Natsumi Kyoko masih tersenyum tenang dan berbicara dengan lemah lembut, meski di balik sikapnya itu jantungnya masih berdegup kencang tak karuan.
"Kalian rugi apa coba? Kalian tinggal datang, bayar, dan menikmati. Apa yang terjadi pada perempuan-perempuan yang melayani kalian itu, kalian sama sekali tidak pernah mau tahu kan?"
"Apa yang bakalan terjadi memangnya? Toh mereka dapat uang kan? Kehidupan malam ya seperti itu. No money, no service… Ada uang, ya ada service… Itu hanya pelayanan biasa, bukan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan nyawa."
"Tetap saja di pihak perempuan ada yang namanya penderitaan mental dan psikis, setidaknya itulah yang aku pikirkan. Setiap perempuan ingin malam pertama mereka itu dengan lelaki yang benar-benar mereka cintai dan yang mencintai mereka. Jika seandainya bukan karena berbagai faktor yang memaksa, aku yakin takkan ada satu pun perempuan di dunia ini yang mau menjajakan tubuh dan terlebih lagi… keperawanan mereka."
Maxy Junior kembali menelan ludahnya. Dia adalah laki-laki. Tentu saja segala yang dilontarkan keluar dari mulut sang bidadari cantik ini selama ini tidak pernah masuk sedikit pun dalam perhitungan dan pertimbangannya. Peduli setan dengan segala jenis penderitaan mental dan psikis… Yang penting dia sudah membayar dan dia berhak menikmati apa yang dia bayar.
"Sudahlah… Aku serasa berceramah pada pendengar yang salah, dan di tempat yang keliru. Kau pasti sedang berpikir aku ini gila…" Natsumi Kyoko meledak dalam tawa santainya.
Ya Tuhan… Bahkan saat tertawa pun, ia begitu cantik nan menggemaskan. Aku tidak tahu lagi sampai berapa lama aku bisa bertahan. Peduli setan adik tiri atau bukan… Namun yang jelas, detik ini aku yakin aku begitu menginginkan dirinya. Namun, detik-detik berikutnya, Maxy Junior berusaha lagi mengembalikan kesadaran dan kewarasannya ke jalur yang seharusnya. Dia mendadak tersadarkan dari lamunan panjangnya ibarat mendapat siraman air es di siang bolong.
"Kenapa kau merasa aku ini player juga, sama seperti abangmu itu?" desis Maxy Junior sedikit menyipitkan matanya. Untuk pertama kali selama beberapa tahun pengalamannya ini, ia sama sekali tidak bangga dengan statusnya sebagai seorang fuckboy.
"Tentu dong… Memangnya kau bukan, Maxy Junior?" Masih tampak sebersit senyuman lemah lembut yang menggelantung di wajah Natsumi Kyoko yang cantik nan menggetarkan sukma.
Maxy Junior hanya diam sembari merapatkan sepasang bibirnya. Mendadak dia menatap lekat-lekat wajah gadis yang ada di depannya. Tentu saja Natsumi Kyoko menjadi sedikit salah tingkah ditatap terus seperti itu.
"Kau pasti sudah sangat berpengalaman. Aku rasa… Aku rasa aku harus jaga jarak di antara kita…" kata Natsumi Kyoko sedikit merasa gugup sekarang. Natsumi Kyoko melebarkan jarak di antara mereka.
Maxy Junior mendengus singkat. Sekelumit kekecewaan menggelimuni tudung perasaannya.
"Huuff… Sebegitu takutnya kau padaku… Jika aku ingin melakukan apa-apa padamu, sudah sejak tadi aku melakukannya ketika aku mengusir kedua pria laknat itu. Dua orang itu tadi yang baru dinamakan pria bejat, yang hanya ingin mengambil keuntungan dari perempuan! Aku ini nggak! Inilah kerugian kami para lelaki…"
"Memangnya kau ada rugi apa, Maxy Junior?" tanya Natsumi Kyoko lemah lembut lagi.
"Begitu ketemu dengan cewek cantik yang benar-benar memesona, kami langsung dicurigai dan dicap mesum padahal kami sama sekali tidak berniat jahat." Maxy Junior kembali menatap lekat-lekat ke mata sang bidadari pujaannya.
Kini sungguh Natsumi Kyoko tidak bisa mengendalikan perasaan senangnya lagi. Sekelumit rona merah muda mulai menghiasi wajahnya. Terlihat Natsumi Kyoko meledak dalam tawa renyahnya.
"Itu bukan kerugian namanya… Itu adalah karma…"
Mendengar itu, Maxy Junior hanya bisa merapatkan bibirnya. Sama sekali tidak ada senyumannya yang menawan pada wajahnya yang tampan. Tampak wajahnya yang sedikit bersungut. Kendati demikian, menatap wajah itu terlalu lama bisa membuat Natsumi Kyoko merasa panas dingin tak karuan.
"Natsumi! Natsumi!" Terdengar teriakan Shunsuke yang berlari-lari kecil di pelataran parkir tersebut mencari adik pertamanya.
"Kak Natsumi! Kak Natsumi!" Terdengar teriakan adik perempuan Natsumi juga.
Natsumi Kyoko berdiri dan karena masih ada sedikit keseleo pada pergelangan kakinya akibat sempat dikasari oleh kedua pria pemerkosa barusan, Natsumi Kyoko tidak mampu berdiri dengan seimbang. Sudah bisa ditebak, dia sedikit kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. Dengan sigap Maxy Junior menggenggam erat kedua lengan atasnya dari belakang.
Natsumi Kyoko berdiri dengan kaku karena dia tahu lelaki itu berdiri teramat dekat dengannya. Terasa napas lelaki tampan yang begitu lembut pada kepala bagian belakangnya. Untuk beberapa detik ke depan, sungguh Natsumi Kyoko tidak tahu dia mesti berbuat apa dan mesti bergerak ke arah yang mana.
"Natsumi!" Shunsuke sedikit menghardik ketika ia tiba di depan adiknya dan melihat adiknya tengah berada dalam setengah pelukan lelaki yang tidak ia kenal.
Natsumi Kyoko sedikit menggeliat dan menjauhi Maxy Junior sekarang. Serta-merta ia berpaling dan ia melihat abang dan adiknya sudah memandanginya dengan sorot mata penuh tanda tanya. Maxy Junior juga berpaling dan mendapati seraut wajah tampan lainnya yang kini mendelik tajam ke arahnya. Ciciyo sendiri terlihat mengerutkan dahinya dengan seribu tanda tanya yang meragas benak pikirannya.
"Siapa kau! Kenapa kau memegangi adikku seperti itu!" hardik Shunsuke masih dengan delikan mata yang sama. Maxy Junior mendengus ringan dan dengan raut wajah yang sinis, dia membuang muka ke arah lain.
"Aku hampir terjatuh dan Maxy hanya menolongku supaya tidak terjatuh, Bang Shunsuke…" Natsumi Kyoko menjelaskan dengan sedikit gugup.
"Aku takkan pernah membiarkan kau dekat-dekat dengan seorang laki-laki player seperti dia, Natsumi!" Shunsuke menarik tangan adiknya sehingga adiknya itu kini berdiri di sampingnya.
Tampak kini Maxy Junior tersenyum sinis. "Kita ini sama-sama player. Apa tadi kau sedang mengatakan tentang dirimu sendiri?"
"Apa katamu!" Shunsuke hendak bergerak maju, tetapi Maxy Junior masih terus menatapnya tanpa keder sedikit pun.
"Aku mohon hentikan, Bang Shunsuke… Maxy Junior tadi benar-benar telah menolongku ketika ada dua pria kurang ajar yang ingin menggangguku."
Shunsuke kembali terpaku di tempat. Dia kembali melunak setelah apa yang dikatakan oleh adik perempuannya. Maxy Junior masih terus menatapnya dengan sorot mata tanpa keder sedikit pun. Ia mulai tidak suka dengan laki-laki seumuran dengannya ini, yang ternyata adalah abang dari Natsumi Kyoko.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Shunsuke kini beralih ke adik perempuannya dengan nada cemas.
Natsumi Kyoko menggeleng dengan sebersit senyuman menenangkan.
"Oke… Kita pulang sekarang. Aku akan melihat luka-lukamu setibanya kita di rumah nanti."
Shunsuke Suzuki menarik tangan adiknya. Ciciyo Suzuki mengekori abang dan kakaknya dan berjalan ke arah mobil mereka. Natsumi Kyoko Suzuki hanya bisa melemparkan sebersit senyuman menenangkan nan lemah lembut kepada Maxy Junior. Ia sedikit melambaikan tangannya kepada lelaki tampan bak dewa yang turun dari negeri kahyangan yang baru saja dikenalnya itu.
Sontak saja raut wajah Maxy Junior melembut nan melunak kembali. Dia kembali melemparkan sebersit senyumannya yang paling menawan ke gadis cantik jelita yang baru saja dikenalnya itu.
Ketika mobil yang dikendarai Shunsuke Suzuki bergerak keluar dari pelataran parkir pub, barulah Maxy Junior menepuk-nepuk jidatnya karena ia lupa bertukaran nomor dengan Natsumi Kyoko.