Sean Jauhari tersenyum lembut. Mungkin saat itu dia mabuk sehingga dia membutuhkan sedikit waktu untuk mengingat apa yang telah dilakukannya pada putri pujaan hatinya di apartemennya malam itu. Namun, sekarang dia telah mengingatnya. Sungguh dia tidak menyangka bagi Kimberly yang begitu polos nan lugu, hal sekecil itu ternyata begitu penting dan berharga.
"Tentu saja aku ingat… Sorry sekali aku telah mengambil hal itu darimu. Aku sungguh tidak menyangka hal seperti itu teramat penting bagimu. Sorry sekali lagi, Kimberly…" Sean masih menampilkan senyuman lemah lembutnya.
"Tentu saja itu berharga… Itu akan menjadi kenangan yang begitu berharga, yang tidak tergantikan dengan apa pun di seluruh semesta ini…" Kimberly Phandana tampak sedikit menundukkan kepalanya.
"Iya… Aku tahu… Namun, ada satu hal yang perlu kauketahui juga di sini, Kimberly. Aku mungkin telah mengambil hal yang paling berharga darimu malam itu. Akan tetapi, terus terang saja aku tidak pernah menyesalinya."
Kimberly Phandana menatap sang pangeran tampan lagi. Terpancar sinar kehangatan dari kedua bola mata itu.
"Jadi aku ingin tanya padamu sekarang. Apa kau pernah menyesali apa yang terjadi di antara kita di apartemenku malam itu?"
Kimberly Phandana membisu selama beberapa detik. Namun, akhirnya dengan sebersit senyuman tipis dan kepala yang sedikit tertunduk, dia menggelengkan kepalanya.
Senyuman Sean Jauhari merekah menghiasi wajahnya yang tampan maksimal.
"Aku akan melakukannya sekali lagi, Kimberly…"
Sean Jauhari kontan mendaratkan satu ciuman mesra ke sepasang bibir Kimberly Phandana yang mungil, imut, nan tipis. Karena Kimberly Phandana menerima ciumannya, kali ini ia sedikit memberanikan diri untuk melumat dan mengulum bibir gadis itu yang begitu mungil, imut, nan tipis.
Bibir keduanya saling bertaut selama beberapa detik sebelum akhirnya Sean menghentikan ciuman mereka. Dia sadar mereka sedang berada di tempat yang tidak tepat. Dia takut apabila ia meneruskan ciuman itu selama beberapa detik ke depan, ia takut ia akan kehilangan kendali terhadap dirinya sendiri.
"Kurasa masih terlalu awal untuk mengatakan ini, Kimberly. Namun, kurasa aku jatuh cinta padamu, Kimberly. Jadilah pacarku… Kau mau kan?" Sean bertanya dalam napasnya yang agak tersengal karena ciuman mereka berdua barusan.
Kimberly hanya mengangguk dan dia memberanikan diri mengecup mesra bibir sang pangeran tampan lagi. Keduanya saling tersenyum satu sama lain.
Hilang sudah rasa sakit hati dan perasaan terintimidasi Kimberly Phandana. Dia tidak bisa merasakan apa pun lagi selain kebahagiaan tak berbatas karena ternyata selama ini perasaannya itu berbalas.
"Happy birthday, Sean... Sorry… Hanya tersisa ikat pinggang ini. Cake-nya sudah hancur…" kata Kimberly Phandana kembali didera sekelumit perasaan bersalah.
"Tak apa, Honey… Aku menyukainya… Memang sudah lama aku menginginkan ikat pinggang ini. Aku sudah sering memberitahumu hal ini." Kini terlihat Sean menampilkan senyuman cerahnya.
Sean Jauhari melepaskan ikat pinggang yang sedang dikenakannya.
"Aku ingin kau memakaikannya ke aku, Honey…" Masih tampak senyuman cerah di wajah Sean Jauhari yang tampan maksimal.
Kimberly Phandana sedikit tersipu malu. Dia pun melingkarkan ikat pinggang hadiahnya ke pinggang sang pangeran tampan. Ternyata ukuran ikat pinggang itu pas sekali dan sesuai dengan ukuran pinggang sang pangeran tampan.
Sean Jauhari meraih sang putri pujaan hatinya ke dalam dekapan mesra.
"Apakah aku sudah bisa mengartikan mulai hari ini kita sudah resmi berpacaran, Honey?"
Kepala Kimberly Phandana yang berada dalam dekapan sang pangeran tampannya hanya bisa mengangguk-angguk. Ia membalas pelukan sang pangeran tampan. Rasa-rasanya dia betah sekali berada dalam pelukan hangat sang pangeran tampan dan tidak ingin cepat-cepat keluar dari sana.
Asa bahagia merengat di pelupuk sanubari Sean Jauhari dan Kimberly Phandana.
***
Tampak Kimberly Phandana sedang mengeringkan rambutnya di dalam kamar mandi perempuan. Ia baru habis mencuci rambut dan mukanya yang terkena cake dan krim beberapa saat sebelumnya. Sean Jauhari sedang menunggunya di luar. Dia tidak ingin sang pangeran tampan menunggunya terlalu lama.
Kimberly Phandana tampak merapikan kembali rambutnya di depan cermin. Dia memakai sedikit bedak dan lipstik yang meski tipis tetap memancarkan kecantikannya yang alami.
Kimberly Phandana menyimpan kembali segala peralatannya ke dalam tas kecilnya. Dia keluar dari kamar mandi. Untuk beberapa detik, Sean Jauhari sedikit terpana dengan kecantikan dan kelembutan gadis itu yang begitu natural, begitu menyentuh, nan begitu halus. Detik-detik berikutnya, senyuman cerah kembali memancar dari wajah Sean Jauhari yang tampan maksimal. Kali ini, Sean Jauhari sudah berani menggandeng tangan kekasihnya berjalan di sepanjang koridor.
Mulai terdengar bisik-bisik dari murid-murid lain sekolah itu.
"Sean Jauhari akhirnya jadian dengan sekretarisnya di OSIS periode lalu ya…? Wah… Mereka memang tampak serasi…"
"Sepertinya ketua dan sekretaris OSIS yang periode ini bakalan berakhir seperti ketua dan sekretaris OSIS yang periode lalu deh… Memang ya sudah langganan ketua OSIS kita akan jatuh cinta dengan sekretarisnya dan mereka akan jadian…"
"Iya loh… Maxy Junior saja dekat sekali dengan sekretarisnya di OSIS, si Natsumi Kyoko itu kan? Hanya tinggal masalah waktu bagi mereka untuk jadian, sama seperti Sean Jauhari dan Kimberly Phandana ini…"