Jam sudah menunjukkan pukul setengah satu. Bel tanda jam istirahat berbunyi. Semua murid tampak berlalu-lalang di sepanjang koridor kelas. Ada yang pergi ke kantin, ada yang pergi ke perpustakaan, ada yang turun ke lantai bawah. Semuanya asyik dengan kegiatan masing-masing.
Tanpa sengaja, pulpen Natsumi Kyoko jatuh ke kolong meja. Maxy Junior yang peka nan awas tentu saja tahu pulpen Natsumi Kyoko terjatuh ke kolong meja. Dia ingin mengambilkannya buat Natsumi Kyoko. Natsumi Kyoko sendiri juga hendak menjulurkan kepalanya ke kolong meja guna mengambil pulpen tersebut.
Tak ayal lagi, kepala keduanya saling beradu di tengah-tengah perjalanan menuju ke kolong meja.
"Aduh…" Maxy Junior dan Natsumi Kyoko mengaduh pada saat yang bersamaan.
Maxy Junior kaget sedikit. Dia buru-buru menaikkan kepalanya kembali. Pas pada saat bersamaan, Verek Felix melangkah masuk ke dalam kelas dengan sebuah kamus bahasa Indonesia – Inggris di tangannya. Dia melihat Saddam Demetrio masih duduk tenang di tempat duduknya. Dia bermaksud mengembalikan kamus tersebut karena memang itu punya Saddam Demetrio.
"Dam… Kamusmu… Thanks banget ya…" Verek Felix belum sampai ke tempat duduknya, namun ia sudah lebih dulu melemparkan kamus tersebut ke tempat duduk Saddam Demetrio.
Maxy Junior mengangkat kepalanya dari kolong meja. Alhasil, kamus besar dengan tebal ribuan halaman jatuh menimpa kepala Maxy Junior. Untuk beberapa detik ke depan, kepala Maxy Junior mulai terasa sedikit berdenyut.
"Aduh, Maxy… Maafkan aku, Maxy… Kau masukkan kepalamu ke dalam kolong; kupikir kau sudah tidak ada di sana. Makanya, aku pakai lempar begitu saja," kata Verek Felix menghampiri sahabatnya dengan raut wajah bersalah.
Natsumi Kyoko yang akhirnya berhasil mengambil pulpennya keluar dari dalam kolong meja. Dia juga sedikit terperanjat kaget melihat kamus setebal dan sebesar itu jatuh menimpa kepala Maxy Junior.
"Kau tidak apa-apa? Nah, kau begitu kan, Ver… Main lempar begitu saja tanpa lihat-lihat dulu." Saddam Demetrio mengambil kembali kamusnya dan meletakkannya di mejanya sendiri.
Natsumi Kyoko jadi merasa kikuk dan tidak tahu mesti berbuat apa. Tampak Maxy Junior mengangkat tangan kanannya ke udara petanda dia tak apa-apa, sementara tangan kirinya terus memegangi kepalanya yang bagian depan.
"Aku ada minyak angin. Biar aku bantu oleskan ya…" kata Natsumi Kyoko setelah mengumpulkan segenap keberaniannya. Sedikit banyak ia merasa bersalah karena tadi Maxy Junior hendak membantunya mengambilkan pulpennya yang terjatuh ke dalam kolong meja.
Tentu saja Maxy Junior tertegun mendengar perkataan gadis itu. Hatinya spontan bersorak kegirangan. Namun, dia tetap saja memegangi kepala depannya dan menunjukkan rasa sakit yang teramat sangat walau sesungguhnya pusing dan nyut-nyutan pada kepalanya sudah agak berkurang.
Tentu saja Saddam Demetrio dan Verek Felix terhenyak kaget bukan main. Apa mereka tidak salah dengar tadi? Natsumi Kyoko ingin membantu mengoleskan minyak angin ke kepala Maxy Junior? Mereka terlihat saling bertukar pandang sejenak dengan sepasang bibir mereka yang menganga lebar.
Namun, detik-detik berikutnya ketika jari-jemari Natsumi Kyoko yang lemah lembut dan putih bersih mulai mengoleskan minyak angin ke kepala Maxy Junior dan sedikit memijatnya, mereka berdua hanya bisa mengulum senyuman mereka. Diam-diam, mereka mulai menyingkir dari tempat tersebut, memberikan sedikit keleluasaan kepada Maxy Junior dan tambatan hatinya.
"Gila si Maxy Junior… Ada cewek cantik, dilupakannya pula kita temannya ini…" komentar Saddam Demetrio sambil meledak dalam tawa renyahnya ketika ia dan Verek Felix sudah berada di luar kelas.
"Iya… Beruntung banget dia… Sudah lebih duluan kenalan dan kini Natsumi Kyoko itu malah membantu mengoleskan minyak angin ke kepalanya," celetuk Verek Felix juga meledak dalam tawa renyahnya. Mereka memutuskan turun ke lantai bawah, pergi ke kantin mencari Thobie Chiawan dan Rodrigo Wisanto.
Sementara itu di dalam kelas, masih tampak jari-jemari Natsumi Kyoko yang lemah lembut nan putih bersih terus memijat-mijat kepala Maxy Junior. Terlihat kedua tangan Maxy Junior sudah diluruskannya ke bawah. Tampak lelaki tampan bak dewa dari kahyangan itu begitu jinak, begitu santai nan begitu tenang di bawah pijatan lembut sang bidadarinya.
Oh, Juniorku… Jangan sempat kau memberontak di saat-saat seperti ini. Aku mohon… Aku ingin menikmati saat-saat seperti ini lebih lama. Aku tidak ingin Natsumi Kyoko melihat semacam ada gundukan di dalam celanaku ini dan setelah itu dia akan berlari ketakutan menghindariku. Ini adalah saat-saat pendekatan pentingku dengan bidadari ini. Nanti akan ada saatnya kau kebagian jatah. Jadi, aku mohon sekarang turunlah dulu, Juniorku… Turunlah dulu dan setidaknya biarkan aku bernapas dengan tenang…
Perlahan-lahan Maxy Junior berhasil menurunkan gairah lelakinya walau hanya sedikit. Perlahan-lahan, ia memberanikan diri membuka kedua matanya. Tampak seraut wajah cantik dengan senyuman paling indah di seluruh jagat raya di depan matanya. Sungguh Maxy Junior ingin waktu berhenti saja sehingga ia bisa menikmati saat-saat itu lebih lama lagi, sehingga ia bisa menatap seraut wajah cantik itu dan menikmati senyumannya lebih lama lagi.
"Sudah baikan?" Senyuman Natsumi Kyoko membius dan menenangkan pada saat yang bersamaan.
"Sudah sedikit baikan… Tapi masih sakit dan terasa berdenyut…" rengek Maxy Junior karena dilihatnya ada gejala-gejala Natsumi Kyoko akan menyimpan minyak anginnya dan berhenti memijatnya.
Natsumi Kyoko kembali tersenyum. Sedikit banyak ia mengerti keinginan apa yang terselip di antara rengekan tersebut.
"Ya… Aku akan memijatnya lagi. Diam dan tenanglah…" kata Natsumi Kyoko mengoleskan lagi sedikit minyak angin ke bagian kepala Maxy Junior yang terkena kamus tadi dan melanjutkan pijatannya.
Maxy Junior kembali bernapas lega. Dia kembali tampak jinak, santai dan tenang di bawah pijatan Natsumi Kyoko.
Hilang sudah semua pertimbangan rasional dan akal sehat Maxy Junior. Segelintir kebingungan bergelitar di beranda pikiran dan kesadarannya pada saat itu. Apa yang mesti dilakukannya sekarang? Haruskah ia mencari tahu jati dirinya yang sebenarnya? Haruskah ia menelusuri jejak orang tuanya yang sebenarnya? Kepada siapakah ia bisa bertanya, di tengah-tengah kemelut keluarganya yang serba kacau dan misterius?
Pijatan Natsumi Kyoko akhirnya bertahan sampai 15 menit. Begitu lonceng berbunyi, Natsumi Kyoko menghentikan pijatannya dan menyimpan kembali minyak anginnya ke dalam tas. Natsumi Kyoko ke kamar kecil sejenak dan cuci tangan. Dia kembali lagi ke dalam kelas bersama-sama dengan teman-teman sekelas yang lain.
Masuklah keempat sahabat Maxy Junior. Mereka menyeringai nakal dan mengerlingkan mata mereka dengan penuh arti kepada Maxy Junior. Maxy Junior hanya tersenyum simpul membalas seringai nakal dan kerlingan mata mereka.
Natsumi Kyoko kembali duduk di samping Maxy Junior. Ia mulai mengeluarkan buku pelajaran bahasa Inggris.
"Thanks… Kepalaku sudah tidak berdenyut-denyut lagi sekarang," bisik Maxy Junior dari jarak dekat.
"Sama-sama… Kan kepalamu bisa kena kamus karena kau habis keluar dari kolong meja ingin mengambilkan pulpenku," balas Natsumi Kyoko dengan sebersit senyuman tipis.
Keempat sahabat yang di belakang hanya bisa terus menyaksikan kemesraan antara Maxy Junior dan Natsumi Kyoko dengan terus saling berpandangan penuh arti selama jam pelajaran berlangsung.
***
Akhirnya jam menunjukkan pukul empat sore. Sudah waktunya pulang setelah seharian belajar menuntut ilmu, berhadapan dengan buku-buku pelajaran dan melewati serangkaian kegiatan yang benar-benar melelahkan.
"Kau langsung pulang?" tanya Maxy Junior sembari menyandang tasnya di bahu.
Natsumi Kyoko menggeleng lembut, "Tidak… Ke les bahasa Inggris dulu."
Maxy Junior tampak mengernyitkan keningnya. Padahal dia baru saja ingin mengajak gadis cantik itu ke sebuah toko yang khusus menjual buku-buku berbahasa Inggris terbitan langsung dari negeri Inggris sana. Pupuslah harapannya untuk kencan sore dengan bidadari cantik itu.
"Bukankah kulihat bahasa Inggrismu sudah begitu excellent, Natsumi? Kenapa kok les lagi?"
"Ibuku bersikeras ingin aku les bahasa Inggris. Kalau aku tidak pergi ke les, ibuku bisa marah besar dan akan memberikanku hukuman yang pastinya takkan kusukai," ujar Natsumi Kyoko dengan sebersit senyuman menggantung di sudut bibir.
Maxy Junior merapatkan sepasang bibirnya dan tersenyum skeptis. Tekanan orang tua zaman sekarang memang bukan hal yang mengherankan lagi. Maxy Junior kadang tidak habis pikir… Apa yang ada dalam pikiran orang tuanya sehingga mereka harus terus menekan gadis cantik di hadapannya ini dan terus menuntut yang terbaik darinya, padahal ia sudah melakukan segala yang terbaik yang ia mampu? Maxy Junior menghela napas panjang. Karena ini adalah masalah keluarga orang, ia juga tidak bisa berkata banyak. Ia juga tidak ingin terlibat ke dalam keluarga Suzuki, keluarga selingkuhan ibunya itu.
"Oke deh… Belajar yang keras… Study harder for your bright future… Ketemu besok ya…" kata Maxy Junior melayangkan sebersit senyuman menawan ke bidadari cantiknya.
Natsumi Kyoko hanya mengangguk sembari tersenyum tipis. Tak berapa lama kemudian, bidadari cantik itu sudah menghilang keluar kelas. Sekonyong-konyong saja, di belakang telinga Maxy Junior, terdengar bisikan lembut,
"Jangan khawatir, Maxy Juniorku… Besok akan bertemu lagi dan bisa melepas rindu," bisik Rodrigo Wisanto dalam nada yang selembut mungkin.
Maxy Junior terperanjat kaget dan kontan berbalik ke belakang. Keempat sahabatnya langsung meledak dalam tawa geli mereka.
"Tidak lucu, Rod…" sahut Maxy Junior, dan kemudian menampilkan senyuman menawannya.
"Kami kira begitu ada Natsumi Kyoko Suzuki, kau sudah melupakan kami, Maxy Junior," sahut Thobie Chiawan.
"Apakah kau tidak merasa kau berutang satu penjelasan kepada kami?" tanya Verek Felix dengan sorot mata penuh arti.
"Penjelasan apa?" Maxy Junior berlagak bodoh.
"Kau sudah kenalan duluan dengan Natsumi Kyoko sebelum ia menjadi murid baru di sini hari ini. Iya kan?" tanya Saddam Demetrio langsung ke inti persoalannya.
Maxy Junior meledak dalam tawa renyahnya dan mengangguk.
"Di mana kalian bertemu dan berkenalan rupanya?" sambung Verek Felix menimpali.
"Di pelataran parkir pub yang kemarin malam, Ver. Dia ke pub yang di sebelahnya. Ada dua pria kurang ajar yang berniat macam-macam padanya. Untung saja aku ada di sana tepat pada waktunya. Jika tidak, aku yakin sekarang dia sudah menjadi Natsumi Kyoko yang berbeda," kata Maxy Junior sedikit angkuh dan sombong, tetapi kemudian ia tetap menampilkan senyuman menawan yang menjadi ciri khasnya.
Keempat temannya menepuk ringan tangan dan pundaknya sejenak.
"Maxy Junior pertama kali muncul dalam sosok seorang pahlawan di hadapan Natsumi Kyoko. Tidak mengherankan tanpa berpikir dua kali Natsumi Kyoko bersedia mengoleskan minyak angin ke kepala Maxy Junior yang terkena kamus tadi," ujar Thobie Chiawan. Ketiga teman yang lain meledak dalam tawa geli mereka lagi.
"Apakah enak pijatan lembut dari sang bidadari yang turun dari kahyangan, Maxy? Bidadari yang masih segar dan masih perawan…" celetuk Saddam Demetrio dengan kerlingan mata nakal.
"Takutnya bukan dua pria laknat kemarin yang akan menggaulinya, Maxy. Takutnya kau pula yang akan menggagahinya dan merenggut kesuciannya…" sambung Rodrigo Wisanto juga dengan seringai nakal dan kemudian ia terdengar tertawa cekikikan.
Kini tampak sebersit senyuman misterius yang menggelantung di sudut bibir Maxy Junior. Ia menghela napas panjang kemudian. Berbagai macam perasaan kembali bergolak nan berkecamuk dalam relung sanubarinya.