"Apabila saya terpilih menjadi ketua OSIS, saya akan mengadakan beragam kegiatan di sekolah kita yang bertumpu pada kreativitas dan kesenian dari kami semua. Dengan berbagai kegiatan yang sudah ada dalam program perencanaan saya, saya berharap setelah tamat dari sekolah ini, teman-teman seperjuangan bisa memiliki sedikit kemampuan dasar yang berguna bagi mereka ketika mereka terjun ke masyarakat nanti. Demikianlah yang bisa saya sampaikan," kata Maxy Junior di atas panggung, di hadapan guru, kepala sekolah, para staff sekolah dan teman-teman satu sekolahnya.
"Apabila saya terpilih menjadi ketua OSIS, saya akan mengadakan serangkaian kegiatan yang memusatkan pada kemampuan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara teman-teman kami, sehingga ke depannya ketika mereka menamatkan SMA di sekolah ini, mereka bisa meneruskan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi lagi, bisa diterima di universitas-universitas yang terkemuka, atau bisa memperoleh pekerjaan-pekerjaan yang bagus di perusahaan-perusahaan besar di Jakarta ini." Shunsuke Suzuki juga berkesempatan menyampaikan kampanye di hadapan para guru, kepala sekolah dan teman-teman satu sekolah mereka.
Mereka semua berkumpul di ruangan auditorium utama sekolah Newton Era Intelligence School siang itu. Makan siang bersama juga dilakukan di sana. Kini terdengar kepala sekolah menyampaikan sepatah dua patah kata sebelum acara dilanjutkan ke pemilihan ketua OSIS.
Tampak Natsumi Kyoko, Shunsuke Suzuki, Maxy Junior dan Mary Juniar juga berada dalam auditorium tersebut, berbaur dengan teman-teman mereka yang lain.
Natsumi Kyoko dan teman-teman dekatnya dalam panitia pemilihan ketua OSIS duduk dalam satu barisan yang sama. Pas satu baris di belakang, terlihat Maxy Junior dan keempat sahabatnya duduk. Beberapa baris ke depan, tampak Mary Juniar, Shunsuke Suzuki dan beberapa teman sekelas mereka duduk.
Mulai terdengar bisik-bisik di antara Natsumi Kyoko dan teman-temannya dalam panitia pemilihan ketua OSIS siang itu.
"Jadi, kau akan memilih siapa, Natsumi?" tanya Sean.
"Kau akan memilih teman sebangkumu atau abangmu?" tanya Frebelyn.
Natsumi Kyoko menunduk tersipu malu. Dia mengulum senyumannya tanpa tahu harus menjawab apa.
"Aduh… Pasti dilematis banget jika jadi kamu…" sahut Kimberly.
"Iya… Kalau aku jadi kamu, lebih baik aku abstain saja deh… Di satu sisi, ada abang angkatmu. Di sisi lain, ada teman sebangkumu yang sudah bisa dibilang dekat denganmu, iya kan?" timpal Ronny.
"Kami hanya duduk sebangku…" kata Natsumi Kyoko masih sambil tersipu malu dan mengulum senyumannya.
Mereka tidak tahu Maxy Junior meski tampak santai dan cuek, sebenarnya dia diam-diam menguping pembicaraan antara Natsumi Kyoko dan keempat temannya.
"Kalian cukup dekat kulihat… Selama kalian saling mengenal, apakah Maxy Junior ada menyatakan perasaannya kepadamu, Natsumi?" ujar Frebelyn dengan senyuman penuh arti.
"Tidak ada… Memang kami hanya berteman…" tukas Natsumi Kyoko dengan sedikit perasaan kecewa di dalam relung sanubarinya. Dia berharap sedikit banyak pernyataan teman-teman dalam panitia pemilihan ketua OSIS ini akan menjadi kenyataan.
"Tapi untungnya dia tidak menyatakan perasaan apa-apa ke Natsumi sih…" celetuk Kimberly.
"Kenapa untung? Maxy Junior itu tajir, ganteng, dan pintarnya bukan main. Banyak gadis di sekolah kita ini yang berharap-harap untuk bisa sekelas dengannya dan duduk sebangku dengannya. Natsumi kita ini sudah bisa dibilang tergolong beruntung banget bisa sekelas dan bahkan duduk sebangku dengan Maxy Junior," gumam Sean.
"Tapi kalian tahu kan ada rumor yang mengatakan Maxy Junior itu sebenarnya adalah seorang lelaki player. Pacarannya dengan seorang cewek itu takkan lama dan takkan serius. Bahkan, yang lebih mengerikannya adalah cewek mana pun yang berani mendekati ataupun berpacaran dengannya akan kehilangan keperawanan mereka," tukas Kimberly kemudian ia langsung merapatkan sepasang bibirnya.
"Iya… Aku ada dengar juga sih…" Ronny tampak mangut-mangut. "Tapi, biasa deh… Dia dari kalangan atas. Perusahaan yang didirikan oleh ibunya itu kini menjadi salah satu dari 10 merek terkenal di seluruh dunia. Aku pernah baca di internet. Tak bisa dibayangkan lagi deh jumlah seluruh aset dan kekayaan keluarga mereka. Tak heran sih dia bisa menjadi anak player."
"Makanya itu… Kusarankan sebaiknya kau jangan suka padanya deh, Nat. Lelaki-lelaki player seperti itu hanya menjadi sumber sakit hati dan kekecewaan bagimu nantinya. Saran saja sih…" timpal Frebelyn menepuk-nepuk ringan lengan kanan Natsumi.
"Kalian jangan khawatir… Aku gadis yang tidak bisa diajak main ke klub malam oleh dia. Dia pasti nggak akan tertarik dengan gadis membosankan seperti aku ini," tukas Natsumi Kyoko dengan sebersit senyuman tipis. Namun, dalam hatinya ia terus berharap semoga apa yang diucapkannya itu tidaklah nyata.
Dalam kerumunan orang banyak seperti itu, Natsumi Kyoko tentu saja tidak begitu memperhatikan dan ia tidak begitu menyadari Maxy Junior dan keempat kawan-kawannya duduk di barisan di belakangnya. Jarak masing-masing baris kira-kira ada setengah meter. Antara barisan-barisan meja dan kursi yang ada, dibuat semacam lorong kecil untuk berlalu-lalang. Namun, dengan jarak seperti itu pun, Maxy Junior bisa mendengarkan dengan sangat jelas gosip-gosip yang dibagikan oleh keempat teman Natsumi Kyoko itu. Sedikit kekecewaan mulai memberiak di teluk pikiran Maxy Junior. Pupuslah harapannya Natsumi Kyoko akan memilihnya dalam pemilihan ketua OSIS nanti.
"Sebentar lagi waktu pemilihan akan tiba. Kami semua doakan semoga abangmu bisa menang dan terpilih ya, Natsumi…" kata Sean melemparkan senyuman pemberi dorongan semangat kepada Natsumi. Ketiga teman yang lain juga melemparkan senyuman yang sama.
Natsumi Kyoko sedikit terpelongo heran. Namun, detik-detik berikutnya ia sudah kembali menganggukkan kepalanya dan meneruskan makan siangnya.
Maxy Junior jadi tidak berselera makan siang itu. Dia makan sampai setengah dan mengabaikan makan siang yang ada di depannya itu.
Aku sendiri yang berharap terlalu banyak… Aku sendiri yang terlalu berharap seorang gadis pintar, gadis kalem, dan gadis cantik seperti Natsumi Kyoko Suzuki ini akan tertarik dan menyukai seorang lelaki playboy sepertiku. Sadarlah, Maxy Junior… Sadarlah… Sampai kapan kau mau bermimpi terus?
Singkat cerita, makan siang selesai. Acara pemilihan ketua OSIS akan digelar dengan sistem rahasia dan tertutup, dan langsung diawasi oleh para guru maupun staff sekolah. Bukan hanya para murid yang memiliki hak suara, tetapi para guru, kepala sekolah dan staff sekolah juga memiliki hak suara mereka dalam pemilihan tersebut.
Tampak Natsumi Kyoko berjalan ke tempat pemungutan suara. Dibukanya kertas putih yang diterimanya. Tampak wajah kelima calon ketua OSIS tercetak di atas kertas tersebut. Tangan mulai meraih paku yang telah disediakan. Dengan yakin dan pasti, dengan sebersit senyuman keceriaannya, Natsumi Kyoko menusukkan paku tersebut ke wajah teman sebangkunya. Dia terus berharap semoga Maxy Junior akan terpilih menjadi ketua OSIS sehingga ia bisa mengajukan diri menjadi sekretarisnya.
Natsumi Kyoko keluar dari tempat pemungutan suara. Dia berpapasan sejenak dengan Maxy Junior yang berdiri bersandar pada salah satu jendela auditorium. Baru saja dia ingin mendekati dan menyapanya, tampak Maxy Junior sudah berjalan menjauh. Ia tampak kembali bergabung dengan keempat sahabatnya yang kini sudah mejeng di koridor di luar auditorium. Natsumi Kyoko tidak jadi menghampiri dan menyapa lelaki tampan itu.
Karena agak sedikit sesak buang air kecil, dan ia baru saja memberikan hak suaranya di tempat pemungutan suara, Natsumi Kyoko memutuskan ke kamar kecil sejenak.
Natsumi Kyoko masuk ke dalam ruangan kamar kecil yang memang disekat dan dipisahkan dari kamar kecil utama. Baru saja ia masuk dan mengunci pintu, terdengar Mary Juniar dan kedua temannya juga masuk ke kamar kecil. Ketiganya tampak mencuci tangan dan merapikan rambut dan penampilan mereka di depan cermin besar kamar mandi.
"Kau memilih siapa tadi, Mary Juniar?"
"Tentu saja memilih abangku dong… Memangnya aku bisa pilih siapa lagi?" Mary Juniar meledak dalam tawa renyahnya.
"Kukira kau bakalan memilih si Shunsuke Suzuki itu. Pasalnya selama ini kau cukup dekat dan akrab dengan lelaki blasteran yang duduk sebangku denganmu itu."
Mary Juniar tergelak sesaat dalam tawa renyahnya lagi.
"Mendung tidak berarti hujan. Dekat bukan berarti ada apa-apa…" kata teman yang satunya lagi kepada teman yang berasumsi bahwasanya Mary Juniar dekat dengan Shunsuke Suzuki.
"Jadi, selama ini kau tidak dekat dengan Shunsuke Suzuki itu, dekat sampai tahap dia akan menyatakan perasaannya padamu dan kau akan menerimanya?" Si teman sedikit bingung. Ia tampak sedikit mengerepas mata menjernihkan kebingungannya.
Mary Juniar menggeleng lembut. "Tidak… Kami hanya teman sebangku…"
Segurat senyuman misterius tampak tertahan pada sudut bibirnya yang tipis.