Jakarta, minggu ketiga Maret 2012
"Apa ini?" Natsumi Kyoko sedikit bingung melihat ada poster di seluruh majalah dinding sekolah, yang bertajuk pemilihan pasangan White Day paling romantis tahun 2012. Dia tampak mengerutkan dahinya.
"Mungkin ini baru bagimu, Natsumi. Kau kan murid baru di sekolah ini. Tapi, ini sudah menjadi tradisi di SMA sekolah ini sejak tahun 2005 dulu." Kimberly Phandana mulai menjelaskan acara pemilihan pasangan White Day paling romantis itu dengan wajah yang berseri-seri.
"Iya… Akan ada lima lelaki yang dicalonkan oleh OSIS dan murid-murid SMA Newton Era ini. Tepat di tanggal 31 Maret nanti, lelaki yang mendapatkan paling banyak hadiah berhak memilih gadis mana pun sebagai pasangannya dan mereka akan dinobatkan menjadi pasangan White Day paling romantis tahun ini. Begitu loh…" timpal Frebelyn Meyrita Jaya.
"Ada siapa saja memangnya yang dicalonkan? Apakah Sean masuk juga?" tampak kali ini Kimberly Phandana sungguh bersemangat. Begitu ia menemukan nama Sean Jauhari di daftar para pangeran White Day, sontak ia langsung melompat kegirangan.
"Sean masuk nominasi juga. Senang dong dia…" tukas Frebelyn Meyrita Jaya sedikit mencibir.
"Ronny juga masuk nominasi. Apa kau tidak senang?" tanya Kimberly Phandana balik.
Raut wajah Frebelyn Meyrita Jaya kontan berubah. "Kami sudah putus. Sekarang kami hanya berteman. Untuk apa aku merasa senang?"
Frebelyn Meyrita Jaya berlalu begitu saja. Kimberly Phandana hanya bisa mengerucutkan bibirnya mengantar kepergian temannya begitu saja. Natsumi Kyoko merasa sedikit penasaran kenapa Ronny Alwi Emery dan Frebelyn Meyrita Jaya bisa sampai putus.
"Kenapa Ronny dan Frebelyn bisa sampai putus, Kimberly? Padahal selama ini dari kedekatan mereka, aku kira mereka itu masih pacaran loh…"
"Karena Ronny sering main game, sibuk ikut turnamen-turnamen game dan kadang kencan mereka jadi terabaikan karena jadwal main game Ronny yang begitu sibuk dan padat. Frebelyn merasa Ronny kurang memprioritaskan dirinya. Begitulah…" Kimberly sedikit mengangkat bahunya.
"Begitu ya… Padahal bisa dilihat Ronny sering memperhatikan dan mengutamakan kepentingan Frebelyn kan?"
"Itulah yang sering aku bilang pada Frebelyn… Tapi memang dia anak yang manja, anak tunggal… Aku bilang mana mungkin 24 jam penuh Ronny bisa memperhatikannya terus. Begitulah… Lambat-laun kuharap ia bisa mengerti. Lelaki yang 24 jam penuh bisa memperhatikan kita, itu berarti lelaki itu tidak ada kerjaan lain, iya tidak? Untung Sean tidak begitu…"
Natsumi Kyoko sedikit termenung.
"Dan, apakah… apakah… apakah… Sean sudah mengingat ciuman pertama kalian di apartemennya malam itu?" bisik Natsumi Kyoko merasa sedikit penasaran.
"Aduh! Kau membuatku malu saja, Natsumi…"
Namun akhirnya Kimberly Phandana menganggukkan kepalanya sembari sedikit tersipu malu.
"Iya… Meski dalam keadaan mabuk, dia bisa mengingatnya. Aku yakin jika itu memang penting baginya, ia pasti akan bisa mengingatnya." Kimberly Phandana kembali tersipu malu.
Sejurus kemudian, Sean Jauhari yang melihat putri pujaan hatinya dari kejauhan, mempercepat langkah-langkahnya supaya ia bisa secepatnya tiba di samping sang putri pujaan hati.
"Pagi, Honey…" Sean Jauhari mengelus-elus kepala Kimberly Phandana dari belakang.
Kimberly Phandana tersenyum cerah. Ia meraih tangan sang pangeran tampan dan menyembunyikan tangan tersebut ke dalam dekapannya. Sean Jauhari memperhatikan dan membaca sekilas apa yang tertera pada poster besar di majalah dinding yang ada di hadapannya.
"Astaga! Tahun ini nama-nama baru semua…" celetuk Sean Jauhari.
"Tentu saja… Nama-nama yang tahun lalu kan sudah tamat SMA semua, Sayang…" balas Kimberly.
"Pasti kalian yang mengajukan nama-nama ini kan, Honey?" tanya Sean Jauhari sambil merapatkan dan memajukan sepasang bibirnya ke depan.
"Tentu dong, Sayang…" Kimberly Phandana meledak dalam tawa ringannya.
"Aku heran kenapa Kepala Sekolah bisa mengiyakan semua nama ini." Sean Jauhari terlihat sedikit menggelengkan kepalanya.
"Tentu dong… Kan memang nama-nama yang kami ajukan itu memenuhi syarat menjadi pangeran White Day: tampan, pencinta salah satu cabang olahraga, tinggi 175 sampai 185 sentimeter, pernah mengisi salah satu jabatan di OSIS, nilai rata-rata akademik di atas 80. Semua nama ini memenuhi kriteria tersebut. Tentu saja Kepala Sekolah langsung mengiyakannya tanpa perlu berpikir dua kali lagi."
"Aku suka mendengar kriteria yang pertama itu, Honey…" celetuk Sean Jauhari sedikit berkelakar.
"Iya… Sudah tahu, Pak Tampan…" celetuk Kimberly Phandana membalas seloroh sang pangeran tampan. Sean Jauhari meledak dalam tawa ringannya.
"Natsumi… Apa kau mulai bingung mau memberikan hadiahmu kepada Shunsuke Suzuki atau Maxy Junior?" ujar Kimberly Phandana berusaha menebak jalan pemikiran Natsumi Kyoko.
Natsumi Kyoko merasa terkesiap sejenak. Ia hanya bisa tersenyum sedikit kikuk.
"Tentu saja Natsumi Kyoko akan memberikan hadiah kepada Shunsuke Suzuki. Shunsuke Suzuki kan abangnya… Apakah aku ketinggalan suatu informasi, Honey?" bisik Sean Jauhari kepada sang putri pujaan hatinya.
"Akan kuceritakan padamu nanti, Sayang…" bisik Kimberly Phandana lagi.
Kepada Natsumi Kyoko yang masih termenung sambil memandangi poster yang ada di depannya, Kimberly Phandana berucap lagi,
"Natsumi… Kami ke kelas dulu… Kepada siapa pun kau memberikan hadiahmu nanti, kami sebagai teman-temanmu ini akan tetap mendukung keputusanmu. Kau tahu itu kan?"
Natsumi Kyoko tersenyum simpul kali ini. Mendengar perkataan Kimberly Phandana, dia hanya mengangguk mantap.
"Ayo… Kita ke kelas saja, Sayang… Di perjalanan nanti akan aku ceritakan…" Kimberly Phandana menggandeng tangan sang pangeran tampan dan keduanya segera berlalu dari tempat tersebut.
"I'll follow you," bisik Sean Jauhari dengan romantis. Kimberly Phandana menepuk ringan lengannya dan ia hanya meledak dalam tawa renyahnya.
Natsumi Kyoko berdiri di depan majalah dinding itu selama beberapa menit. Sebenarnya dalam hati ia sudah memutuskan akan memberikan hadiah kepada sang pangeran tampannya. Hanya saja, ia masih mereka-reka kira-kira hadiah apa yang bisa mewakili dirinya, yang akan diberikannya kepada sang pangeran tampan.
"Kau pasti sedang memikirkan akan memberikan hadiah apa kepada abang angkatmu kan?" Terdengar suara Mary Juniar yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya.
Sedikit terkejut, Natsumi Kyoko berpaling ke samping dan mendapati Mary Juniar sedang menatapnya dengan sedikit sinar mata sinis.