Kepala bagian belakang Maxy Junior robek sedikit sehingga mengeluarkan darah yang cukup banyak. Terpaksa dokter dan suster UKS menjahitnya dengan tiga jahitan.
"Kau sudah tidak apa-apa?" tanya Natsumi Kyoko dengan nada khawatir. Kini tampak kepala Maxy Junior diperban dan dia masih terbaring lemah di ruangan UKS. Dokter UKS mengatakan ia tidak perlu dibawa ke rumah sakit karena dia sendiri sudah bisa menanganinya.
Maxy Junior menggeleng lemah, kini sudah dengan sebersit senyuman menawan yang menjadi ciri khasnya. Melihat Natsumi Kyoko begitu mengkhawatirkannya, hatinya tentu saja bersorak kegirangan. Dalam waktu beberapa menit, dia sudah melupakan perkara Natsumi Kyoko akan memilih siapa di pemilihan ketua OSIS nanti. Kini, dia ingin menikmati saat-saat kebersamaannya dengan Natsumi Kyoko dan memanfaatkan kekhawatiran gadis itu terhadapnya.
"Kau boleh beristirahat dulu di sini, Maxy Junior. Jam empat kami tutup. Kau terpaksa harus beristirahat di rumah," kata suster UKS dengan sedikit raut wajah bersalah.
Maxy Junior mengangguk mantap. "Iya… Terima kasih banyak, Dok, Sus…"
Dokter dan suster UKS berlalu. Tinggallah Maxy Junior, Natsumi Kyoko dan keempat sahabat Maxy Junior dalam ruangan UKS tersebut. Keempat temannya berbisik-bisik satu sama lain seraya mengerling-ngerling mata mereka dengan penuh arti.
"Ternyata hanya luka ringan… Aku yang sudah siap-siap ingin terjun ke dalam kolam renang, buru-buru berganti pakaian dan berlari ke sini; ternyata kau hanya menderita luka ringan," kata Thobie Chiawan sedikit berseloroh.
"Dia sepertinya sudah tidak membutuhkan kehadiran kita di sini," sahut Rodrigo Wisanto.
Maxy Junior hanya mengulum senyumannya. Natsumi Kyoko sedikit menundukkan kepalanya karena tersipu malu.
"Iya… Ada Natsumi yang menjaganya di sini. Mana mau tahu lagi dia sama kita," celetuk Saddam Demetrio dengan kerlingan matanya yang penuh arti.
"Oke deh… Sudah saatnya kami balik ke kolam renang ya, Maxy Junior. Pak Pelatih akan mencari-cari karena kami tadi hanya permisi untuk setengah jam. Ini sudah empat puluh lima menit," sahut Verek Felix sedikit terkekeh.
"Mintakan izinku ya… Katakan aku terjatuh dari tangga dan kepalaku mengalami sedikit benturan," kata Maxy Junior mengedipkan sebelah matanya dengan seringai nakal.
Keempat temannya mendengus skeptis. Mereka tampak mengedikkan kepala mereka petanda acuh tak acuh.
"Dan aku minta tolong kalian harus meminta izin juga buat Natsumi. Bilang saja dia… dia…" Maxy Junior untuk sesaat kesulitan mencari alasan yang tepat.
"Bilang saja aku ada halangan bulanan," kata Natsumi Kyoko singkat, jelas, padat, berisi.
Keempat sahabat Maxy Junior hanya membentuk huruf O kecil dengan sepasang bibir mereka. Untuk masalah perempuan seperti itu, mereka hanya perlu mengangguk mengiyakan tanpa perlu bertanya lebih lanjut.
"Oke… Kami kembali ke kolam renang dulu, Maxy, Natsumi…" sahut Thobie Chiawan lagi.
"Cepat sembuh ya…" sambung Rodrigo Wisanto.
"Kalau bisa, jangan sembuh-sembuh ya… Natsumi… Jaga dia ya…" Verek Felix kemudian meledak dalam tawa cekikikannya dan segera keluar dari ruangan UKS itu.
"Jaga dia baik-baik ya, Natsumi… Kalau dia berbuat macam-macam padamu, call kami saja. Kami akan membantumu menenangkannya." Saddam Demetrio juga terbahak sejenak dan ia segera berlalu dari ruangan UKS itu.
"Kau bikin aku takut saja, Maxy Junior," kata Natsumi Kyoko seraya menepuk ringan lengan Maxy Junior sepeninggal keempat sahabatnya itu. Dalam ruangan UKS tersebut hanya terdengar dengungan mesin AC yang teratur.
"Aku refleks melakukannya, Natsumi. Aku tahu aku harus melakukannya. Aku tidak ingin kipas angin besar itu melukai dirimu."
"Thanks banget, Maxy Junior. Thanks very much. Kalau di dalam ruangan kelas tadi hanya ada aku sendiri, aku kini sudah berbaring di UKS ini mungkin dengan luka-luka yang jauh lebih parah." Tampak seraut wajah merasa bersalah di sana.
"Tak apa-apa… Saling membantu dan menolong sudah seharusnya. Mungkin di lain waktu, di lain kondisi, kaulah yang akan menolong dan menyelamatkan aku."
"Aku hanyalah seorang gadis yang tidak berdaya, yang lemah, yang tidak bisa berbuat apa-apa. Apalah yang bisa kulakukan untuk menolong dan menyelamatkanmu."
"Apa yang terjadi di masa depan kan tak seorang pun yang tahu dengan pasti. Siapa tahu saja masa depan bisa berubah, masa depanmu berubah, masa depanku berubah dan kau akan menyelamatkan aku di suatu waktu di masa mendatang."
Maxy Junior kembali menampilkan senyumannya yang menawan. Melihat senyuman itu membangkitkan kembali semangat dan rasa percaya diri Natsumi Kyoko. Entah apa penyebabnya, rasa-rasanya Natsumi Kyoko takkan bosan melihat senyuman tersebut lagi dan lagi.
Maxy Junior agak sedikit menegakkan tubuhnya. Dia ingin meraih botol minum yang terletak di bufet samping tempat tidurnya.
"Biar aku saja…" kata Natsumi Kyoko dengan sigap berdiri dan memberikan botol minum itu kepada Maxy Junior. Dia menyodorkan botol minum tersebut tepat di depan sepasang bibir imut nan seksi Maxy Junior.
Maxy Junior meminum airnya dengan hatinya yang laksana padang pasir yang mendapatkan siraman air hujan. Jikalau seandainya ia harus sakit setiap hari supaya sang bidadari cantiknya ini memperhatikannya seperti sekarang, ia rela sakit.
Ya Tuhan… Aku ingin waktu ini tidak pernah berlalu. Seandainya aku memiliki kekuatan gaib, aku ingin menghentikan waktu di detik ini sehingga aku bisa terus menikmati perhatian dan kasih sayang yang dicurahkan oleh Natsumi Kyoko buatku.
"Maxy Junior… Apakah… Apakah aku boleh bertanya sesuatu padamu?" tanya Natsumi Kyoko setelah ia mengumpulkan segenap keberaniannya. Setiap kali tatkala ia ingin berbicara mengenai sesuatu yang penting dengan lelaki tampan ini, dia harus selalu mengumpulkan keberanian.
"Kenapa, Natsumi? Apa yang ingin kautanyakan?" ujar Maxy Junior lembut, kali ini dengan senyuman simpulnya yang begitu menawan di mata Natsumi Kyoko.
"Kenapa saat jam istirahat kedua raut wajah dan perangaimu mendadak berubah? Ketika kita membicarakan soal pemilihan ketua OSIS itu, aku lihat raut wajah dan gerak-gerikmu berubah. Apa yang terjadi, Maxy Junior? Apakah kau merasa khawatir kau tak bisa memenangkan pemilihan itu?"
Natsumi Kyoko memandangi Maxy Junior dengan raut wajah polos dan dengan kedua bola matanya yang sebening kristal sekarang. Andaikan ia lupa diri sekarang, ingin sekali ia meraih gadis cantik bak bidadari turun dari kahyangan itu ke dalam pelukannya dan takkan dilepaskannya lagi. Ia akan segera melumatnya habis dan membawanya ke ranjang kebahagiaan mereka. Namun, ditepisnya hasrat liar itu. Belum waktunya, Maxy Junior… Belum waktunya… Berkali-kali ia menguatkan hati dan iman sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang melampaui batas.
"Aku sendiri sebenarnya ragu apakah aku bisa menjadi seorang ketua OSIS yang baik di sekolah ini, Natsumi. Kau sendiri tahu di luar sekolah ini, aku hanyalah seorang lelaki player. Aku takut aku tidak bisa membawa organisasi OSIS ini ke arah yang jauh lebih baik ke depannya. Lebih parahnya, aku malah akan mendatangkan hal-hal buruk kepada organisasi OSIS ini."
"Jangan berprasangka buruk mengenai dirimu sendiri. Kau sebenarnya lebih baik daripada yang kaupikirkan…"
"Tetap saja aku hanyalah seorang player, Natsumi…" Maxy Junior memang sengaja menekankan soal jati dirinya yang merupakan seorang fuckboy di luar. Dia ingin mencoba menebak bagaimana pandangan dan penilaian Natsumi Kyoko soal kenyataan yang satu itu.
"Aku percaya kau memiliki alasanmu sendiri mengapa kau memilih untuk menjadi bad boy selama ini. Beberapa hari ini mengenalmu di sini, aku yakin seandainya kau terpilih nanti, kau akan bisa menjadi seorang ketua OSIS yang baik." Natsumi Kyoko tersenyum menenangkan.
Maxy Junior kembali menampilkan senyuman semringah yang menjadi ciri khasnya. Peduli setan dengan ketua OSIS itu. Maxy Junior sama sekali tidak peduli apakah dia akan terpilih menjadi ketua OSIS atau tidak. Yang penting baginya adalah bagaimana pandangan dan penilaian Natsumi Kyoko mengenai dirinya. Sedikit banyak dia sudah bisa menebaknya. Oleh karena itulah, dia menampilkan senyuman menawannya.
Lain lagi di pihak Natsumi Kyoko… Sesungguhnya dia berharap sekali Maxy Junior akan terpilih menjadi ketua OSIS. Seandainya Maxy Juniorlah yang terpilih menjadi ketua OSIS nanti, dia akan mengajukan diri menjadi sekretarisnya. Karena kampanye dan pemilihan belum dimulai, ia memutuskan untuk diam-diam dulu sekarang.
"Apa kau mau makan buah? Sebelum ke sekolah tadi pagi, aku sempat ke pasar membeli beberapa buah apel dan pir. Kau mau?" tanya Natsumi Kyoko dengan sebersit senyuman manis.
Tentu saja wajah Maxy Junior kontan berseri-seri. Ia mengangguk dengan antusias.
Beberapa detik kemudian, tampak Natsumi sudah sedang mengupas satu apel dan satu pir. Dia memotongnya dan menyodorkannya ke depan mulut sang pangeran tampan. Terlihat sang pangeran tampan memakan buah-buah itu dengan lahap, dan dengan senyuman menawannya yang tak pernah lepas dari wajahnya yang tampan maksimal.