Chereads / twenty four hours / Chapter 3 - Bab 3/ Coklat mint

Chapter 3 - Bab 3/ Coklat mint

Sarah memasukkan buku-buku nya kedalam tas dan mengeluarkan kotak bekalnya. Hari ini, ia hanya ingin menghabiskan waktu di dalam kelas. Ia selalu bingung setiap kali mengambil makanan di kantin. Yang ia bingung kan adalah ia selalu lupa nama Bu De yang menjaga makanan. Yah, bukan hal yang aneh lagi.

alasan lainnya adalah karena akhir-akhir ini sup wortel terlalu sering dihidangkan untuk murid. Sarah sangat membenci wortel, sangat tidak suka!

sebelum itu, Sarah mengambil note kecilnya dan membaca tulisan yang baru saja dituliskan oleh Shela di sana. 'Nama teman lo yang di sebelah, yang paling cantik, dan manis itu namanya Shela. Ingat!'

Sarah tersenyum kecil "Oke, nanti saya tempel"

Kini Sarah berniat untuk menyantap bekal kesukaan nya. Apa kalian pikir itu adalah makanan yang biasa dimakan sebagai bekal? jika iya, kalian salah. Itu adalah makanan favorit Sarah. Mau bagaimana pun amnesia Sarah, ia akan tetap suka pada yang satu ini. Yah! bekalnya kali ini adalah coklat.

setiap memikirkan coklat Sarah selalu bersemangat. Coklat mint, Sarah sangat suka. Coklat blueberry, coklat kacang mete, coklat vanila. ahhh... apa pun itu yang bersangkutan dengan coklat, Sarah sangat suka.

"Yah! mungkin sekarang lo butuh bicara sama gue."

Acara makan sarah terhenti ketika seseorang duduk di depan tempat duduk nya. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah cowok baru yang konon katanya tampan, mapan dan sopan.

"Lo nggak ada yang mau dikatain ke gue?" ucap Zafran sedikit melembut.

Sarah ingat perkataan cowok di depan nya soal insiden sup wortel ketika pagi tadi bertemu. Hanya saja, Sarah tidak mengingat soal kejadian tersebut. Apa yang harus dikatakan oleh Sarah?

Sarah seperti berfikir dan dengan ragu menyodorkan coklat miliknya pada Zafran. "Ma.. mau coklat?"

"Makasih atas tawaran nya, bener sih gue laper." Sontak Zafran kembali menyadarkan diri nya.

"Gue kesini bukan karena itu."

"oohh.. kirain saya harus nawarin Anda coklat." Cengir Sarah.

Zafran memijat pelipis nya. Sedikit susah untuk menghadapi gadis di depan nya ini. Ralat! bukan sedikit susah, tapi sangat susah.

"Gue ke sini cuma minta pertanggung jawaban Lo atas apa yang udah gue alami kemarin dan hari ini." perjelas Zafran.

"Saya nggak ingat saya udah buat salah. Tapi, kalau saya memang salah, tolong dimaafin ya." bela Sarah jujur.

Brakk...!!!

Zafran berdiri dari duduk nya, Membuat Sarah kaget bukan main. Lalu, Zafran tertawa masam.

"Wahaha... gue hidup di zaman apa sih? kok ada orang yang salah malah nggak ngaku?" Zafran mencoba sabar "Tinggal ngaku aja apa salah nya sih?"

"I... itu.. saya..."

"Sarah!" Ucapan Sarah terpotong ketika melihat Bintang dan Raka yang datang dari arah belakang Zafran.

"Jangan heran!" ucap Raka "Dia sedikit sensitif karena boneka ultraman nya udah hilang dari rumah dia," bohong Raka ngaco.

"Sejak kapan gue main ultraman?" tanya Zafran heran.

"Sejak main sama gue."

"Sinting!"

Bintang pun merangkul Zafran dan tersenyum pada Sarah. Senyum yang sangat dipaksakan.

"hehe.. kita pergi dulu ya , Sar. selamat makan coklat nya!" Bintang pun membawa Zafran dengan paksa. Zafran hanya kebingungan dan mencoba memberontak.

"Gue belum selesai woi!"

"akui dulu kesalahan Lo!"

"kalian kenapa sih?" tanya Zafran. dan akhirnya Zafran hilang dari kelas bersama Bintang.

Tinggal Raka yang kini bersama Sarah di dalam kelas. Tatapan mata Raka sangat serius. Sarah kebingungan.

"i.. itu..., Sarah!" ucap Raka ragu.

"Ya?" tanya Sarah kebingungan.

Raka menunjuk kotak bekal milik Sarah.

"Boleh minta coklat nya gak?"

***

Mata nya lebih tajam dari silet, bahkan lebih tajam dari omongan emak-emak kalo lagi beli sayur di gerobak sayur. Begitulah keadaan dua cowok yang saling bertatapan ini.

"Jadi, bisakah anda menjelaskan pada Kakanda Zafran yang tampan, mapan, dan sopan ini?" tanya Zafran serius tapi tetap saja dapat mencairkan suasana. Zafran masih saja tetap tidak bisa mengerti alasan Raka dan Bintang membawa nya menjauh dari wanita berambut kuncir itu.

"Jangan marah-marah sama dia! Kasihan." jawab Bintang.

Kini, tiga cowok itu sedang berada di depan toilet pria. Jangan tanya alasan Bintang membawa Zafran ke sana, tidak ada tempat lain yang terpikir kan oleh Bintang kecuali toilet.

"Alasan nya?" tanya Zafran penasaran. Nyata nya, memang Zafran sangat penasaran kenapa teman nya ini selalu saja mengatakan 'kasihan' pada Sarah.

"Dia gak bakal ingat." tambah Raka yang baru saja datang. ia sibuk memakan coklat rasa blueberry milik Sarah.

"Lo dapat dari mana tu coklat?" Tanya Bintang.

"Dari Sarah," cengir Raka tanpa dosa "Gue mau minta coklat mint, tapi gak boleh."

"Coklat mint?" tanya Zafran teringat sesuatu. Setiap kali ia mendengar kata 'coklat mint', ia akan terus mengingat sesuatu di masa lalu nya.

Raka mengangguk " iya, kenapa?"

"Eng.. enggak ada." elak Zafran tidak ingin mengingat "jadi, maksud lo apa soal dia gak bakal ingat?"

"Ya, dia udah lupa sama kejadian kemarin,"

"Gimana nggak ingat, Raka? kejadiannya baru kemarin." gemas Zafran merasa yang diucapkan Raka tidak masuk di akal, pikiran, dan otak.

"Dia amnesia." kini Bintang berbicara To The Point.

"Amnesia? kemarin dia kecelakaan? Tertimpa buah kelapa? atau amnesia karena otak terlalu berlebihan mempelajari rumus-rumus Matematika dan rumus-rumus fisika?"

Plak!!

Tanpa segan Bintang memukul kepala Zafran. Cowok itu hanya meringis mengelusi kepala nya. Cukup Matematika yang membuat otak nya kesakitan. Jangan ditambah dengan tangan berdosa milik Bintang.

"Kepala lo yang kayak gitu, jangan sama-samain sama anak orang!" tajam Bintang ada benar nya.

"Jadi maksud lo apa, Jubaedah?"

"Jadi gini," Kini Raka meletak kan tangan nya di bahu Zafran "Percuma lo ingatin dia. Anak itu nggak bakal ingat setelah satu hari"

"maksud nya?"

"Iya bener," kini giliran Bintang yang menaruh tangan nya di atas bahu Zafran yang satunya "Amnesia dia terjadi setelah satu hari. Jadi, percuma lo berusaha mengungkit kesalahan dia yang kemarin."

Raka menepuk bahu Zafran "Lo pasti pernah dengar ucapan kalau jangan mengungkit kejadian yang telah berlalu? Nah! itu berlaku buat Sarah. Jadi, ikhlasin aja kejadian kemarin."

Zafran sangat susah mencerna, ia butuh guru privat untuk menjelaskan apa yang sudah dikatakan dua temannya ini. Selama Zafran hidup, ini adalah pertama kali baginya mendengar hal seperti ini. Zafran menggaruk kepala nya tanda berfikir.

"Masih belum ngerti juga?" Tanya Raka menyadari kebingungan Zafran. Zafran mengangguk cepat.

"Gini nih, otak yang terlalu lama main ultraman." ledek Raka tidak sadar diri. Namun, Zafran tidak bisa membantah ucapan Raka, karena kepalanya masih diputari dengan pikiran tentang Sarah yang masih tidak ia mengerti.

"Biar gue perjelas," ulang Raka. Namun, ucapan Raka tidak jadi terlanjut karena Bintang tiba-tiba mencegat lengan Raka. Membuat Raka kebingungan.

"Kalau mau tahu, tanya aja sendiri sama orangnya" usul Bintang "supaya lo tahu seberapa susah hidup dia."

"Gue? kenapa gue?"

"Gak mungkin Pak Presiden!" Tajam Bintang lalu merangkul Raka dan pergi dahulu meninggalkan Zafran yang diselimuti jutaan pertanyaan.

"Oi Bin!" Teriak Zafran tersadarkan.

"Kalau Pak Menteri boleh gak?"