Ryan memanfaatkan rasa sakitnya supaya Calesthane semakin perhatian dengan Ryan. Ia terus saja berpura-pura akting kesakitan didepan Calesthane.
"Auww...This hurts too much. You can hurt me in a weak state. (Ini sangat menyakitkan. Anda bisa menyakiti saya dalam kondisi lemah)," ucap Ryan berpura-pura akting didepan Calesthane.
Sebenarnya ia tertawa melihat tingkah laku Calesthane yang sangat khawatir padanya, namun ia tetap mempertahankan aktingnya.
"I am sorry. I didn't know that you were hurt. (Saya minta maaf. Saya tidak tahu bahwa Anda terluka)," jawab Calesthane semakin panik.
"I will report your actions to the authorities. (Saya akan melaporkan tindakan Anda kepada pihak berwenang)," ancam Ryan.
"Not! do not report this to the authorities. (Tidak! jangan laporkan ini ke pihak berwenang)," ujar Calesthane.
"Saya akan tetap melaporkannya," Ryan semakin menakut-nakuti Calesthane. Ia mengambil hpnya bermaksud menghubungi polisi.
Refleks, Calesthane langsung mengambil hp Ryan dan menyembunyikannya didalam tas yang ia bawa. Calesthane terus memohon kepada Ryan untuk tidak melaporkan mengenai hal ini.
"Kumohon Ryan, jangan laporkan ini kepada polisi. Aku tidak ingin perusahaan yang aku kelola hancur akibat masalah ini! lagipula aku tidak sengaja, aku akan melakukan apapun supaya kamu tidak melaporkan ku," ucap Calesthane tanpa ragu-ragu.
Ryan terdiam mendengar ucapan Calesthane. Ia merasa bahagia saat Calesthane mengucapakan bahwa Calesthane akan melakukan apapun sesuai keinginannya.
"Serius? mau mengabulkan permintaan saya?" tanya Ryan menatap Calesthane.
"I...iya! saya bersedia mengabulkan permintaan anda," jawab Calesthane mulai ragu.
"Oke. Permintaan saya hanya satu, yaitu kamu jadi pendamping hidup saya!" ucap Ryan secara sepontan.
Calesthane terkejut mendengar permintaan Ryan kepadanya. Sepontan, Calesthane mendekati Ryan yang berjalan menjauh darinya lalu ia menendang kaki Ryan hingga Ryan terjatuh.
Tidak cuma itu, Calesthane juga memegangi kedua tangan Ryan lalu mengikatnya dengan kencang dari belakang.
Setelah selesai, Calesthane berjongkok didepan Ryan lalu meremas wajah Ryan dengan tangan kanannya.
"Hei pria! jangan coba-coba nya kamu ingin memanfaatkan ku karena saya melakukan suatu kesalahan yang tidak disengaja! saya bisa saja menuntut kamu balik, jadi jangan pernah anda membodohi saya! mengerti!" Calesthane menampar wajah Ryan.
Setelah itu ia pergi menemui teman-temannya yang menunggu di lobby kantor. Ryan benar-benar tidak menyangka bahwa Calesthane segalak itu. Ia pikir Calesthane baik hati dan tidak galak seperti singa.
"Astaga, kupikir dia kucing kecil yang imut. Ternyata singa yang galak, menyesal aku menggodanya," ucap Ryan.
Di lobby kantor...
Terlihat Zahra dan Amora berdiri saja dari tadi disana. Tak lama, Calesthane menghampirinya lalu mengajak mereka untuk masuk ke ruang meeting. Namun, Zahra tidak ingin masuk dan memulai meeting sebelum Ryan datang. Karena Ryan juga berperan penting bagi bisnis Calesthane.
"Let's start the meeting (Mari kita mulai rapat)," ajak Calesthane.
"Not! I won't start the meeting until Ryan comes back. Where's Ryan? wasn't he with you earlier? (Tidak! Saya tidak akan memulai pertemuan sampai Ryan kembali. Dimana Ryan? bukankah dia bersamamu sebelumnya?)," jawab Zahra.
"Oh yeah, that's right. Where is Ryan? (Oh ya, benar. Dimana Ryan?)," tanya Amora.
"I ... I don't know. Earlier he was with me but suddenly he disappeared. (Aku ... aku tidak tahu. Tadi dia bersamaku tapi tiba-tiba dia menghilang)," jawab Calesthane meragukan.
"Right you don't know? (benar kamu tidak tahu?)," tanya Zahra mulai ragu.
"never mind, don't make a fuss. We'd better go into the meeting room and wait for Ryan to come back. (sudahlah, jangan membuat keributan. Sebaiknya kita pergi ke ruang rapat dan menunggu Ryan kembali)," usul Amora.
"I agree. let's go inside. (Saya setuju. Ayo masuk ke dalam)," jawab Calesthane.
Amora menarik tangan Zahra dan Calesthane. Mereka bertiga masuk kedalam ruang pertemuan sambil menunggu Ryan yang sedang kesusahan karena ulah Calesthane yang sedikit bar-bar.
Ditempat Ryan...
Ryan berusaha melepas tali yang mengikat tangannya dengan kencang. Namun selalu aja tidak berhasil apalagi tangannya diikat dibelakang, jadi sedikit susah.
"Sialan! kenapa aku bisa jatuh cinta dengan cewek bar-bar itu. Kalau tahu dia begini, aku malas menyamar sebagai Putra," ucap Ryan.
Tak sengaja Ryan merogoh kantong celananya. Dan ternyata dikantong celananya terdapat gunting kecil yang tadi sempat ia gunakan untuk menggunting tali yang berada didepan rumah Santoso. Ryan langsung buru-buru mengambil gunting itu lalu menggunting tali yang mengikat kedua tangannya.
Ryan pun kembali leluasa menggerakkan tangannya. Kini misi selanjutnya adalah menghadiri rapat yang terdapat Calesthane, Zahra, Amora, dan beberapa karyawan kantor lainnya. Ia langsung berlari menuju ruang pertemuan yang didalamnya terdapat Calesthane.
Diruang pertemuan...
Seharusnya rapat sudah dimulai dari tadi, tetapi Ryan tidak kunjung kembali. Zahra berjalan kesana-kemari memikirkan kemana Ryan pergi? jelas-jelas Ryan bersama Calesthane tadi. Ia mencurigai bahwa Calesthane berbuat sesuatu kepada Ryan hingga tidak kunjung kembali seperti ini.
"Calesthane, jawab yang jujur!" Zahra menarik baju Calesthane dengan kencang.
Amora sempat terkejut melihat Zahra yang sedang dalam amarah tinggi. Tidak biasanya juga Zahra bersikap tidak sopan kepada Calesthane.
"Iya. Aku akan jawab yang jujur," Calesthane menyingkirkan tangan Zahra yang menarik bajunya.
"Dimana Ryan?!" tanya Zahra berteriak.
"Kan aku sudah bilang, bahwa dia menghilang secara tiba-tiba," jawab Calesthane dengan tangannya yang bergetar.
"Bohong! memangnya dia hantu? masa secara tiba-tiba hilang begitu saja, kamu pasti menyembunyikan sesuatu dari kami kan?" ucap Zahra dengan emosinya yang semakin meluap.
"Serius, aku tidak tahu Ryan dimana," jawab Calesthane.
"Bohong!" Zahra menampar wajah Calesthane.
Namun disaat yang tepat, Ryan datang dan melihat Zahra yang ingin menampar. Iapun langsung berlari masuk kedalam dan mencegat perilaku Zahra yang ingin melukai Calesthane.
"Jangan lakukan itu padanya!" ucap dingin Ryan sambil memegangi tangan Zahra yang ingin menampar.
"Ryan?" panggil Calesthane heran.
"Iya, aku ada disini," jawab Ryan.
"Bu.. bukannya kamu tadi bersama Calesthane? namun kenapa anda hilang secara tiba-tiba?" tanya Zahra.
"Ya, karena aku menerima telepon dari seseorang. Jadi tadi aku meninggalkan Calesthane begitu saja," jawab Ryan.
"Astaga, pria ini mau berbohong karena ingin menyelamatkan ku. Aku jadi merasa malu berada didekatnya, apalagi tadi aku sempat menghajarnya habis-habisan," ucap Calesthane dalam hati.
"Mr. Ryan has come, let's start the meeting. The meeting should have been held earlier but it's okay to be a little late. Let's get started. (Pak Ryan sudah datang, ayo kita mulai rapat. Pertemuan itu seharusnya diadakan lebih awal tetapi tidak apa-apa untuk sedikit terlambat. Mari kita mulai)," ucap Amora, melerai pertikaian antara Zahra dan Ryan.