Malam itu, Maxy Junior berkumpul dengan keempat sahabatnya di rumah Saddam Demetrio Wietono. Mereka membeli beberapa pizza dan minuman kaleng.
"Hah? Jadi Shunsuke Suzuki itu bukanlah abang kandung Natsumi Kyoko?" teriak keempat sahabat Maxy Junior serempak. Mereka sungguh terperanjat kaget dengan kabar yang mereka dengar malam ini.
Maxy Junior hanya mengangguk lesu.
"Dan tadi sore sewaktu perhitungan suara berlangsung, si abang angkatnya ini menyatakan perasaan kepada Natsumi di koridor samping auditorium," sambung Maxy Junior makin mengejutkan keempat temannya.
"Hah? Menyatakan perasaan?" teriak keempat sahabat Maxy Junior serempak lagi.
"Jadi ternyata selama ini si Shunsuke Suzuki itu menyukai Natsumi Kyoko yang adalah adik angkatnya?" Terdengar Thobie Chiawan bersenandika dengan dirinya sendiri.
"Aku benci mengakuinya, tetapi memang demikianlah kenyataannya," kata Maxy Junior masih terlihat sedikit lesu.
"Wah… Berarti kau memiliki saingan sekarang, Maxy. Shunsuke Suzuki dan Maxy Junior Tanuwira akan bersaing memperebutkan Natsumi Kyoko Suzuki, si kembang tercantik di sekolah kita. Kira-kira siapakah yang akan menang?" Rodrigo Wisanto terlihat sedikit bergaya seolah-olah ia adalah seorang reporter dari sebuah stasiun televisi.
"Tentu saja Maxy Junior kita dong… Mana ada yang bisa mengalahkan pesona dari Maxy Junior kita selama ini. Ada-ada saja kau ini…" tukas Verek Felix sembari meremas-remas kedua bahu Maxy Junior dengan gemas.
"Aku sendiri saja tidak yakin bisa mengalahkan pesona Shunsuke Suzuki itu. Kenapa kalian bisa seyakin itu?" Maxy Junior menghembuskan napas lesu. Keempat temannya kontan memandanginya dengan sinar mata terheran-heran dan sedikit kerutan di dahi mereka.
"Ayolah, Maxy… Percaya diri sedikit. Tidak pernah aku melihat kau begitu tidak PD ketika ingin menaklukkan seorang cewek. Masa hanya karena seorang abang angkat menyatakan perasaan pada Natsumi Kyoko, kau langsung menciut seperti ini dan tidak berani lagi maju ke medan perang," tukas Saddam Demetrio.
"Pasalnya waktu kebersamaan mereka sudah pasti lebih panjang. Natsumi sudah bersama-sama dengan abang angkatnya itu sejak mereka masih kecil, sementara dia baru mengenalku tak lebih dari satu bulan ini."
Keempat temannya tampak menatap Maxy Junior dengan tatapan miris dan prihatin.
"Kalian pasti berpikir kini aku sedang kena karma kan? Iya… Aku juga berpikir demikian…" Maxy Junior tampak menerawang ke langit-langit dengan segala napas berat nan panjang yang dihembuskannya keluar.
"Maxy Junior terlihat sangat berbeda ketika ia sedang jatuh cinta seperti ini. Sungguh berbeda dengan Maxy Junior tipe penggoda dan penidur perempuan seperti yang aku kenal selama ini…" Thobie Chiawan sedikit tergelak.
"Iya… Dia kini benar-benar takluk dan sungguh tidak berdaya," sahut Rodrigo Wisanto sembari setengah cengengesan.
"Daripada kalian hanya mengejekku, lebih baik kalian bantu aku pikirkan caranya bagaimana agar aku bisa mendapatkan Natsumi Kyoko." Maxy Junior agak memajukan bibirnya ke depan dengan raut wajah cemberut.
"Jadi sewaktu abang angkat ini menyatakan perasaannya kepada Natsumi Kyoko, apa tanggapan Natsumi Kyoko?" tanya Verek Felix sekarang.
"Abang angkatnya itu menyatakan perasaannya dan kemudian ia memeluk Natsumi Kyoko dari belakang. Itulah bagian yang membuatku paling tidak tahan! Ingin rasanya aku mematahkan tulang hidung si abang angkat itu dengan tinjuku ini!" Tampak Maxy Junior benaran mengeraskan rahangnya dan terdengar gigi-giginya yang bergemeretak.
"Aku tidak ingin mengatakan ini, tetapi benaran Maxy Junior kita sedang jatuh cinta deh…" gumam Saddam Demetrio.
Keempat sahabat Maxy Junior meledak dalam tawa renyah mereka. Maxy Junior hanya bisa membalas menatap mereka berempat dengan raut wajah sedikit cemberut.
Maxy Junior ingin pulang dengan menyambar kunci mobilnya yang ada di atas meja. Keempat temannya itu menahannya dan berkali-kali meminta maaf padanya.
"Sekarang dengarkan aku… Yang terpenting sekarang adalah bagaimana Natsumi Kyoko menanggapi pernyataan perasaan oleh abang angkatnya itu," gumam Thobie Chiawan.
"Aku tidak tahu…" tukas Maxy Junior singkat dengan raut wajah putus asa yang sebegitu dalam.
"Bagaimana kau bisa tidak tahu, Maxy Junior? Bukankah tadi kau bilang kau menguping pembicaraan mereka di koridor samping auditorium itu?" Verek Felix mengerutkan dahinya.
"Aku… Aku… Aku tidak tahu apakah aku masih bisa mengendalikan emosiku atau tidak jika aku berlama-lama di tempat itu, jadi aku memutuskan untuk beranjak pergi di saat abang angkatnya itu masih memeluknya dari belakang." Tampak Maxy Junior meremas-remas rambutnya sendiri.
Keempat sahabat Maxy Junior kini hanya mengulum senyuman mereka. Mereka tidak berani meledak dalam tawa renyah mereka karena takut itu akan menyinggung perasaan Maxy Junior yang lagi stressed. Mereka menyadari di saat jatuh cinta seperti ini, Maxy Junior sama sekali tidak bisa mempergunakan akal rasionya dan cenderung menjadi seorang remaja bodoh yang sedang dimabuk dan dibutakan oleh cinta.
"Kalau begitu, kau harus mencari tahu dulu bagaimana sebenarnya tanggapan Natsumi Kyoko terhadap si abang angkat yang sudah menyatakan perasaan terhadapnya." Rodrigo Wisanto berhasil memberikan sebuah saran setelah dia berusaha menahan mati-matian agar tawa renyahnya tidak meledak keluar.
"Iya, Maxy… Besok-besok ketika kalian sedang berduaan, kau cobalah pancing dia supaya dia mau menceritakan padamu bagaimana reaksinya setelah mendengarkan pernyataan perasaan oleh abang angkatnya itu," sahut Verek Felix.
Maxy Junior bergantian menatap ke keempat sahabatnya. Kepercayaan diri dan keyakinannya berangsur-angsur kembali pada dirinya.