Chereads / 3MJ / Chapter 38 - Perasaan Sean yang Sebenarnya

Chapter 38 - Perasaan Sean yang Sebenarnya

"Iya, Kimberly… Mana bisa ingat apa-apa dalam kondisi mabuk." Natsumi Kyoko juga memberikan sedikit kata-kata penghiburan.

"Tidak ingat berarti itu tidak penting bukan? Tidak penting berarti selama ini dia hanya menganggapku sebagai sekretarisnya di OSIS, tidak lebih." Air mata Kimberly Phandana mengalir lebih deras lagi.

Natsumi Kyoko semakin deg-degan. Apakah dia akan sama kecewanya dengan Kimberly Phandana apabila Maxy Junior ternyata juga tidak ingat sama sekali dengan ciuman pertamanya yang telah ia ambil saat di kelas waktu itu?

Natsumi Kyoko kembali mengarahkan perhatiannya ke Kimberly Phandana yang masih terisak-isak sembari menyandarkan kepalanya ke bahunya sejak tadi. Di OSIS periode lalu, memang Sean Jauharilah yang menjadi ketua dan Kimberly Phandana yang menjadi sekretarisnya. Memang prahara cinta antara ketua OSIS dan sang sekretarisnya tampaknya akan kembali berulang di periode ini.

"Yang sabar ya… Sekarang kau harus tenang… Tenangkan dirimu dan jangan sampai si Wilona Jeanette itu melihatmu dalam kondisi demikian. Dia dan gengnya itu hanya akan menertawakanmu nanti…" bisik Natsumi Kyoko berusaha menenangkan Kimberly Phandana.

Menit demi menit berlalu. Perlahan-lahan tangisan Kimberly Phandana mulai reda. Dia menyeka ekor matanya beberapa kali.

"Kau agak baikan sekarang?" tanya Natsumi Kyoko lagi.

Kimberly Phandana mengangguk sembari sedikit tersenyum simpul.

Bel tanda pelajaran dimulai pun berbunyi. Masing-masing murid masuk ke kelas masing-masing.

"Jam istirahat pertama kita ketemuan saja di taman bunga yang ada di samping auditorium itu. Di sana lebih enak bicaranya. Bagaimana?" usul Natsumi Kyoko.

Frebelyn Meyrita Jaya dan Kimberly Phandana mengangguk menyetujui.

Natsumi Kyoko juga mengangguk mantap. Ketiganya terpaksa harus berpisah karena ketiganya belajar di tiga kelas yang berbeda.

***

Beberapa saat sebelum bel tanda pelajaran dimulai berbunyi…

Sean Jauhari tampak kebingungan. Ke mana menghilangnya Kimberly Phandana? Hari ini hari ulang tahun Sean dan Sean yakin gadis itu pasti ingin mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya dan ingin memberikannya hadiah. Namun, percakapan baru sampai setengah dan belum sampai pada bagian yang begitu dinanti-nantikan oleh Sean, sekonyong-konyong gadis itu menghilang begitu saja.

"Sedang cari siapa, Sean?" tanya Wilona Jeanette mulai dihinggapi perasaan tidak enak.

"Tidak apa-apa… Anyway, thanks banget ya buat hadiahnya. Kau tidak perlu repot-repot seperti ini. Thanks very much deh pokoknya," tukas Sean tersenyum ramah kepada Wilona Jeanette karena gadis cantik itu telah menghadiahkannya sebuah jam tangan Gucci yang indah dan elegan.

"Tidak seberapa… Jadi hari ini kau berencana ada traktir makan bukan?" Wilona Jeanette mengibaskan rambutnya yang panjang ke belakang punggung sejenak. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, dia duduk di samping Sean dan mendekatkan dirinya kepada lelaki itu. Sean sedikit kikuk dan dia membuat sedikit jarak di antara mereka.

Apa-apaan ini! Aku menerima hadiahnya bukan berarti aku akan menerima dirinya. Wilona Jeanette ini benar-benar membuatku serba salah. Kutolak hadiahnya, dia nanti malah sakit hati. Kuterima hadiahnya, jadilah dia seperti ini. Ya Tuhan… Jangan sampai Kimberly bertemu dan melihatku sekarang. Kimberly pasti bakalan salah paham.

"Iya… Nanti malam loh… Akan kuumumkan di grup chat nanti tempatnya." Sean menjawab ala kadarnya. Pergilah dari sini! Kembalilah ke kelasmu! Hati nurani Sean terus berteriak nyaring.

Wilona Jeanette mendekatkan lagi dirinya ke Sean Jauhari.

"Kau pasti… pasti… akan memberikanku tempat yang spesial bukan pada saat traktiran makan malammu nanti?" Suara Wilona Jeanette mulai terdengar seperti sedikit mendesah kali ini.

"Tempat spesial? Tempat spesial bagaimana maksudmu?" Sean Jauhari tampak sedikit mengerutkan dahinya.

"Aku ingin duduk di sebelahmu selama traktiran makan malammu nanti. Aku ingin kau menyuapiku untuk suapan pertama dan aku juga ingin mendapatkan first cake darimu. Permintaanku ini tidak terlalu tinggi bukan?"

Tangan Wilona Jeanette Liangdy yang nakal mulai naik dan hendak membelai-belai wajah Sean Jauhari yang memang keren dan tampan. Sean Jauhari kontan menangkap tangan itu sebelum tangan itu sempat sampai ke wajahnya.

"Sepertinya ada kesalahpahaman di sini, Wilona. Aku menerima hadiah darimu bukan berarti… bukan berarti aku menganggapmu sebagai orang yang spesial. Aku menerima hadiahmu. Aku juga menerima hadiah-hadiah dari teman-temanku yang lain."

"Aku memberikanmu hadiah yang paling mahal, yang paling istimewa. Tidakkah di matamu kau juga menganggapku sebagai orang yang spesial?" Suara Wilona Jeanette mulai mendingin dan tentu saja mulai naik ke oktaf yang lebih tinggi.

"Aku juga menerima hadiah dari teman-temanku yang lain, Wilona. Kita ini adalah teman, Wilona. Aku tidak ingin pertemanan ini rusak hanya gara-gara kau memaksakan hubungan yang jelas mustahil di antara kita." Sean Jauhari memutuskan dia memang harus bertindak tegas hari ini.

"Apa kekuranganku di matamu sehingga kau bisa menolakku, Sean? Apa yang kurang dari diriku? Katakanlah, Sean… Aku bisa memperbaikinya… Aku bisa memperbaikinya agar kau bisa menerimaku…" Tampak Wilona Jeanette seperti seorang gadis yang tidak memiliki harga diri di depan lelaki yang benar-benar disukainya. Namun, dia sudah menyukai lelaki itu sejak dia duduk di tingkat dua SMP dan detik ini ketika dia sudah bisa sedikit mendekatkan diri dengan Sean Jauhari, tentu saja dia takkan menyerah semudah itu.

"Tidak ada yang perlu kauubah hanya demi diriku, Wilona. Kau begitu berharga ketika kau menjadi dirimu sendiri. Saranku adalah, jangan pernah mengubah apa-apa dari dirimu hanya demi menyenangkan seseorang, siapa pun itu termasuk aku…" Sean Jauhari menatap dalam ke kedua bola mata Wilona Jeanette.

"Aku tidak paham kenapa kau bisa menolakku, Sean. Sebegitu tidak berhargakah diriku di matamu?" tukas Wilona Jeanette Liangdy lirih.

"Kau begitu berharga, Wilona… Aku sudah mengatakannya tadi bukan? Hanya saja, aku rasa… aku rasa kita lebih cocok tetap berteman saja."

"Aku tidak bisa! Aku ingin hubungan yang lebih dari teman di antara kita! Aku ingin lebih dekat lagi denganmu daripada hanya sekadar berteman!" Wilona Jeanette terus mendesak Sean Jauhari.

Sean Jauhari tidak tahan lagi. Mau tidak mau, akhirnya ia memutuskan untuk berterus-terang saja pada gadis itu.

"Aku sudah menyukai orang lain…"

"Siapa dia! Siapa dia, Sean! Siapa dia! Siapa dia cewek yang berani-beraninya merebutmu dariku!" Desakan Wilona Jeanette sudah berubah menjadi sedikit pekikan sekarang.

Sean Jauhari memutuskan untuk tidak melanjutkan pembicaraan itu lagi. Dia berdiri dan hendak berlalu dari taman samping auditorium itu saja. Dia sudah menegaskan perasaan dan pendiriannya pada Wilona Jeanette dan tidak ada lagi yang bisa ia lakukan di sana.

"Apakah orang itu adalah Kimberly Phandana, sekretarismu di OSIS periode lalu?" Wilona Jeanette membuat suatu tebakan dan berhasil menunda kepergian si mantan ketua OSIS yang keren tampan itu selama beberapa menit.

"Itu murni adalah urusan pribadiku dan sama sekali tidak ada kaitannya denganmu, Wilona…" desis Sean Jauhari dingin. Dia meneruskan langkah-langkahnya dan meninggalkan Wilona Jeanette Liangdy sendirian di taman samping auditorium tersebut.

"Kau telah mengusik ketenanganku di sekolah ini dengan berani mencoba merebut Sean dariku, Kimberly Phandana! Aku akan membuatmu melihat dengan siapa sesungguhnya kau tengah berhadapan!" Terlihat sebersit senyuman sinis menggelantung di sudut bibir tipis Wilona Jeanette Liangdy.

Amarah mulai mengerabik di teluk pikiran Wilona Jeanette Liangdy.

***

Les pertama sampai ketiga di kelas Natsumi Kyoko benar-benar bebas karena sang guru yang mengajar bahasa Inggris ternyata berhalangan hadir. Si guru yang absen mengajar hanya memberikan beberapa soal writing kepada murid-muridnya untuk dikerjakan dan dikumpulkan pada akhir jam pelajaran ketiga.

Sesekali Natsumi Kyoko kehabisan ide dan dia akan mencontek beberapa ide yang dipakai oleh teman sebangkunya. Maxy Junior hanya tersenyum menawan melihat tingkah lucu sekretarisnya di OSIS itu. Maxy Junior sudah menyelesaikan writing tersebut setengah jam yang lalu dan kini ia hanya menyibukkan diri dengan menonton konten-konten di Youtube dan di Instagram.