Chereads / 3MJ / Chapter 41 - Penindasan (bagian 1)

Chapter 41 - Penindasan (bagian 1)

Ingin rasanya Maxy Junior menampar mulut perempuan-perempuan yang berani menggosipkannya di belakang dan menjatuhkan reputasinya langsung di hadapan sang bidadari cantiknya. Namun, karena Natsumi Kyoko masih berdiri di depannya, ia hanya bisa membisu seribu bahasa dan menahan emosinya.

Merasa sedikit malu Maxy Junior sampai harus sedikit berteriak di koridor itu, Natsumi Kyoko menarik tangan sang pangeran tampan supaya mereka bisa meninggalkan tempat tersebut.

"Sudah… Jangan diteruskan lagi pembahasan yang tidak penting ini. Aku ingin membeli sedikit minuman dan berjumpa dengan Kimberly dan Frebelyn. Ada sedikit yang ingin aku selesaikan dengan mereka," bisik Natsumi Kyoko.

Dengan sedikit kacau, Maxy Junior mengikuti saja ke mana Natsumi Kyoko menarik tangannya pergi. Namun, hatinya sedikit bersorak nan berbunga karena sampai detik ini tangannya dan tangan sang bidadari cantiknya masih menempel satu sama lain. Kali ini, bahkan sang bidadari cantiknya saling melingkarkan lengan mereka berdua dan menarik mereka berdua meninggalkan tempat tersebut dan bergerak ke arah kantin.

Lindap bahagia menggelimuni rangkup pikiran Maxy Junior dan Natsumi Kyoko.

***

Begitu terkejutnya Kimberly Phandana ketika ia mendapati lemari besinya dalam keadaan menganga lebar. Kunci lemari besi itu habis dirusak paksa oleh seseorang. Napasnya mulai tersengal-sengal ketika disadarinya cake cokelat dan ikat pinggang yang rencananya akan dihadiahkannya kepada Sean Jauhari tidak lagi ada di dalam lemari besinya.

Kimberly Phandana malah menemukan secarik catatan kecil yang bertuliskan,

Mau ikat pinggang dan cake-mu kembali? Temui aku di taman bunga di samping auditorium ya… Ada sesuatu yang kurasa harus kita klarifikasi di sana.

Kimberly Phandana segera berlari sampai ke taman bunga di samping auditorium. Napasnya langsung tertahan tatkala dilihatnya Wilona Jeanette di sana beserta dengan dua anak perempuan yang biasa menjadi pengawalnya dan mengekorinya ke mana-mana.

"Tangkap kedua tangannya!" kata Wilona Jeanette dengan tegas seraya menunjuk ke Kimberly Phandana. Dua anak perempuan yang menjadi pengawal Wilona Jeanette langsung menangkap tangan kanan dan tangan kiri Kimberly Phandana.

Kimberly Phandana dengan tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan kedua anak itu tentu saja tidak bisa melawan. Ia hanya tampak meronta-ronta di bawah cengkeraman kedua pengawal Wilona Jeanette.

"Mau apa kau? Mau apa kau? Kembalikan kue dan ikat pinggangku!" teriak Kimberly Phandana nyaring. Namun sayang sekali… Taman bunga di samping auditorium itu merupakan titik tersepi di sekolah dan jarang ada murid, guru ataupun staff yang melewati daerah itu karena ujung taman bunga itu buntu.

"Berani sekali kau juga ingin mendekati Sean dan memberikannya hadiah ya! Kau tahu kan aku sudah lama menyukainya! Kau tahu kan aku sudah lama mengejarnya!" teriak Wilona Jeanette dengan bengis sekarang.

"Persaingan yang adil dong! Kau boleh menyukainya. Kau boleh mengejar-ngejarnya. Kenapa aku tidak boleh?" Terdengar suara Kimberly Phandana yang sedikit gelagapan nan terbata-bata.

"Berani sekali kau berurusan denganku ya! Kau tahu kan apa yang akan terjadi pada setiap perempuan yang berani mengusik hubunganku dengan Sean! Kau tahu itu dengan jelas bukan?"

"Apa yang akan kaulakukan? Kembalikan cake dan ikat pinggang itu!" Kimberly Phandana masih sedikit memberontak nan meronta-ronta. Akan tetapi, ia sama sekali tidak berdaya berada di bawah cengkeraman kedua anak buah Wilona Jeanette.

"Tunjukkan padanya apa yang bisa kaulakukan terhadap seorang pengganggu hubunganmu dengan Sean, Wilona!"

"Tunjukkan padanya siapa Wilona Jeanette Liangdy sehingga ke depannya ia takkan berani mengganggu hubunganmu dengan Sean lagi!"

"Kau mau memberikan cake yang rasanya kayak kotoran kucing ini kepada Sean! Kau yakin kau bisa meluluhkan hati Sean dengan hanya memberikan ikat pinggang murahan ini kepada Sean!"

Tampak Wilona Jeanette menepuk-nepukkan ikat pinggang itu ke wajah Kimberly Phandana yang mulai merasa putus asa.

"Halo, Kimberly Phandana! Sean Jauhari, anak salah satu pengusaha burung walet terbesar di Indonesia sini, juga memiliki investasi saham terbesar di salah satu kasino terkenal di Las Vegas sana… Itu loh Sean yang aku kejar selama ini, yang aku sukai selama ini. Kau mengerti kan! Kau tahu kan siapa dirimu! Kau tahu dengan hanya cake dan ikat pinggang murahan ini, kau semacam memberikan kotoran kucing pada Sean yang begitu sempurna dan berdiri 30 tingkat di atasmu itu!"

Air mata Kimberly Phandana mulai terbit. Dibandingkan dengan pengusaha burung walet dan investor di salah satu kasino di Las Vegas, jelas ayahnya yang hanya memiliki usaha biro perjalanan kalah total. Dia merasa harga dirinya sungguh terinjak-injak dan sungguh terhina.

"Dan cake ini… Rasanya itu… Aduh! Aduh! Aduh!"

Wilona Jeanette menggigit sedikit cake cokelat itu dan kemudian meludahkannya ke wajah Kimberly Phandana. Kini Kimberly Phandana mulai menangis terisak-isak dalam ketidakberdayaannya dan keterpurukannya.

"Rasakan sendiri kotoran kucing ini! Rasakan kotoran kucingmu ini! Rasakan sendiri sana! Ada kotoran kucing seperti ini, kau rasakan sendiri ya! Jangan kau bagi-bagi ke Sean ya! Aku tidak ingin Sean juga ikut ternodai oleh bau dari kotoran kucingmu ini!"

Seluruh cake cokelat tersebut langsung ditempelkan ke muka Kimberly Phandana. Rasa cokelat dan manisnya gula langsung menjalar ke seluruh wajah. Wilona Jeanette belum ingin melepaskan pegangannya pada cake tersebut. Dia terus menekan cake tersebut sampai tangannya bisa menyentuh wajah Kimberly Phandana dari balik alas cake tersebut. Untuk beberapa detik lamanya, Kimberly Phandana seakan kehabisan napas karena cake yang ditempelkan ke wajahnya tanpa ampun.