'Hari ini jam pelajaran Mister Budi'
'Bahasa Indonesia hari ini ke perpustakaan'
'Kembalikan buku catatan fisika punya Bintang'
'Bintang yang duduk di sudut kiri nomor 3'
'Karena hari ini nggak ada sup wortel, maka nama penjaga makanan adalah Mbak Pipit dan Mas Surya'
Sarah mengangguk mengerti setiap membaca note yang telah ia tempeli di cermin. Menurut nya yang penting haruslah yang paling diingat. Dan yang baru saja dibaca nya merupakan aset terpenting untuk hari ini.
Hari baru, ingatan baru, pikiran baru dan otak yang terisi seperti baru dikeluarkan dari kotaknya. Semua beban pikiran yang lalu tidak perlu terlalu dipikirkan oleh Sarah. Mungkin ada untungnya memiliki ingatan 24 jam.
Gadis dengan tataan rambut digulung habis untuk hari ini saja, seragam dengan rompi berwarna dongker dan nametag dengan nama 'Sarah Ran Adinda' itu pun mengambil tas nya. Ia berjalan menuruni anak tangga dan menghampiri Mama nya di meja makan.
Senyum tulus terukir di wajah Mama nya. Mama nya yang masih terlihat cantik dan muda itu tidak akan pernah Sarah lupakan keadaannya. Ini bukan karena telepati atau pun sebagainya.
Tapi, ingatan Sarah hanya mulai hilang setelah 3 tahun lalu. Dan sampai sekarang Sarah tidak tahu apa jenis amnesia yang ia alami. Masalahnya, kejadian sebelum 3 tahun ingatannya hilang, ia masih dapat mengingatnya. Karena itulah Sarah tidak bisa melupakan wajah Mama nya yang sejak lahir sudah bersama nya.
Sarah beramsumsi jika ada satu hari di mana dimulainya ingatan miliknya hilang. Sampai sekarang Sarah masih mencari tahu.
"Hari ini mama bikin brownis dengan keju lagi buat kamu, waktu itu kamu bilang suka" ucap Salma, Mama nya Sarah.
"Sarah bilang suka ya? Sarah nggak ingat." ucap Sarah sedikit merasa tidak enak. "pasti enak, Sarah yakin itu" Sarah duduk di meja makan tepat di depan Salma.
"Iya, Mama baru pertama kali buat nya minggu kemarin. Jadi, ini kedua kali nya Mama buat brownis buat kamu." Senyum Salma tidak pernah luntur sebagai semangat untuk anak nya.
"Kalau gitu sarah coba ya!"
Sarah menyantap brownis coklat nya. Yang nama nya coklat, tidak akan pernah ditolak oleh Sarah. Dan Sarah mengakui coklat yang pertama kali ia coba ini sangatlah manis dan enak. Ralat! maksud nya brownis yang kedua kali nya.
"Wah.. enak! coba aja Sarah bisa ingat rasa nya. Mungkin ini bakal jadi rasa yang Sarah ingat sampai tua"
Salma hanya bisa tersenyum menanggapi komentar Sarah. Semoga saja yang diucapkan Sarah dapat menjadi kenyataan.
"Mama buat biskuit coklat kesukaan Sarah waktu kelas 2 SMP aja. Rasa itu masih Sarah ingat karena Sarah belum hilang ingatan pada masa itu." pinta Sarah. Benar juga, biskuit coklat yang itu tidak akan pernah terlupakan oleh Sarah. Rasanya, manisnya, Sarah benar-benar ingat pada masa itu.
Salma meletak kan tangan nya di alis seperti sedang hormat "Siap putri Mama!"
Sarah memasuk kan sisa brownis ke dalam kotak bekal nya. Jaga-jaga jika dia harus menghabis kan waktu di dalam kelas lagi.
"Mama." panggil Sarah lembut setelah selesai dengan kotak bekal nya.
"Maaf karena nggak ingat sama masakan Mama, di saat ingatan Sarah kembali atau pun nggak, Sarah tetap akan ingat kalau masakan Mama yang pali enak."
***
Sarah berjalan melewati koridor, di tangan nya penuh dengan buku kimia, fisika, dan anatomi yang cukup untuk membuat otak meledak jika sudah bersangkutan dengan tiga buah itu.
Namun, langkah Sarah terhenti ketika seorang pria berhenti di depan nya. Sarah hanya bisa menatap bingung.
"Perkenalkan, saya anak baru di SMA Angkasa. Nama saya Zafran Andara Romero, sekelas dengan Mbak Sarah. Saya pria dengan label Tampan, mapan dan sopan,"
"Jika benar yang dikatakan oleh dua teman Saya tentang Lo. Maka untuk mengingatkan, hari-hari yang lalu Lo menyenggol bola basket gue dan menyebab kan celana gue terkena sup wortel. Dan pada akhirnya saya menggunakan celana lama saya hingga ditertawakan satu sekolah."
"Jika ada yang kurang dengan pengenalan Saya, tolong beri tahu saya Ya, Mbak Sarah!"
Sarah membasahi bibirnya, sedikit bingung ingin merespon apa. Jika benar ia telah melakukan itu, mampus sudah Sarah! kali ini benar-benar keterlaluan. Tapi, Sarah tidak dapat mengakui begitu saja. Nyata nya ia benar-benar tidak ingat.
"Begini, Kalau saya beneran ada salah. Mohon maaf" Sarah mengucapkan sambil membungkuk berkali-kali.
"Lo.. beneran nggak ingat?" Zafran ingin memastikan "Lo nggak pura-pura kan?"
Sarah hanya mengangguk berkali-kali. Mungkin akan sedikit susah untuk menjelaskan dengan cowok di depan nya ini.
"Mungkin gue nggak punya hak buat nanya karena kita nggak saling kenal" Zafran menambahkan untuk menghilangkan rasa penasaran nya.
"Tapi, karena gue pria yang ber logo 'sangat kepo', bisa nggak jelaskan kepada gue soal apa yang terjadi sama Lo. Gue orangnya gak mudah percaya sih."
Sarah menggeleng sebagai jawaban tidak mau. Akan sangat repot jika memberi tahu orang lain tentang keadaan langka diri nya.
Zafran meletak kan dua tangan nya di samping pinggang sembari menegadah ke atas langit-langit. Ia menahan untuk ingin tertawa.
"Wah.. seperti nya gue terlalu menanggapi dengan serius soal kabar tentang Lo. Dan gue terlalu mudah mempercayai dua makhluk halus itu" Zafran tidak habis pikir.
"Kalau mereka bilang tentang ingatan Saya, mungkin mereka nggak bohong sama Anda" tambah Sarah.
Zafran mengernyit semakin tidak mengerti. Jadi, itu benar? yang benar saja! Tuhan.. jangan tambah pikiran Zafran.
"Kalau gitu saya duluan" pamit Sarah. Lalu pergi begitu saja melewati Zafran.
Zafran hanya bisa menatapi Sarah dari belakang. Dan mendengus kencang.
"Gue terlalu bodoh untuk mengerti dengan keadaan."
***
Buku tulis, buku paket Bahasa Indonesia dengan tebal setebal dosa-dosa Raka, dan buku observasi tanaman untuk dirangkum ditaruh oleh Sarah di atas meja panjang berwarna putih.
Ya! ini saat nya kelas 11 IPA2 untuk melaksanakan tugas Bahasa Indonesia mereka di perpustakaan. Sarah memilih untuk mengambil duduk paling sudut, tempat yang paling tenang untuk mengerjakan tugas. Bukan hanya itu alasan Sarah, ia sengaja memilih tempat duduk ini karena tidak terlalu ingin dekat dengan yang lain nya.
Sarah sibuk menulis di buku tulis nya. Meski pun ia hilang ingatan, tapi Sarah merasa kepintaran nya sudah berada jauh dalam otak nya.
Brukk!!
Sarah kaget ketika sebuah buku ditaruh keras dengan sengaja di atas meja. Sarah beralih menatap ke depan. Tepat saat itu, mata Sarah bertemu dengan mata lelaki yang ia temui tadi pagi di koridor. Mata cowok itu menatap dengan intens dan menyelidik. Membuat Sarah menelan ludah.
Sarah awalnya takut. Namun, pada akhirnya ia memilih untuk tidak memedulikan. Lebih baik ia fokus pada tugas nya saja.
"Masih banyak yang harus gue tanya kan." ucap Zafran membuka topik.
"Kalau nggak ngerti, tanya aja sama Bu Tini! Saya bukan guru."
Zafran menghela nafasnya berat "perkenalkan, gue anak baru di SMA Angkasa. Nama gue Zaf--"
"Saya udah tahu!" potong Sarah tanpa beralih dari buku tulis nya.
Zafran mementik jarinya dengan semangat.
"Nah, udah gue duga! lo nggak mungkin bisa melupakan dengan cepat."
Sarah menjatuhkan bolpoin nya, dan beralih menatap Zafran dengan datar.
"Saya nggak mungkin lupa kalau hanya sebatas tadi pagi. Bahkan saya masih bisa ingat sampai malam nanti." jelas Sarah. Kini Sarah kembali mengambil Bolpoin nya dan kembali menulis.
Zafran berdehem panjang, setelah mendengar ucapan Sarah. Pertanyaan di otaknya kembali bermunculan. Baru kali ini otaknya berfikir keras, padahal sebelumnya ia paling malas buat mikir. Dasar otak Zafran!
"Kalau lo ingat sama gue, lo pasti tahu yang gue ucapkan tadi pagi." Zafran mencoba memastikan.
"Anda bilang diri anda berlabel tampan, mapan dan sopan. Dengan logo 'sangat kepo'. Anda bilang saya membuat kesalahan pada Anda. Karena itu, kalau itu benar saya minta maaf!" jelas Sarah sangat tepat.
Zafran semakin penasaran. Ia tidak pernah bertemu dengan orang seperti Sarah. Rasanya seperti melihat kelangkaan.
"Lo bisa ingat sampai se detail itu?" tanya Zafran semakin penasaran.
Sarah beralih menatap Zafran.
"Bahkan saya tahu berapa kali anda menggaruk kepala Anda karena terlalu berfikir." ucap Sarah setelah dari tadi melihat tingkah Zafran yang kebingungan. Mendengar itu, Zafran langsung menghentikan kegiatan nya.
"Karena saya cuma bisa mengingat sampai nanti malam. Maka, ingatan saya selama satu hari melebihi ingatan anak lain nya." jelas Sarah.
Zafran ingin membuka mulut nya untuk bertanya. Namun, tiba-tiba Raka dan Bintang datang. Terlihat Raka yang sedang memakan sepotong brownis.
"Tadi Bintang nyuruh ambil buku fisika dia di meja lo, Sar. eh ada kotak brownis, gue makan deh. Anggap aja sedekah pada ketua kelas yang capek ngurus kelas ini ya, Sar" timpa Raka tidak tahu malu.
Sarah tersenyum mengiyakan. Lalu, gadis itu kembali menulis di buku tulis nya.
"Lo makan apaan Bin?" tanya Zafran pada Bintang ketika melihat keripik yang tidak asing.
"Oh ini" jawab Bintang sambil menunjuk kan bungkus keripik tempe pada Zafran "gue nemu keripik ini di bawah laci lo. karena nggak ada nama yang punya, gue makan deh."
Zafran sontak berdiri dengan cepat, matanya menatap hampa pada Bintang.
"KERIPIK GUE!"