"Sayang sekali cewek secantik dan seanggun dirimu masih sendirian. Kukira kau akan jadian dengan si Shunsuke Suzuki itu. Dia tegap, tinggi, badannya juga atletis, tajir juga, dan yang terpenting adalah dia sangat tampan – hampir sama tampannya dengan abangmu. Banyak gadis di sekolah kita yang juga ingin berkenalan dengan si Shunsuke Suzuki itu."
Mary Juniar hanya menanggapi pernyataan temannya itu dengan sebersit senyuman menggantung.
"Jadi sampai sekarang kau masih sendirian, Mary Juniar? Kau tidak pernah menyukai satu pun laki-laki yang ada di sekolah ini selama ini?"
Mary Juniar menghela napas panjang. Dia menimbang-nimbang apakah dia harus menceritakan yang sebenarnya kepada dua teman akrabnya ini atau tidak.
"Aku ada satu rahasia yang ingin aku ceritakan pada kalian berdua. Namun, kalian harus berjanji sekeluarnya kita dari kamar mandi ini, kalian takkan mengungkit-ungkit lagi soal ini. Kalian tidak boleh menceritakan rahasiaku ini kepada teman-teman yang lain. Atau kalau tidak, aku takkan berteman dengan kalian lagi." Mary Juniar memandangi kedua teman akrabnya dengan serius.
"Iya… Iya… Kami takkan cerita ke siapa-siapa…"
"Iya… Iya… Kami janji rahasiamu aman bersama kami. Jadi, sebenarnya selama ini kau ada menyukai seorang cowok di sekolah ini?"
Mary Juniar hanya mengangguk santai. Senyuman cerianya kini terlihat menghiasi wajahnya yang cantik.
"Siapa dia? Wah… Tidak kusangka cewek cantik nan anggun seperti Mary Juniar akan takluk juga pada akhirnya."
"Tentu dong… Aku kan punya perasaan juga… Aku selama ini hanya menyukai satu cowok. Cowok itu adalah Maxy Junior Tanuwira, abangku…" Mary Juniar terlihat mengulum senyumannya di hadapan kedua temannya.
Kedua temannya hanya memandangi Mary Juniar dengan sorot mata terpelongo heran.
"Aku menyukai Bang Maxy Junior bukan sebagai adik yang menyukai abangnya, tetapi sebagai seorang cewek yang menyukai bahkan bisa dibilang jatuh cinta kepada seorang cowok…"
Bagai disambar geledek di siang bolong, tentu saja Natsumi dan kedua teman Mary Juniar itu terperanjat kaget bukan main. Bagaimana mungkin seorang cewek yang cantik, anggun, terhormat, dan santun seperti Mary Juniar bisa menyukai abangnya sendiri! Tidak mungkin! Tidak masuk akal! Tidak rasional!
"Ada sedikit permasalahan keluarga kami yang aku sembunyikan selama ini. Ketika aku berumur sembilan tahun, di saat ayah ibuku bertengkar hebat karena perselingkuhan ibuku, ibuku sempat bilang bahwasanya Bang Maxy Junior itu bukanlah anak ayahku, dan juga bukan anak ibuku. Ibuku memungutnya dari tempat lain dan kemudian mengadopsinya ke keluarga kami."
"Usia Bang Maxy Junior dan usiamu hanya terpaut satu tahun. Kenapa ayahmu bisa sampai tidak tahu bahwasanya Bang Maxy Junior itu bukanlah anak ayah dan ibumu?"
"Bisa saja ia tahu, bisa saja ia tidak tahu. Aku selama ini juga tidak pernah bertanya secara terus terang kepada ibuku. Bagiku, permasalahan orang dewasa itu begitu merepotkan dan membebankan. Yang penting bagiku adalah, Bang Maxy Junior sama sekali tidak sedarah denganku dan sejak saat itu perasaanku padanya terus dan terus tumbuh."
Hancurlah perasaan Natsumi Kyoko. Adik Maxy Junior yang ternyata tidak sedarah dengannya juga sangat menyukai, dan bahkan mencintainya selama ini. Apa dia bisa menang bersaing dengan seorang adik angkat yang tentunya waktu kebersamaannya dengan Maxy Junior jauh lebih lama daripada dirinya yang baru saja mengenalnya tidak lebih dari satu bulan?
Ruap lara kian meringkai muara hati Natsumi Kyoko Suzuki.
"Ingat ya… Jangan sebarkan rahasia ini kepada yang lain. Sempat saja ada seorang pun di luar sana yang tahu tentang rahasia keluargaku ini, kalian berdualah biang keroknya.
"Rahasiamu aman bersama kami…"
"Jadi apakah selama ini kau sudah menyatakan kebenaran rahasia keluargamu dan perasaanmu ini kepada Bang Maxy Junior?"
Mary Juniar menggeleng kepalanya dengan memasang raut wajah cemberut.
"Belum… Namun, aku yakin akan tiba saat yang tepat bagiku untuk menjernihkan segalanya di depan Bang Maxy Junior nanti. Aku hanya perlu bersabar, dan menunggu sampai saatnya tiba. Doakan aku ya, Friends…"
"Tenang saja… Kami selalu mendukung dan mendoakanmu. Semoga berhasil, Mary Juniar… Tidak mudah bagi seorang gadis menyimpan dan mempertahankan perasaan cintanya untuk sebegitu lama. Semoga kau bisa secepatnya jadian dengan Bang Maxy Juniormu itu."
"Thanks very much, Friends…" Senyuman ceria merekah di sudut bibir Mary Juniar.
Mereka bertiga keluar dari kamar mandi wanita. Dengan langkah gontai, Natsumi Kyoko juga keluar dari tempat persembunyiannya sejak tadi. Ia terlihat mencuci tangan dan juga berlalu dari kamar mandi tersebut.
***
Maxy Junior melihat sosok bayangan Natsumi Kyoko lewat begitu saja di depan pintu besar ruangan auditorium. Tampak jelas gadis cantik itu sama sekali tidak memiliki semangat. Maxy Junior sedikit mengernyitkan dahinya. Apa gerangan yang terjadi? Kenapa mendadak Natsumi Kyoko mendadak bisa terlihat lunglai dan kehilangan semangat seperti itu? Tadi dia baik-baik saja, masih periang, masih bisa bercanda tawa dengan teman-temannya, dan masih menjadi pribadinya yang selama ini. Kenapa sekarang mendadak menjadi apatis dan kehilangan semangat?
Natsumi Kyoko sama sekali tidak memasuki ruangan auditorium di mana pemungutan suara masih berlangsung dengan tertib. Maxy Junior memutuskan untuk membuntuti ke mana Natsumi Kyoko melangkah.
Langkah-langkah Maxy Junior terhenti seketika tatkala dilihatnya Shunsuke Suzuki mulai berjalan dari titik tempat yang lain, dan mulai mendekati adiknya. Shunsuke Suzuki juga melihat adiknya berjalan dengan langkah-langkah gontai. Sedikit khawatir, ia menghampiri sang adik.
Maxy Junior tidak melangkah lebih maju lagi. Ia hanya bisa bersembunyi di balik sudut dinding ruangan auditorium besar dan mencoba mendengarkan kira-kira pembicaraan apa yang akan terjadi antara Natsumi Kyoko dan abangnya.
"Kok lesu, Natsumi? Ada apa?" Shunsuke Suzuki tersenyum ceria dan tampak penuh semangat.
"Tidak apa-apa… Seharian telah mengurus acara pemilihan ini, ingin rasanya sekarang masuk kamar dan beristirahat, Bang Shunsuke." Natsumi Kyoko berusaha tersenyum senetral dan senormal mungkin.
"Ya… Aku juga capek sih… Sebentar lagi acaranya selesai. Kita bisa pulang dan beristirahat."
Natsumi Kyoko hanya tersenyum menanggapi semangat sang abang angkat yang masih berkobar-kobar.
"Bang Shunsuke yakin bisa menang dalam pemilihan ketua OSIS nanti?"
"Tidak yakin sih… Aku murid baru di sini soalnya. Aku mana bisa mengalahkan si Maxy Junior itu yang notabene sudah menjadi murid lama paling top di sini. Tidak menang pun tidak apa-apa sih. Terserah deh…" kata Shunsuke Suzuki sembari tersenyum pasrah kali ini.
Natsumi Kyoko hanya mengangguk dan membisu setelah itu. Pergolakan emosi dan perasaan-perasaannya masih berkecamuk di tudung sanubarinya yang paling dalam. Adik Maxy Junior ternyata bukanlah adik kandungnya. Mereka bukanlah saudara sedarah sehingga Mary Juniar merasa ia juga berhak mengejar Maxy Junior, sang abang angkat yang sudah disukai dan dicintainya sejak ia berusia sembilan tahun. Natsumi Kyoko mendadak kehilangan kepercayaan dirinya, kepercayaan diri dia bisa mengalahkan Mary Juniar dan menempati posisi nomor satu di hati Maxy Junior.
"Tapi… Jika seandainya aku benar-benar terpilih menjadi ketua OSIS nanti, aku mau minta satu hal padamu. Entah kau mau atau tidak…" Shunsuke Suzuki mulai terlihat gugup. Ia terlihat mengelus-elus kepalanya sendiri dengan canggung.
"Apa itu, Bang Shunsuke?" tanya Natsumi Kyoko dengan nada polos.
"Jika seandainya aku benaran terpilih menjadi ketua OSIS nanti, aku ingin kau yang menjadi sekretarisku, Natsumi. Mau… Maukah kau?" Terdengar suara Shunsuke Suzuki yang sedikit terbata-bata.
Natsumi Kyoko menghela napas panjang. Dia tidak mengiyakan ataupun menggeleng. Dia hanya berdiri terpaku di tempatnya sembari sedikit membuang sorot matanya ke arah lain. Semilir angin sore berhembus dan menggoyangkan rambutnya yang panjang nan sedikit bergelombang. Itu semakin menciptakan kesan misterius pada wajah dan senyuman Natsumi Kyoko yang sedikit menggantung.
Maxy Junior juga diam-diam menunggu jawaban Natsumi Kyoko dengan perasaan deg-degan. Jangan diterima, Natsumi… Jangan diterima…
"Aku akan memikirkannya dulu, Bang Shunsuke. Aku capek dan aku ingin beristirahat dulu setelah acara ini selesai."