"Maxy… Maxy Junior… Maxy Junior… Kita sudah sampai di apartemenmu… Kau bisa kan buka baju sendiri dan berendam sendiri sana?"
Namun, yang dipanggil-panggil sama sekali tidak menyahut. Maxy Junior masih saja memejamkan matanya dengan erat dan sekujur tubuhnya sudah sedingin es sekarang.
Mau tidak mau, Natsumi Kyoko masuk ke dalam kamar mandi dan menghidupkan keran air panas dan air dingin. Air panas dan air dingin segera bercampur menjadi air hangat dalam bath tub.
Pertama-tama tentu saja sepatu dan kaus kaki sang pangeran tampan akan dilepaskan dulu.
Mau tidak mau tangan mulai gemetaran ketika ia membuka jas luar seragam Maxy Junior. Tangan semakin gemetaran ketika ia melepaskan dasi dan kancing-kancing kemeja dalam seragam sang pangeran tampan. Tampaklah dada bidang, perut rata, dan guratan-guratan otot seksi sang pangeran tampan yang memancarkan aura maskulinitas yang begitu terasa, begitu kuat, nan begitu merangsang. Tangan semakin bergelugut hebat tatkala ia mulai melepaskan tali pinggang sang pangeran tampan, membuka kancing pengait celananya dan menurunkan resletingnya. Dengan susah payah Natsumi Kyoko menarik turun celana panjang itu. Tampak Maxy Junior rupanya mengenakan celana dalam model brief yang berwarna biru tua.
Natsumi Kyoko menahan napas dan menelan ludah beberapa kali. Kini sang pangeran tampan tampak terbujur lemas dengan hanya mengenakan undies di hadapan sang bidadari cantik.
"Tidak mungkin aku menanggalkan celana dalam itu lagi, Maxy Junior. Maafkan aku… Cuma bisa sampai di sini. Aku akan membawamu berendam sekarang."
Natsumi Kyoko mengerahkan seluruh tenaganya. Dia menarik tangan kanan sang pangeran tampan dan melingkarkannya ke tengkuk belakangnya. Jarak tempat tidur ke kamar mandi lumayan jauh. Dia harus setengah memapah dan menyeret tubuh yang jauh lebih tinggi dan jauh lebih berat itu. Sesampainya di kamar mandi, tentu saja napas Natsumi Kyoko sedikit tersengal karena dia kelelahan setengah memapah dan setengah menyeret tubuh yang jauh lebih tinggi nan lebih besar itu ke dalam kamar mandi.
"Sedikit lagi…" kata Natsumi Kyoko terus menyemangati dirinya sendiri.
Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Akhirnya Natsumi Kyoko tiba di depan bath tub. Dia memasukkan tangannya sebentar ke dalam air. Setelah dirasakannya suhu air sudah pas, dia perlahan-lahan menceburkan tubuh sang pangeran tampan ke dalam air. Terlihatlah sekarang Maxy Junior berendam di dalam bath tub dengan hanya kepalanya yang muncul ke permukaan.
"Melelahkan sekali…" Natsumi Kyoko berjalan keluar dari kamar mandi seraya menghapus sedikit peluh di keningnya dengan selembar tisu. Dia juga mengeringkan lengannya yang sedikit terkena air tadi. Setelah itu, tisu dibuang ke dalam tong sampah di bawah wastafel di dalam kamar mandi. Natsumi Kyoko keluar dari kamar mandi dan menutup pintunya secara perlahan.
Natsumi Kyoko harus menunggu sampai Maxy Junior tersadarkan dari pingsannya. Perutnya mendadak keroncongan. Dilihatnya jam dinding sekilas. Sudah pukul setengah dua belas. Memang waktu berlalu dengan cepat.
"Mau makan sesuatu nih… Apa ya?" Natsumi Kyoko bergumam pada dirinya sendiri.
Mendadak Natsumi Kyoko mendapatkan ide.
"Aku tidak mungkin meninggalkan dia sendirian. Dia sudah mintol aku tunggu sampai dia selesai berendam."
Natsumi Kyoko mengecek dapur apartemen Maxy Junior sebentar. Ternyata dapur itu memiliki minyak goreng, sedikit bumbu masak, dan peralatan masak yang cukup lengkap. Maka dari itu, diputuskannya untuk memasak sendiri saja makan siangnya.
"Masak sendiri saja deh… Siap masak, dia pun sudah selesai berendam bukan?"
Dengan jasa orderan online, Natsumi Kyoko membeli bahan-bahan yang ia butuhkan. Dengan senyam-senyum sendiri, dia memilih bahan-bahan yang ia inginkan dari ponselnya.
***
"Apa? Bukan kalian yang cerita ya?" Mary Juniar mengerutkan dahinya.
Mary Juniar mulai merasa ragu. Dia bertanya kepada kedua temannya ini apakah mereka yang bercerita soal fakta bahwasanya Maxy Junior bukanlah abang kandungnya kepada Natsumi Kyoko. Kedua temannya ini bahkan berani bersumpah mereka tidak pernah bercerita apa-apa kepada Natsumi Kyoko.
"Percayalah pada kami, Mary Juniar. Rahasiamu aman bersama kami…"
"Kami dengan Natsumi Kyoko berkenalan secara pribadi saja nggak pernah. Bagaimana kami bisa menceritakan soal masalah keluargamu kepadanya?"
"Kalau begitu, dari mana dia tahu ya? Jangan-jangan si Martin Jeremy pula yang cerita ke dia. Tapi aku sangsi… Apakah Martin tahu bahwasanya Bang Maxy Junior bukanlah abang kandung kami?" Mary Juniar tampak mengernyitkan dahinya dalam-dalam dan mereka-reka sesuatu dalam benak pikirannya.
"Tapi aku rasa itu tidak begitu penting, Mary. Yang penting adalah kami baru dengar satu kabar mengejutkan dari kelas abang angkatmu barusan…" bisik salah seorang temannya.
"Apa itu?" Mary Juniar mengangkat kedua alisnya sejenak.
"Bang Maxy Juniormu sakit tadi. Tebak siapa yang menemaninya pulang?"
Mata Mary Juniar langsung membesar.
"Aku yakin kau sudah tahu siapa orangnya. Bang Maxy Juniormu sakit tadi dan Natsumi Kyoko yang mengantarkannya pulang. Mereka naik Grab."
Kemarahan sontak mengerabik di semenanjung pikiran Mary Juniar.
"Berani sekali dia mendahuluiku! Bang Maxy Junior sakit, seharusnya aku dong yang mengantarkannya pulang dan menemaninya di rumah sekarang! Dia pikir dia siapa sih! Punya hak apa dia mengantarkan Bang Maxy Junior pulang pula!"
Mary Juniar menelepon ke rumah. Seorang pembantu menjawab panggilannya. Dia bertanya apakah Maxy Junior sekarang ada di rumah atau tidak. Namun, si pembantu mengatakan di rumah tidak ada siapa-siapa selain para pembantu, sopir, dan tukang kebun sendiri. Mary Juniar kembali mengerutkan dahinya.
Mendadak terpikirkan oleh Mary Juniar bisa saja Maxy Junior tidak ingin pulang ke rumah. Dia bisa saja pulang ke apartemennya. Dengan berani Mary Juniar menelepon ke apartemen dan minta disambungkan ke apartemen abangnya. Benar saja… Terdengar suara Natsumi Kyoko di seberang…
"Halo… Halo… Halo…"
Tidak ada suara… Mary Juniar sudah mengepalkan tangan dan mengeraskan rahang. Ingin rasanya dia berteriak dan memaki si Natsumi Kyoko yang kini diketahuinya sedang berada di apartemen abang angkatnya.
Mary Juniar memutuskan hubungan komunikasi. Natsumi Kyoko merasa bingung. Dia meletakkan gagang pesawat telepon kembali ke tempatnya. Dia meneruskan masak-memasaknya lagi. Aroma ayam goreng menyebar ke seisi dapur.
Sekonyong-konyong terpikirkan suatu ide jahat dalam benak kepala Mary Juniar. Mendadak dia terpikirkan ke Vindy Tjendera, salah satu mantan kekasih abang angkatnya itu, anak seorang pemilik toko emas dan perhiasan – dan pemilik bisnis-bisnis lainnya, dan yang juga telah menyerahkan keperawanannya kepada abang angkatnya di saat gadis itu berusia lima belas tahun dan abang angkatnya itu berusia enam belas tahun. Namun, karena memang waktu itu Maxy Junior hanya ingin main-main dengannya dan tidak pernah serius dengannya, Maxy Junior langsung memutuskan hubungan mereka setelah ia mendapatkan apa yang ia inginkan. Mary Juniar berpikir dia bisa memanfaatkan gadis itu kembali untuk memisahkan Natsumi Kyoko dari abang angkatnya.
Mary Juniar masih menyimpan nomor ponsel gadis itu. Dengan sekali tekan, sudah terhubung ke ponsel Vindy Tjendera.
"Halo… Siapa ini?"