Chereads / 3MJ / Chapter 8 - Kadang tak Bisa Kumengerti

Chapter 8 - Kadang tak Bisa Kumengerti

Karena merasa bosan, Natsumi Kyoko memutuskan untuk mencari angin segar di luar. Rupa-rupanya semenjak ia ke toilet beberapa saat sebelumnya, sudah ada dua pria yang telah terus memperhatikannya dan menjadikannya sebagai target mereka. Di saat Natsumi Kyoko berada di toilet, mereka menaruh obat perangsang dengan dosis tinggi ke dalam jus jeruknya. Rencana mereka gagal karena ternyata Natsumi Kyoko jauh lebih awas dan waspada daripada yang mereka sangka. Ketika melihat target mereka keluar dari pub melalui pintu belakang, keduanya saling bertukar pandang sejenak. Mereka memutuskan akan menjerat mangsa mereka di luar dan mengeksekusinya di tanah kosong yang ada di belakang pub.

Natsumi mendapatkan perasaan tidak enak ketika ia berdiri di pelataran parkir belakang pub tersebut. Benar saja… Mendadak ada tangan yang mencekal lengannya dan membalikkan badannya. Natsumi memekik tertahan. Tubuhnya diseret ke tanah kosong yang ada di balik tembok pembatas lahan pub tersebut.

"Mau apa kalian!" teriak Natsumi. Dia melarikan matanya ke sekeliling dengan jantungnya yang sudah berdegup dengan kencang.

"Kalaupun kau berteriak sekuat tenaga, takkan ada yang mendengarmu dari sini! Malam ini, kau akan bersenang-senang dengan kami, Putri Cantik…"

"Hebat sekali kau ya… Kau bisa menyadari gelasmu bergeser sedikit dan kau tidak jadi meminum jus jeruk itu lagi. Benar-benar gadis yang peka dan waspada."

"Kalian benaran telah menaruh sesuatu ke dalam jus jerukku tadi." Natsumi Kyoko terhenyak bukan main. Terlihat sepasang matanya yang membesar dengan mulutnya yang terbabang lebar.

"Tapi kali ini kau tidak bisa lari lagi… Kau akan kami bawa ke surga, Sayang…"

Kedua lelaki tersebut mulai hendak menggerayangi tubuh Natsumi Kyoko. Natsumi Kyoko memekik nyaring lagi dan hendak melarikan diri ketika kakinya ditarik oleh salah satu dari kedua pria pemerkosa itu dan tubuhnya kembali dihempaskan ke tanah.

Maxy Junior yang sejak tadi sudah memperhatikan aksi kedua lelaki laknat itu, kini berjalan menghampiri keduanya dari belakang. Tangan mengambil batu kerikil berukuran sedang. Kerikil dilemparkan ke kepala salah satu dari kedua pria pemerkosa itu.

"Memaksakan kehendak pada seorang gadis cantik itu takkan berhasil, Bro…" Senyuman menawan Maxy Junior terlihat kembali menghiasi wajahnya yang tampan maksimal. Untuk beberapa saat, ketakutan dan kengerian Natsumi Kyoko mengendap ke bawah ketika ia melihat sesosok dewa sempurna dengan wajah tampan maksimal dan perawakan tubuhnya yang begitu nirmala nan tanpa cela.

"Apa urusannya denganmu, Anak Kecil!"

"Jangan ikut campur ke dalam urusan kami ya, Anak Kecil!"

"Silakan maju dan kita lihat siapa yang anak kecil di sini!" Masih terlihat senyuman menawan dari Maxy Junior, tetapi senyuman itu kini sarat akan kesinisan yang intens.

Tak ayal lagi… Terjadilah baku hantam antara kedua pria pemerkosa dengan Maxy Junior. Namun, Maxy Junior dengan mudahnya menjatuhkan pukulan dan tendangan telak kepada kedua pria pemerkosa tersebut. Dalam hitungan menit saja, tendangan telak yang diberikan Maxy Junior ke bagian selangkangan kedua pria pemerkosa itu telah menjatuhkan mereka.

"Masih tidak ingin pergi dari sini!" Tampak napas Maxy Junior yang sedikit tersengal. Maklum, ia baru saja mengeksekusi korbannya sebanyak enam kali. Untung saja dua lawan yang ia hadapi sekarang adalah lawan yang cukup lemah sehingga ia tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga dalam menaklukkan mereka.

Kedua pria pemerkosa tersebut lari tunggang-langgang. Maxy Junior mengulurkan tangannya kepada Natsumi Kyoko, lagi-lagi dengan sebersit senyumannya yang menawan menggelantung di sudut bibirnya yang tipis nan seksi. Natsumi Kyoko menggandeng tangan tersebut dan berdiri dengan kaku. Kini wajahnya dengan wajah lelaki tersebut sangatlah dekat. Untuk beberapa detik ke depan, terasa jantung Natsumi Kyoko berdetak lebih tak karuan daripada biasanya. Akan tetapi, ia masih cukup mampu menguasai diri sehingga wajahnya tidak merona.

"Kenapa bisa nyasar sampai ke sini?" tanya Maxy Junior memulai pembicaraan ketika mereka berjalan beriringan kembali ke pelataran parkir pub tersebut. Ya Tuhan… Gadis ini benar-benar membuatku tidak menguasai diri, terdengar jeritan batin Maxy Junior. Ia mengerahkan sekuat tenaganya untuk mengontrol naluri lelakinya sehingga barang juniornya tidak lagi memberontak di bawah sana.

"Ikut abang dan adikku ke sini… Ada pesta ulang tahun teman satu sekolah yang diadakan di sini…" kata Natsumi Kyoko tersenyum tipis.

"Wow… Pesta ulang tahun saja sampai harus diadakan di pub ya… Siapa sih nama temanmu yang berulang tahun itu?" tanya Maxy Junior lagi sedikit menaikkan alis matanya.

"Yamin… Yamin Dinata Harianto…"

"Oh…" Maxy Junior membentuk huruf O kecil dengan sepasang bibirnya yang mungil nan imut.

"Kau kenal dengannya?"

"Kenal secara personal sih tidak… Hanya sering dengar nama ayahnya saja – Virgo Dinata Harianto… Seorang pemilik perusahaan kecantikan yang selama ini juga sering membeli materi dasar dari ibuku…"

"Kau adalah anak dari seorang pemilik perusahaan yang bergerak di bidang kecantikan juga?" tanya Natsumi Kyoko masih dengan sebersit senyuman tipisnya. Maxy Junior hanya mengangguk mantap.

"Alangkah baiknya kalau kita berkenalan saja… Aku Maxy… Maxy Junior Tanuwira…" kata Maxy Junior mengulurkan tangan kanannya dengan perasaan deg-degan. Astaga… Masa berkenalan dengannya saja, aku bisa deg-degan seperti ini, batin Maxy Junior mendesah lagi.

"Aku Natsumi… Natsumi Kyoko Suzuki…" Natsumi Kyoko menjabat uluran tangan tersebut.

Mendengar nama belakang gadis cantik bak bidadari tersebut, tentu saja Maxy Junior terhenyak bukan main. Bagai disambar geledek di siang hari, dia hanya berdiri terpaku di sana dan menatap bidadarinya dengan mulut yang sedikit terbabang dan tidak bisa meluncurkan kata apa pun.

"Ayahmu adalah Kendo Suzuki…?"

Natsumi Kyoko mengangguk polos, masih dengan sebersit senyuman tipis yang menghiasi wajahnya yang cantik jelita. "Kau kenal ayahku?"

Mati pun Maxy Junior takkan berani percaya, ia telah bertemu dengan salah satu anak dari selingkuhan ibunya. Bisa jadi, ia sekarang tengah berhadapan dengan seorang bidadari yang seolah-olah diturunkan dari negeri kahyangan di atas sana, yang tidak lain tidak bukan adalah adik tirinya. Mendadak segala macam perasaan saling berbaur dan bertaut dalam beranda pikirannya.

"Tentu saja… Ayahmu seorang pengusaha keramik dan batu alam yang begitu terkenal di mana-mana. Siapa yang tidak mengenalnya? Merupakan kesempatan terhormat bagiku untuk berkenalan dengan salah seorang putrinya yang cantik jelita." Maxy Junior tampak menelan ludahnya ke dalam kerongkongannya. Walau terperanjat kaget bukan main, dia sepenuhnya masih bisa menguasai diri dengan menampilkan sebersit senyuman menawan yang menjadi ciri khasnya.

"Thanks very much karena sudah menolongku tadi. Seandainya tidak ada dirimu, aku sudah hancur sekarang." Tampak Natsumi Kyoko sedikit menundukkan kepalanya dengan kedua bahunya yang masih sedikit berguncang.

Kini mereka tampak duduk berduaan di lantai pub yang memang sengaja dibuat lebih tinggi daripada tanah pelataran parkir.

"Kau tidak pernah ke klub malam sebelumnya?"

"Jarang… Aku ke sini karena aku khawatir dengan adikku."

"Bukankah kau tadi bilang abangmu ada di dalam juga? Tidak bisakah dia menjaga adikmu?" Tampak sedikit kerutan di dahi lelaki tampan yang ada di hadapan Natsumi Kyoko. Natsumi Kyoko mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Aku tetap saja khawatir. Sama sepertimu, abangku juga player. Aku ragu dia bisa menjaga adikku. Bagaimanapun juga, ujung-ujungnya tetaplah perempuan yang rugi bukan? Kalian para lelaki mana rugi sama sekali…" kata Natsumi Kyoko mengulum senyumannya.

Makin terasa kegemasan yang menggeligit rangkup batin Maxy Junior.

"Kami ada rugi juga dong!" protes si lelaki tampan maksimal. Hilang sudah rasa kaget, sedikit kekesalan dan kemarahannya tadi. Entah cinta, entah nafsu, Maxy Junior sudah tidak bisa membedakannya dengan benar lagi. Semuanya menjadi tak ada logika, di luar akal sehat, nan susah dikaji secara ilmiah – seperti yang pernah didendangkan oleh salah satu diva terkenal dari Indonesia, Agnes Monica.