingin bergerak ke arah pintu depan lagi.
"Natsumi… Natsumi… Tidak bisakah kau tinggal di sini sampai dengan sore nanti, sampai dengan jam pelajaran sekolah berakhir nanti? Aku akan mengantarmu pulang ke rumah sore nanti." Maxy Junior mengejar sang bidadari cantiknya dan mencegat tangannya lagi.
"Tidak usah… Masa laki-laki dan perempuan tinggal dalam satu apartemen seperti ini. Walau hanya beberapa jam, itu tetap akan mendatangkan cerita yang tidak-tidak nanti." Natsumi Kyoko tidak tahan lagi. Ia menepiskan tangan lelaki player itu dan bergegas ke arah pintu depan.
"Sebegitu takutkah kau pada cerita orang-orang, Natsumi? Sebegitu takutkah kau padaku? Sebegitu percayakah kau pada cerita orang-orang bahwasanya aku akan merenggut keperawananmu dan aku akan mencampakkanmu setelah aku mendapatkan apa yang aku inginkan?" Suara Maxy Junior yang setengah berdentum ini sedikit menunda langkah-langkah Natsumi Kyoko yang kini sudah berdiri di depan pintu apartemen.
"Bukankah itu yang ada dalam pikiranmu selama ini, Maxy Junior? Sorry… Seorang lelaki player tetaplah lelaki player. Sejak awal aku memang sudah menduganya. Tidak mungkin seorang lelaki player akan berubah dan bertobat secepat itu." Natsumi Kyoko masih berdiri membelakangi sang pangeran tampan. Dia tidak ingin bertatap muka dengan sang pangeran tampan.
"Apa yang tengah kaukatakan, Natsumi? Kau benaran mengira aku takkan bertobat dan aku masih akan melakukan hal yang sama terhadapmu?" Maxy Junior merasa seolah-olah ia terhempas ke dalam panasnya api neraka yang membakar dan menghanguskan seluruh benteng pertahanannya.
"Sama seperti yang kaulakukan pada cewek-cewekmu selama ini. Menggoda mereka, menggerayangi mereka, menikmati tubuh mereka, merenggut keperawanan mereka, dan sehabis itu mencampakkan mereka…" Kini Natsumi Kyoko berpaling. Sebutir air mata gelingsir di pelupuk mata
"Sebegitu jahatkah aku di matamu?" tanya Maxy Junior lirih. Hatinya bagai disayat-sayat pisau bedah yang menorehkan jutaan kecewa dan gulana.
"Aku hanya melindungi diri, Maxy Junior… Semacam insting pertahanan diri, semacam insting melindungi diri supaya aku tidak berakhir hanya menjadi barang mainanmu…"
"Shit! What the hell! Aku sudah menyelamatkanmu sebanyak dua kali. Jika aku memang ingin mendapatkan keuntungan darimu, sudah sejak awal ketika aku pertama kali menyelamatkanmu itu aku melakukannya. Atau ketika aku menyelamatkanmu di Bali, aku bisa merenggut keperawananmu malam itu juga. Kenapa aku tidak melakukannya?"
Natsumi Kyoko hanya membisu seribu bahasa. Tampak kedua bola matanya sudah berkaca-kaca. Foto-foto yang ia lihat tadi dari ponsel Vindy Tjendera masih terbayang-bayang dalam benak pikirannya. Namun, di sisi lain memang terselip setitik kebenaran dalam argumentasi yang disampaikan oleh sang pangeran tampan.
"Aku tahu ini masih terlalu awal untuk mengatakannya. Atau bahkan mungkin kau menganggapku tidak berhak untuk mengatakannya. Tapi aku tidak tahan lagi… Aku akan mengatakannya detik ini juga, sekarang, di sini… Kurasa… Kurasa aku… aku… aku sudah jatuh cinta padamu, Natsumi."