Chereads / twenty four hours / Chapter 2 - Bab 2/ Celana lama

Chapter 2 - Bab 2/ Celana lama

Hari ini, Sarah memilih untuk datang lebih awal. Bukan tanpa alasan, melainkan ia harus kembali menghafal banyak pelajaran yang sudah pernah diterangkan sebelumnya. Ia harus menghafal, ia tidak mau menjadi satu-satunya murid yang tertinggal hanya karena masalah amnesia nya.

Semilir angin berhembus pelan pagi ini. Sarah memilih duduk di taman belakang sekolah yang terdapat pohon besar dan difasilitasi kursi putih di bawahnya. Ini adalah tempat biasa nya Sarah menghabiskan waktu sendiri untuk menghafal banyak hal. Hanya dapat mengingat selama 24 jam sudah terbiasa bagi Sarah untuk dilalui nya.

Tiba-tiba Sarah menutup bukunya cepat. Gadis itu menghela nafasnya panjang. "Kapan gue akan kembali bisa mengingat normal?" mungkin dari semua yang dijalani oleh Sarah, ada masanya ia merasa jengah dengan keadaan. Ia ingin juga menjadi seperti murid lainnya. Yang tanpa belajar pun mungkin bisa mengingat penjelasan guru walaupun sedikit.

Sarah beralih menatap jam tangan nya.

"Masih 25 menit lagi untuk masuk kelas," Sarah berniat untuk beralih pada buku lainnya. Tapi, ia tiba-tiba teringat sesuatu. Cewek itu cepat-cepat mengambil note persegi kuning kecil di dalam tas nya.

"Mampus hari ini gue piket!"

***

Setiap langkah Zafran, semua mata tertuju pada nya. Apalagi ketika melewati koridor adik kelas, ingin rasanya Zafran lenyap dan terbang dari bumi. Yah! se putus asa itulah Zafran. Bagaimana tidak? ia sudah menduga jika ini akan terjadi padanya.

"Wah.. celana nya keren kak!" Ucap seorang siswi kelas 10.

Zafran hanya bisa mendesis pelan dan menutupi wajahnya menggunakan tangan nya. Celana yang kini ia pakai adalah celana lamanya dulu. Yang.. ehem! sedikit kecil.

celana itu menggantung di atas mata kakinya. Zafran terlihat lebih culun, tidak dapat memancarkan dirinya yang biasa. Mau bagaimana lagi? celana setelah insiden sup wortel kemarin tidak dapat kering setelah dicuci sepulang sekolah. Padahal Zafran sudah ber do'a semalaman penuh agar celana itu cepat kering. Namun, keberuntungan sedang tidak berpihak padanya.

Di mana pun orang yang sedang mengambil keberuntungan nya kali ini . Zafran bersumpah akan memiting kepala orang itu. Lihat saja!

"Gue gak bakal seperti ini kalau bukan karena cewek itu! dimana pun lo berada lo harus tanggung jawab wahai wanita berambut seperti ekor kuda!"

tidak henti-henti nya Zafran mengomel dan mengucapkan sumpah serapah. Namun, mata nya langsung membesar ketika melihat gadis yang dicarinya sedang berlari dengan buru-buru.

"Eits tunggu dulu!" Zafran membentangkan tangan nya. Dan terpaksa Sarah harus berhenti.

"Maaf saya sedang buru-buru," sopan Sarah.

"Wah.. ternyata lo punya kebiasaan buru-buru ya? sampai-sampai bisa menyundul bola basket orang."

Sarah sedikit kebingungan, ia tidak bisa membalas karena tidak mengerti. Namun, mata sarah malah tertuju pada celana seragam cowok di depan nya ini.

"Sepertinya celana Anda terlalu kecil. Nggak akan cocok lagi, nggak malu dilihatin apa?" Tanya Sarah yang memang tidak mengingat apa-apa.

Zafran mengerjap dan menutupi celana nya dengan tangan karena dipandang terus oleh Sarah. Zafran berdehem keras. "Ehem! jangan terlalu dilihat!"

Sarah hanya mengangguk mengerti. Lalu, cewek itu berjalan duluan mengingat soal jadwal piket nya. Namun, langkahnya terhenti ketika Zafran mencegatnya kembali.

"Mau kemana? urusan kita belum selesai." tanya Zafran berusaha sabar.

"Mau ke kelas, nggak mungkin ke Istana Presiden." jawab Sarah logis.

Zafran manggut-manggut " Bener juga sih"

"Ya udah" Sarah berjalan kembali, namun kembali dicegat oleh Zafran.

"Apalagi? kalau ada urusan penting katain aja ke saya. Soalnya saya mau piket, nggak ada waktu." Sabar Sarah meladeni Zafran.

Tawa Zafran seketika meledak "Wah... orang jaman sekarang terlalu mudah melupakan kesalahan nya ya? Lo tahu kenapa gue pakai celana seperti ini? Lo tahu perasaan gue ketika di tatap karena celana ini?"

"Mana saya tahu, itu kan Anda."

Zafran menggertak gigi nya untuk menahan amarah. Baru kali ini ia bertemu dengan gadis yang bersikap seperti tidak terjadi apa-apa padahal sudah melakukan kesalahan besar.

"Lo kemarin yang buat kuah sup jatuh ke celana gue. Dan sekarang, belagak nggak terjadi apa-apa. Seharusnya minta maaf dengan benar lagi! dan bukan nya pura-pura nggak tahu!"

Sarah terdiam sebentar. Dia sama sekali tidak mengingat kejadian kemarin, benarkah ia melakukan nya? Sarah benar-benar tidak tahu.

"Begini," ucap Sarah meluruskan " Saya benar-benar nggak ingat. Dan, jika benar saya melakukan kesalahan tersebut, saya benar-benar minta maaf. Dan... saya harus piket, dah!" Sarah berlari dengan cepat. Kali ini Zafran tidak dapat mencegat nya.

Zafran hanya menatap kepergian Sarah dan mendengus kasar. " Wah.. gimana bisa lupa tentang kejadian kemarin?"

Zafran tentu tidak dapat menerima maaf yang seperti itu. Bahkan cewek itu tidak mengakui kesalahan nya. Zafran hanya bisa menghela nafasnya panjang dan menggeleng tiga kali.

"Untung gue berwajah tampan, mapan dan sopan."

***

Zafran berjalan menuju tempat duduk nya. Ia melihat dua teman baru nya sibuk mengerjakan tugas. Bahkan ia saja tidak tahu itu tugas apa. Sepertinya tugas yang diberikan sebelum ia masuk sekolah ini. Terlihat raut wajah Raka dan Bintang yang sangat panik mengerjakan tugas mereka.

"Untung gue baru masuk sekolah, jadi nya nggak harus ngerjain tugas juga. Senangnya!" Ucap Zafran percaya diri dan hendak duduk di tempat duduknya.

Mata Raka dan Bintang tiba-tiba menatap tajam ke pada Zafran. Sedikit tidak terima dengan ucapan Zafran.

"HAHAHA.... CELANANYA KEK PERASAAN AJA DIGANTUNG. ITU JEMURAN ATAU CELANA SEKOLAH MAS ZAFRAN?" Tawa Raka dan Bintang seketika meledak. Bahkan mereka telah melupakan kepanikan mereka sesaat. Semua karena Zafran!

Zafran menelan ludah nya dengan susah payah. Kini ia yang diledeki. Sungguh hari ini hari kesialan nya. "Gue nya yang ketinggian. Kurcaci seperti kalian nggak tahu apa-apa,"

"Wah... humorku tak peduli dosa gaes!" Ledek Raka lagi.

Zafran hanya dapat memendam amarahnya. Nyatanya, dia menyadari diri nya saat ini sangat lucu.

"Lo punya penggaris gak Bin?" Tanya Zafran pada Bintang.

"Buat apa?" heran Bintang

"Buat dipatahin!"

"Gak boleh! penggaris gue masih kredit satu bulan lagi. Pake punya Raka Aja." elak Bintang

"Pinjam penggaris lo, Raka!" Kini Raka yang jadi sasaran.

"Gak boleh! penggaris gue masih gue sewa, tunggu kalau harga sewa nya turun ya!"

Zafran mengambil bolpoin milik Raka dan menekan nya di atas meja, meluapkan ke kesalan nya di sana. " Ini semua karena cewek itu, gue harus cari dia."

"Ngapain lo jauh-jauh nyari, orang nya lagi duduk di sana," Ucap Raka sembari menunjuk arah belakang paling sudut kanan.

Sontak Zafran menoleh untuk mencari keberadaan Sarah. Dan tepat saja gadis itu sedang bercengkerama dengan buku-buku nya.

"Kenapa lo nggak bilang kalau dia se kelas dengan kita, dasar titisan Ultraman!" Tajam Zafran pada Raka sang titisan ultraman.

"Gue nggak mau bilang karena kasihan sama dia," bela Raka.

"Daripada teman lo yang tampan, mapan dan sopan ini?"

Raka mengangguk dan menepuk bahu Zafran "Keadaan dia lebih tragis daripada bola lo yang jadi anggota dari sup wortel, termasuk celana lo."

Zafran mengelus dada nya. Nanti saja berbicara dengan dengan gadis berkuncir itu. Untuk saat ini ia ingin meratapi kesialan nya hari ini. Zafran menghela nafas panjang. "Sungguh sial gue hari ini,"

"Eh ngomong-ngomong gue dapat paket boneka ultraman terbaru pagi ini," info Raka merasa senang akan keberuntungan nya hari ini.

"Juga, gue ketemu uang seratus ribu di pagar tadi. Ntar gue traktir ya. Sungguh hari ini hari beruntung gue, senangnya"

Zafran menatap tajam pada Raka. Dia lah yang telah mengambil keberuntungan milik Zafran hari ini.

"Raka! kepala lo boleh gue piting gak?"

***