Shunsuke Suzuki sedikit membanting nampan yang dibawanya ke atas meja. Tidak pernah adiknya membantah perkataannya sebelumnya. Semenjak mengenal lelaki player kurang ajar ini, Shunsuke Suzuki merasa perangai adiknya mulai berubah.
Mary Juniar juga duduk dengan kesal di hadapan abangnya. Abangnya tetap terlihat cuek, dan menyantap makanannya sesuap demi sesuap. Mary Juniar memang tahu abangnya adalah seorang playboy. Setiap gadis yang dipacarinya takkan lama. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, abangnya akan meninggalkan gadis itu dan beralih ke gadis yang lain. Makanya tidak heran di sekolah itu telah berkembang rumor, gadis suci mana pun yang berani mendekati Maxy Junior atau salah satu dari keempat sahabatnya itu, akan kehilangan keperawanan mereka. Namun, kali ini entah kenapa Mary Juniar merasa tatapan mata abangnya ke Natsumi Kyoko ini sungguh lain, sungguh lembut, sungguh romantis, dan sungguh menyiratkan kasih sayang agape, yang tidak pernah ditunjukkannya kepada gadis mana pun yang dipacarinya. Entah kenapa Mary Juniar mulai merasakan semacam ancaman dari Natsumi Kyoko yang berdiri di tengah-tengah antara dirinya dan abangnya.
"Selamat ya, Bang Maxy…" Tiba-tiba saja Mary Juniar berceletuk. "Kau juga terpilih menjadi salah satu ketua OSIS tahun ini."
Maxy Junior hanya mengangguk dan kemudian ia bertanya pada adik perempuannya, "Kau akan memilihku bukan dalam pemilihan nanti?"
Mary Juniar meledak dalam tawa renyahnya. "Tentu saja… Kalau tidak memilih abangku yang pintar dan ganteng ini, memangnya aku mau pilih siapa lagi?"
Maxy Junior mengangguk dengan sebersit senyuman kepuasan.
"Kau sendiri akan memilih siapa, Natsumi?" tanya Mary Juniar sekonyong-konyong mengarahkan pertanyaan tersebut ke Natsumi Kyoko. Natsumi Kyoko sedikit terperanjat heran. Ia mengangkat kedua alisnya dan kini menatap lawan bicaranya dengan sinar mata terpelongo.
Mary Juniar meledak dalam tawa renyahnya.
"Aku menanyakan pertanyaan yang tidak perlu. Tentu saja kau akan memilih abangmu ini. Sorry… Sorry…" Mary Juniar meneruskan makannya lagi.
Natsumi Kyoko juga meneruskan makannya dengan kikuk.
"Tentu saja dia akan memilihku. Dia adalah adikku. Dia akan mendukung segala hal yang kuinginkan, segala hal yang berhubungan denganku. Iya kan, Natsumi?" Shunsuke Suzuki melayangkan sebuah retorik yang membuat Natsumi Kyoko makin kikuk dengan sebersit senyuman sinis yang kemudian dilayangkannya ke Maxy Junior yang terlihat masih menikmati makan siangnya dengan lahap.
Natsumi Kyoko hanya tersipu malu dan sedikit menundukkan kepalanya. Ia tidak mengangguk ataupun menggeleng. Namun, abangnya itu sudah menganggapnya sebagai suatu jawaban 'iya'.
"Aku sudah kenyang…" Maxy Junior menyelesaikan makannya dengan sangat cepat. Tanpa menunggu siapa-siapa lagi, ia langsung berdiri dan mengangkat nampannya.
"Tunggu aku, Maxy Junior… Aku juga mau kembali ke kelas…" kata Natsumi Kyoko. Namun, Maxy Junior langsung keluar dari kantin begitu saja setelah ia meletakkan nampan piring dan gelas kotornya pada tempat yang telah disediakan di depan kantin.
Dengan bingung, Natsumi Kyoko menghabiskan makannya dan berdiri juga. Ia cepat-cepat berdiri dan meletakkan nampan piring dan gelas kotornya di depan kantin. Sejurus kemudian, sudah tampak Natsumi Kyoko menghilang keluar dari kantin.
Shunsuke Suzuki mendengus sinis. Sementara itu, Mary Juniar sedikit mengangkat salah satu ujung bibirnya dan kemudian ia meneruskan makan siangnya dengan santai.
Sesampainya di dalam kelas, Maxy Junior sedikit membanting dirinya ke tempat duduk. Ia tampak menekuk lehernya ke belakang. Jam istirahat masih tersisa lima belas menit. Keempat sahabatnya masih berkeliaran di luar kelas dan belum menunjukkan tanda-tanda mereka akan balik.
Bodoh sekali aku mengira dia akan lebih memilihku daripada si abang protektifnya itu. Bagaimanapun juga, Shunsuke Suzuki tetaplah abangnya, Maxy Junior… Kau bukanlah apa-apa. Kau hanya seorang lelaki player di matanya, yang fuckboy, dan selama beberapa hari ini dia hanya menganggapmu sebagai teman biasa. Sadarlah, Maxy Junior… Sampai kapan kau akan terus bermimpi seperti ini? Senandika hati nurani Maxy Junior terdengar berteriak nyaring.
Maxy Junior menghembuskan napas panjang, dengan ruap lara dan resah gelisah yang meringkai muara hatinya.
***
Bel tanda pelajaran dimulai lagi pun berbunyi. Natsumi Kyoko berjalan masuk dengan kikuk. Dia duduk di tempatnya dengan kikuk. Selama pelajaran berlangsung, Maxy Junior tampak sangat serius. Melihat raut wajahnya yang sangat serius dan sama sekali tidak menunjukkan senyumannya yang menawan lagi, Natsumi Kyoko menjadi sedikit segan mengajaknya bicara.
Di antara keempat sahabat Maxy Junior, hanya Verek Felix yang lebih peka dan ia sedikit-sedikit menyadari Maxy Junior terlalu serius dan sama sekali tidak mengajak Natsumi Kyoko ataupun keempat sahabatnya di belakang untuk berbicara.
Verek Felix mengernyitkan keningnya sembari terus memperhatikan Maxy Junior dan Natsumi Kyoko yang ada di depan mereka. Namun, karena pelajaran sedang berlangsung ditambah lagi guru ada memberikan sejumlah tugas yang harus dikumpulkan dalam dua jam ke depan, mau tidak mau Verek Felix menyelesaikan tugas tersebut terlebih dahulu dan menahan keinginannya untuk bertanya pada Maxy Junior apakah ia baik-baik saja.
"Aduh… Salah lagi…" Natsumi Kyoko jadi sendiri bergumam ketika ia menyadari hasil akhir perhitungannya tidak sama dengan satu pun pilihan jawaban yang ada.
Maxy Junior menoleh sebentar ke kanan. Dia menarik buku latihan Natsumi Kyoko dan langsung menuliskan langkah-langkah yang tepat untuk penyelesaian soal nomor 35. Sejurus kemudian, dia kembalikan buku latihan itu ke pemiliknya.
"Sudah kuurutkan langkah-langkah penyelesaiannya. Sisanya kamu hitung sendiri," gumam Maxy Junior dengan dingin. Natsumi sesekali melirik ke wajah lelaki ganteng yang duduk sebangku dengannya. Wajah lelaki itu masih sangat serius, tanpa sedikit pun memperlihatkan senyuman menawan yang menjadi ciri khasnya.
Natsumi kembali menyelesaikan soal nomor 35 itu dengan benar. Dia melanjutkan lagi ke nomor 36 dan nomor-nomor selanjutnya.
Mendadak saja mati lampu. Guru dan semua murid merasa sedikit terkejut. Ruangan kelas itu menjadi agak gelap. Hanya sedikit cahaya matahari siang hari yang bisa menerobos masuk melalui jendela kaca.
"Pengumuman sebentar untuk seluruh guru dan murid Newton Era Intelligence School… Generator pusat sekolah ini sedang dalam perbaikan. Kami imbau kepada guru dan murid untuk satu jam ke depan menghidupkan dua kipas angin besar yang dipasang dalam masing-masing kelas. Setelah perbaikan generator selesai, kami akan memberikan pengumuman sekali lagi. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanannya."
Terdengar sebuah pengumuman yang bergaung ke seantero sekolah. Mau tidak mau guru dalam masing-masing ruangan kelas menghidupkan dua buah kipas angin besar yang tergantung di sisi kiri dan kanan. Mulai terasa sedikit angin sejuk.
Tampak Natsumi Kyoko menghapus keringat dengan tisu yang dibawanya. Maxy Junior juga mulai kepanasan. Dia menanggalkan jas luar seragamnya dan tinggallah kemeja dalam seragamnya. Dia berkali-kali menyeka keringatnya dengan kemeja dalam seragamnya yang berlengan panjang. Namun, karena panas dari luar dengan sinar matahari terik menyengat dan AC sama sekali tidak bisa dinyalakan, keringat makin lama makin membanjiri.
Kebanyakan murid lelaki di dalam kelas tersebut juga mulai menanggalkan jas luar seragam mereka. Terlihat Natsumi Kyoko menawari Maxy Junior tisunya. Akan tetapi, Maxy Junior sama sekali tidak berniat menerima barang pemberian dari gadis itu.
"Tidak usah… Thanks… Sebentar lagi kita akan pulang…" kata Maxy Junior singkat. Dia kembali menyibukkan diri ke dalam soal-soal latihannya.
Sedikit sakit perasaan Natsumi Kyoko ditolak seperti itu. Namun, dia berusaha untuk menepiskan rasa kecewa dan sakit hati tersebut. Dia baru saja mau menyimpan kembali kertas tisunya ke dalam tas ketika keempat sahabat Maxy Junior di belakang meminta kertas tisunya karena mereka sudah tidak tahan dengan peluh yang semakin lama semakin menggenang.
"Heran… Kok Maxy Junior tidak mau menerima tisu dari Natsumi Kyoko tadi?" Verek Felix berbisik kepada ketiga sahabatnya.
"Jelas-jelas ini sangat panas. Lihat tuh baju Maxy Junior sudah basah oleh keringatnya. Kayak baru mandi dan tidak dilap pakai handuk badannya. Kok bisa-bisanya ia tidak mengambil tisu yang ditawari oleh Natsumi Kyoko tadi?" timpal Thobie Chiawan bisik-bisik kepada ketiga temannya. "Jangan-jangan terjadi sesuatu di antara mereka."
"Memang tidak pernah ada sesuatu di antara mereka. Memangnya bisa terjadi apa di antara mereka?" celetuk Rodrigo Wisanto.
"Akhh, kau ini… Bisa saja kan Maxy Junior menyatakan perasaannya dan Natsumi Kyoko menolaknya…" timpal Saddam Demetrio. "Pokoknya nanti sebelum masuk kelas ekstrakurikuler, kita akan menanyakan hal ini kepada Maxy Junior."