Les pelajaran keempat dimulai. Natsumi Kyoko terlambat lima menit masuk ke kelas karena rapat yang diikutinya di ruangan kepala sekolah tadi.
"Bagaimana rapatnya, Natsumi?" tanya Pak Rey Van Gohzali kepada salah satu anak didiknya yang diketahuinya bergabung ke panitia pembentukan OSIS di tahun ajaran baru ini.
"Sudah ada hasilnya, Pak Rey Van. Hasilnya akan ditempelkan di papan pengumuman pada saat jam istirahat kedua nanti," kata Natsumi Kyoko dengan lemah lembut.
"Mungkin kau ingin bercerita sedikit kepada kami semua soal hasil rapat tadi, Natsumi. Adakah sedikit kabar baik untuk kelas kita tahun ini?" tanya Pak Rey Van santai. Pengumuman akan ditempelkan pada saat jam istirahat kedua nanti, tetapi dia sudah tidak sabar ingin mengetahui hasilnya.
"Ada satu kandidat ketua OSIS tahun ini yang berasal dari kelas kita ini, Friends…" kata Natsumi Kyoko kepada seluruh temannya.
Seisi kelas bersorak ramai dan bertepuk tangan ramai. Tampak Maxy Junior dan keempat sahabatnya di belakang sana menunggu pengumuman Natsumi Kyoko dengan santai.
"Kandidat ketua OSIS dari kelas kita adalah… Maxy Junior Tanuwira…" kata Natsumi Kyoko lagi. Sontak seisi kelas kembali bertepuk tangan riuh dan bersorak ramai.
Maxy Junior hanya sedikit menaikkan alisnya. Keempat sahabatnya yang duduk di belakangnya meremas dan menepuk pundaknya dengan gemas.
Maxy Junior hanya sedikit menundukkan kepalanya dengan menampilkan sebersit senyuman menawannya setelah itu.
"Selamat ya, Maxy Junior… Bapak doakan semoga kamu terpilih menjadi ketua OSIS tahun ajaran ini…"
"Thanks, Pak Rey Van…" gumam Maxy Junior singkat.
"Ada berapa kandidat ketua OSIS tahun ini, Natsumi?" tanya Pak Rey Van lagi.
"Ada lima, Pak Rey Van. Keempat kandidat yang lain semuanya berasal dari tingkat dua," jawab Natsumi Kyoko. "Ada Irianto Usman, Kenichi Margo, Giovano Ernestino Theody, dan yang terakhir ada Shunsuke Suzuki."
Natsumi Kyoko sedikit menundukkan kepalanya. Teman-teman yang lain sudah pada kasak-kusuk semua. Sedikit banyak mereka mengetahui insiden antara Shunsuke Suzuki dan Maxy Junior tadi pagi, yang berhubungan dengan Natsumi Kyoko. Keempat sahabat Maxy Junior juga saling bertukar pandang di dua baris bangku di belakang sana.
"Oke… Oke… Bapak di sini tetap mendoakan semoga Maxy Junior kita yang akan terpilih ya…" kata Pak Rey Van dengan sebersit senyuman cerah.
Kembali seisi kelas bertepuk tangan riuh dan bersorak ramai. Natsumi Kyoko kembali ke tempatnya.
"Aku sudah ketinggalan sampai mana ya?" tanya Natsumi Kyoko.
Maxy Junior menggeser buku catatannya ke samping. Natsumi Kyoko sedikit tertegun. Itulah pertama kalinya ia benar-benar memperhatikan tulisan tangan lelaki player yang kongsi sebangku dengannya ini. Tulisan tangan Maxy Junior benar-benar rapi. Untuk beberapa detik lamanya, Natsumi Kyoko hanya memelototi tulisan tangan Maxy Junior dan berdecak kagum dalam hatinya.
"Jangan terus mengagumi tulisan tanganku. Dicatat saja… Nanti kau ketinggalan semakin jauh…" kata Maxy Junior membuyarkan lamunan Natsumi Kyoko.
Dengan sedikit tersipu malu, Natsumi Kyoko mulai mencatat dan memindahkan bagian yang tertinggal tadi ke buku catatannya sendiri.
"Kau akan bersaing dengan si Shunsuke Suzuki itu dalam memperebutkan posisi ketua OSIS tahun ini, Maxy. Kami di sini tetap mendoakan kemenanganmu. Jangan lupa traktir makan jika kau benaran terpilih menjadi ketua OSIS nanti," bisik Verek Felix dan kemudian meledak dalam tawa cekikikannya.
"Kalahkan saja dia… Kami akan membantumu mengumpulkan suara dan dukungan, Maxy Junior," celetuk Thobie Chiawan. "Kalahkan dia dan setelah kau terpilih menjadi ketua OSIS, jadikan saja dia wakilmu."
"Mana mau dia menjadi wakil Maxy Junior kita seandainya dia kalah dalam pemilihan nanti. Ada-ada saja kau… Gengsinya hilang dong…" Rodrigo Wisanto juga meledak dalam tawa cekikikannya.
"Yang penting, kita bantu saja mengumpulkan suara dan dukungan untuk Maxy Junior. Bagaimana pun itu, Maxy Junior kita harus terpilih menjadi ketua OSIS tahun ini," timpal Saddam Demetrio.
Natsumi Kyoko terus mencatat catatannya yang tertinggal sembari menguping pembicaraan di antara keempat sahabat di belakangnya itu. Dia diam-diam tersenyum. Maxy Junior terus memperhatikan raut wajah sang bidadarinya. Dia ingin menebak jalan pikiran bidadari itu. Dia ingin tahu saat dalam pemilihan nanti, siapakah yang akan dipilih oleh Natsumi Kyoko? Dirinya atau si Shunsuke Suzuki abangnya itu?
***
Jam istirahat kedua pun datang. Tampak di kantin Maxy Junior memakan nasi lemaknya dengan lahap. Dia sudah sangat kelaparan gara-gara menunda makan paginya sampai dengan jam sebelas lewat ini. Dia sendiri pun sudah tidak bisa membedakan apakah ini masih makan pagi atau sudah makan siang.
"Aku belum mengucapkan selamat kepadamu karena terpilih menjadi salah satu kandidat ketua OSIS tahun ini," ujar Natsumi Kyoko lemah lembut. Ia memasukkan sesuap mi pangsit ke dalam mulutnya dan meneguk minuman green tea-nya setelah itu.
"Apakah kau yang mencalonkan namaku?" tanya Maxy Junior seraya sedikit menyipitkan kedua matanya.
"Tidak… Aku tidak mencalonkan nama siapa-siapa. Aku baru di sekolah ini. Aku mana tahu siapa-siapa saja yang cocok menjadi ketua OSIS," kata Natsumi Kyoko menggeleng lembut.
Maxy Junior mengangguk dan kemudian meneruskan makannya lagi.
"Si Sean, Kimberly, Frebelyn dan Ronny yang mengajukan kelima nama itu."
"Mereka juga mengajukan nama abangmu? Mereka kenal dengan abangmu? Pasalnya kan abangmu bisa disebut sebagai murid baru di sini…" Maxy Junior tampak sedikit menaikkan alisnya.
"Sean dan Ronny sudah kenal dengan abangku. Frebelyn dan Kimberly kenal-kenal begitu saja. Mereka tidak berani berkenalan langsung dengan abangku. Malu…" kata Natsumi Kyoko dengan sebersit senyuman tipis.
Maxy Junior mengangguk dan kembali meneruskan makannya.
"Sama halnya mereka tidak berani mengajakmu kenalan langsung. Kau sudah terkenal sebagai lelaki player yang tidak boleh didekati. Gadis mana pun yang berani mendekatimu akan langsung kehilangan keperawanan mereka." Natsumi Kyoko meledak dalam tawa gelinya.
"Kalian membahas itu langsung di depan Kepala Sekolah?" Mata Maxy Junior sontak sedikit membesar. Rona merah pada kedua belahan pipinya semakin jelas dan semakin jelas.
"Tentu saja tidak… Kau tidak usah khawatir… Kami membahasnya setelah kami keluar dari ruangan Kepala Sekolah, setelah rapat selesai."
Maxy Junior sedikit mendengus. Ia meneguk minuman Coca Colanya sebentar.
"Sejelek itukah citraku di mata teman-teman yang ada di sekolah ini?"
"Makanya jangan ke klub malam lagi. Apa tidak ada kegiatan lain apa selain ke klub malam dan menggauli gadis-gadis yang ada di sana!" tegur Natsumi Kyoko sembari sedikit menggelengkan kepalanya.
Maxy Junior baru saja ingin membuka mulutnya tatkala Shunsuke Suzuki dan Mary Juniar datang dengan makanan dan minuman masing-masing. Keduanya duduk di meja yang sama dengan meja Maxy Junior dan Natsumi Kyoko.
"Makan saja apa harus duduk berduaan dan berdekatan seperti itu!" kata Shunsuke sinis dan sedikit mendelik tajam ke adiknya.
Natsumi Kyoko mengangkat kedua bahunya dengan santai. "Aku tidak merasa kami berdekatan, Bang Shunsuke. Masih ada sedikit jarak nih…"
"Kenapa kau tidak duduk berduaan denganku di sini saja? Biarkan Mary Juniar yang duduk berduaan dengan abangnya di sana," tukas Shunsuke masih dengan mata tajam. Di belakangnya diam-diam Mary Juniar melemparkan sebersit senyuman sinis. Sesungguhnya ia juga tidak suka abangnya duduk berdekatan dan berduaan dengan Natsumi Kyoko.
"Makan sampai setengah pantang pindah-pindah, Bang Shunsuke. Kami sebentar lagi sudah mau habis kok…" kata Natsumi Kyoko santai. Sontak mata Mary Juniar juga mendelik tajam ke arahnya. Namun, Natsumi Kyoko tetap terlihat santai. Ia memasukkan sesuap mi pangsit ke dalam mulutnya dengan lemah lembut.