"Laporan kas kau juga bisa menanganinya dengan baik… Heran aku kenapa Bang Maxy Junior masih saja ingin menjadikanku bendaharanya di OSIS periode ini. Toh kau sendiri saja sudah bisa menangani tanggung jawab sekretaris dan bendahara dengan baik. Tidak perlu aku lagi kan?" Mary Juniar menyerang dengan sinis nan tanpa ampun.
"Tetap saja ada beberapa waktu dan beberapa kondisi aku tak bakalan sanggup menyelesaikannya sendirian, Mary. Itulah sebabnya Maxy Junior tetap membutuhkan kau sebagai bendaharanya," kata Natsumi Kyoko merasa tidak enak hati.
"Tetap saja posisimu lebih spesial di mata Bang Maxy Junior selaku ketua OSIS periode ini, di mata kepala sekolah, di mata para guru, dan bahkan di mata dewan yayasan sepanjang sejarah sekolah ini berdiri. Kan jarang ada murid yang bertalenta dan berkompeten sepertimu ini, Natsumi."
"Sudahlah, Mary Juniar…" desis Shunsuke Suzuki, sedikit pasrah, sedikit kesal dengan posisinya saat ini, yang tidak lebih dari seorang abang angkat di mata Natsumi Kyoko.
Terdengar derap-derap langkah kaki dari belokan sebelah kiri di ujung koridor. Mereka memperhatikan dengan saksama. Sedikit terperanjat kaget Shunsuke Suzuki dan Mary Juniar karena ternyata Maxy Junior yang muncul dari belokan kiri koridor tersebut. Ia berjalan dengan langkah-langkah pasti dan akhirnya berhenti di samping Natsumi Kyoko. Natsumi Kyoko menundukkan kepalanya karena merasa sedikit serba salah di tengah-tengah situasi seperti itu.
"Umpamanya aku adalah kau, aku sih tidak ingin dibilang orang-orang, Natsumi… Aku tidak ingin dibilang orang-orang hanya karena aku dekat dengan Bang Maxy Junior, aku langsung bisa terpilih menjadi sekretaris OSIS padahal aku masih seorang murid baru tahun ajaran ini."
Mary Juniar menyerang tanpa ampun ketika ia melihat sang abang angkat berdiri di hadapannya. Dia mengira sedikit banyak sang abang angkat takkan menghardiknya dan menyuruhnya berhenti bicara.
"Mary Juniar…" tukas Maxy Junior masih lemah lembut. Akan tetapi, wajahnya sudah nyaris tanpa senyum.
"Apa aku salah, Bang Maxy Junior? Sekarang banyak tuh di belakang yang gosip sana-sini bilang Natsumi Kyoko bisa terpilih menjadi sekretaris OSIS hanya karena dia duduk sebangku denganmu, bukan karena kemampuannya sendiri. Kalau bicara soal kemampuan, jelas masih banyak cewek lain di sekolah ini yang bisa dicalonkan menjadi sekretaris OSIS, iya nggak?"
Maxy Junior merasa serba salah di sini. Di satu sisi, Mary Juniar adalah adiknya dan jelas dia tidak bisa menghardik dan mengasari adiknya sendiri. Di sisi lain, jelas dia takkan membiarkan siapa pun, termasuk adiknya sendiri, menyindir dan melukai perasaan sang bidadari cantiknya ini.
"Umpamanya aku adalah kau, sekarang juga aku akan mengundurkan diri jadi sekretaris OSIS. Mana tahan aku terus dengar berbagai komentar miring di belakangku itu." Mary Juniar memperagakan gaya jijiknya seolah-olah ia sedang melihat sesuatu yang benar-benar menjijikkan.
Baru saja Maxy Junior ingin membuka mulutnya menyuruh adiknya untuk berhenti bicara, mendadak saja sang bidadari cantik di sampingnya langsung berucap,
"Aku takkan mengundurkan diri dari jabatan sekretaris OSIS ini." Natsumi Kyoko kini menatap Mary Juniar dengan sedikit sorot mata menantang.
Shunsuke Suzuki dan Maxy Junior menatap Natsumi Kyoko dengan sedikit sinar mata terpelongo heran. Mulut Mary Juniar langsung melangah karena mental Natsumi Kyoko rupa-rupanya tidak selemah yang ia sangka sebelumnya.
"Aku akan membuktikan pada semua orang bahwasanya Maxy Junior memilihku menjadi sekretarisnya memang adalah karena kemampuanku sendiri," ujar Natsumi Kyoko sedikit santai, dan dengan sedikit senyuman yang mulai merekah di sudut bibirnya sekarang.
Mata Mary Juniar mulai mencelang dan mulutnya masih melangah. Ia tidak menyangka akan memperoleh jawaban yang demikian dari Natsumi Kyoko yang mentalnya telah ia jatuhkan dengan telak beberapa saat sebelumnya.
Bel tanda jam istirahat pertama berbunyi. Natsumi Kyoko berpaling ke belakang dan berjalan ke arah anak tangga, masih dengan senyuman yang sama. Maxy Junior mengangkat kedua bahunya dan mengikuti saja ke mana sang bidadari cantiknya melangkah.
"Oke deh… Saatnya ke kantin sarapan. Shunsuke… Kau sudah oke kan jadi wakilku di OSIS periode ini?" tanya Maxy Junior ingin memastikan sekali lagi.
Sebagai sesama laki-laki, tentu saja Shunsuke Suzuki ingin membuktikan dirinya adalah lelaki yang sportif nan berjiwa besar. Dia menganggukkan kepalanya dengan penuh kepastian. Maxy Junior tersenyum menawan lagi dan menghilang ke balik anak-anak tangga.
Mary Juniar hanya bisa menghentakkan kakinya ke lantai dengan kesal sepeninggal Maxy Junior dan Natsumi Kyoko.
"Sudahlah… Toh kau juga mencari penyakit sendiri dengan berusaha menjatuhkan mental adikku. Memang sejak kecil kami sudah dididik dengan keras oleh kedua orang tua kami. Hal-hal seperti tadi jelas takkan berpengaruh pada adikku." Shunsuke Suzuki juga tampak sedikit tersenyum skeptis di depan Mary Juniar.
Mary Juniar hanya berlalu dengan kesal.
Ia jauh lebih kuat dari yang kuduga. Jika serangan tadi tidak mempan, tunggu saja di kesempatan yang berikutnya. Aku akan mencari celah lagi untuk mempermalukan dan menjatuhkannya. Hati nurani Mary Juniar sungguh tidak bisa menerima kekalahannya tadi.
Di kesempatan lain, aku pasti bisa menemukan celah untuk mempermalukan dan menjatuhkan mentalnya. Kalau bisa, aku akan menurunkannya dari jabatan sekretaris OSIS itu sehingga dia takkan punya banyak alasan lagi untuk berdekatan dan lengket terus dengan Bang Maxy Junior.
Kelumun amarah terus dan terus meringkai muara hati Mary Juniar.
***
"Tunggu aku, Natsumi…" Maxy Junior yang menyusul sang bidadari cantiknya terdengar sedikit berteriak di belakang.
Natsumi Kyoko masih menampilkan senyuman manisnya. Dia memperlambat langkah-langkahnya sampai ia bisa merasakan tangannya digenggam oleh sebuah tangan yang begitu hangat, yang begitu kekar, yang begitu mencerminkan profil seorang pelindung, yang begitu dirindukannya selama ini. Untuk beberapa detik lamanya, detak jantung Natsumi Kyoko kehilangan satu ketukan.
"Kau tidak marah kan?" Tampak Maxy Junior sedikit merasa bersalah atas apa yang dilakukan oleh adiknya tadi.
"Kalau aku bilang aku marah, kau juga takkan bisa menghukum adikmu, Maxy Junior," kata Natsumi Kyoko sembari tersenyum simpul dengan sorot mata nakal.
Natsumi Kyoko berjalan ke arah kantin. Namun, entah tidak disadarinya atau memang disengaja, tangannya dan tangan sang pangeran tampan masih lengket satu sama lain.
Beberapa murid di sekitar mereka mulai berbisik.
"Apa? Natsumi Kyoko akhirnya menyerahkan dirinya kepada lelaki player paling sadis nan mengerikan di sekolah ini? Dia berani sekali!"
"Apakah kali ini Maxy Junior benar-benar mencintai seorang cewek atau hanya main-main lagi?"
"Kasihan sekali Natsumi Kyoko jika seandainya Maxy Junior hanya main-main dengannya."
"Maxy Junior mah sudah biasa habis manis sepah dibuang. Dia bebas melakukan apa saja pada cewek mana saja yang akan menjadi targetnya dan takkan ada yang berani menuntutnya atau mengapa-apakan dirinya."
Tentu saja sedikit banyak Natsumi Kyoko dan Maxy Junior mendengarkan bisik-bisik itu. Semakin didera perasaan bersalah, ingin rasanya Maxy Junior berteriak pada dunia di sekelilingnya bahwa kali ini ia akan serius dan benaran mencintai Natsumi Kyoko. Hanya saja, dia sendiri tidak jelas bagaimana perasaan bidadari cantik itu terhadapnya. Dia tidak berani meyakini bahwasanya sang bidadari cantiknya itu juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya.
"Kau dengar itu, Maxy Junior? Aku lebih percaya pada mereka deh… Adikmu dan kau sama-sama mengerikannya…" kata Natsumi Kyoko, masih dengan sorot mata nakal dan senyuman simpul yang sama.
"Aku… Aku… Aku berjanji akan sedikit lebih tegas kepadanya di lain waktu. Takkan kubiarkan siapa pun menyinggungmu dan melukai perasaanmu, Natsumi…" kata Maxy Junior sedikit lebih keras. Terlihat jelas dia benar-benar putus asa dan serba salah sekarang.
Terdengar lagi bisik-bisik di sekeliling mereka.
"Wow… Kali ini sepertinya sang penakluk benar-benar ditaklukkan oleh sang bidadari cantik yang pintar dari kahyangan yang lebih tinggi."
"Semoga saja… Ini kan dia belum mendapatkan manisnya. Coba nanti setelah ia mendapatkan apa yang ia inginkan, kita lihat saja apakah ia masih bisa bilang, 'Aku takkan membiarkan siapa pun melukai perasaanmu, Natsumi.' Ada-ada saja… Secepat itukah seorang lelaki fuckboy berubah dan bertobat? Sulit dipercaya…"