Hari ini, adalah hari kepulangan Reszha, gadis itu sebenarnya belum sembuh total, namun ia sudah tidak betah berada di rumah sakit, dan Reszha juga masih harus menyelesaikan tugas–tugas sekolahnya. Belum lagi ia juga tertinggal ujian harian, dan Nicho masih belum mengijinkan Reszha untuk kembali ke sekolah. Tidak masalah jika gadis itu mau hadi cemoohan teman–temannya karena luka yang masih basah dan merah, apalagi dibagian pipinya. "Minta saja tugasnya, kerjakan di rumah. Kau tidak kekurangan internet kan disini? Jadi jangan banyak berpikir." Ucap Nicho enteng, dan itu membuat Reszha menghela nafasnya malas. Reszha itu ingin lari dari genggaman diri mu bodoh, bukan gadis itu ingin datang ke sekolah untuk bersenang–senang, masa kau tidak mengerti? "Dan tidak perlu memikirkan uang. Disini semua kebutuhan diri mu sudah terpenuhi." Ucap Nicho lagi, yang Reszha angguki kali ini. Sebenarnya Reszha tidak mau menerima semua hal ini, karena ia masih sanggup untuk menghidupi dirinya sendiri, tidak perlu bantuan orang lain seperti Nicho. "Dan aku minta maaf sudah salah paham pada mu." Ucap Nicho lagi. Hey? Reszha tidak dalah dengarkan? Iblis ini meminta maaf padanya? Hello, kerasukan jin baik mana pria ini?
Reszha tersenyum kecil, sembari menatap Nicho, ia kemudian berucap. "Tuan tenang saja, aku bukan pendendam." Ucapnya, dan kembali menatap layar televisi yang masih menyala. Kalian tahu posisi paman dan keponakan ini? Reszha duduk di sofa untuk dua orang, dan Nicho entah angin darimana, pria itu duduk disebelahnya, sembari tangannya terulur ke punggung sofa yang berada dibelakang tubuh Reszha. Untung saja rasa trauma Reszha sudah sedikit hilang, jadi gadis itu tidak bergemetar hebat ketika berada di sebelah lekaki, dan Ocean juga sekarang bisa leluasa memeluk Reszha sepus hatinya. "Aku pergi ke kantor sekarang, kau jangan berbuat on–" Ucapan Nicho terhenti ketika sorot matanya bertemu dengan sorot mata Fareszha. Sial, gadis ini benar–benar sangat cantik ketika dilihat dari dekat, dan Nicho tak bisa memungkiri jika Reszha memang cantik dari segala arah. "Aku mau ke kamar, tuan hati–hati!" Timpal Reszha, untuk memecahkan keheningan yang terjadi. Ingat Nicho, kau membenci gadid itu, dan sampai kapan pun kau tidak akan mau menaruh hari, atau rasa iba sedikit pun padanya. Karena semakin kau menyakitinya, maka akan semakin bahagia juga dirimu.
Setelah sampai kamar, Reszha langsung mengambil perlengkapan sekolahnya, gadis itu mendapatkan list tugas dari ketua kelasnya, dan kalian tahu list itu sepanjang apa? "Ini list tugas, atau daftar menu makanan di restoran?" Tanya Reszha kesal, dan sang ketua kelas hanya tertawa renyah di balik telfon. Sabar saja Reszha, kau sekarang sudah kelas 9, dan ini adalah semester akhir mu. Wajar jika banyak tugas yang masuk di situasi seperti ini, dan masa smp mungkin adalah masa yang bisa sedikit kau genggam Reszha, karena rasa sulit yang sesungguhnya, akan kau dapatkan di kelas 11 nanti. "Daripada ngeluh, ayo Reszha kerjain tugasnya! Dan abis ini tanyain gimana perkembangan buat persiapan kamu pergi ke Australia." Ucapnya, sembari membuka buku yang hampir penuh. Ingin ganti buku, tapi sayang, karena waktu ia disekolah hanya tinggal beberapa bulan lagi, bisa di hitung dengan jari bahkan, karena ini sudah hampir awal maret. Dan Reszha harus mengurus surat–surat secepatnya, ia tidak mau menunda sekolahnya ke Australia hanya karena telat mengurus surat–surat itu, disana pun Reszha tidak akan tinggal dengan keluarganya, ia dan Ocean akan tetap menyewa rumah sendiri.
"Kak, Once mau ke bawah dulu ya, sekalian bawa makanan buat kaka." Ucap Ocean, sembari menaruh buku alphabet dan angkanya, kemudian ia turun dari kasur Reszha, dan berjalan kearah pintu. Padahal mereka bisa memanggil pelayan disini, tidak perlu repot turun ke bawah, dan mempersiapkan makanannya sendiri. "Tuan muda, apa anda perlu sesuatu?" Tanya salah satu maid yang kini sedang berjaga di depan kamar Reszha. Sudah ia duga, Nicho pasti menyuruh beberapa maid untuk menjaganya, dan mengawasi dirinya selama 24 jam penuh, jika mereka tidak mau tidur dan tidak bosan. "Aku dan kakak ingin makanan yang enak, kalian bisa membawakannya?" Ucap Ocean, dan maid itu kemudian mengangguk. Setelah melihat maidnya turun, Ocean kembali masuk ke dalam kamar, mereka hanya perlu menunggu maid itu untuk datang kemari. Sekarang ada yang Reszha khawatirkan, yaitu Ocean yang mulai terbiasa dengan fasilitas mewah, dan hidup enak. Reszha takut jika Ocean akan menolak pergi dari rumah ini, dan memaksa Reszha untuk tetap tinggal bersama dengan Nicho, jujur ia sangat sensitif akan ke overthingkingan.—beda ama penulis yang jarang banget overthingking, kayaknya dia lupa overthingking itu kayak gimana—."Semoga aja kakak nemuin sekolah yang pas buat kamu, Once." Ucap Reszha, sembari mengelus kecik rambut Ocean yang keriting gantung, sama seperti dirinya. Namun, Reszha menggunakan hijab, jadi orang–orang tentu tidak akan bisa melihatnya.
'Tok tok' Suara ketukan dipintu membuat keduanya menoleh, pasti itu adalah maid yang membawakan makanan untuk Reszha dan Ocean. Reszha kemudian bangkit, dan berjalan kearah pintu kamar yang memang sengaja dirinya kunci. "Terimakasih." Ucap Reszha, sembari ia tersenyum kecil, dan mengambil nampan yang penuh dengan makanan ini. Ocean yang melihat banyak makanan di atas nampan itu, langsung bangkit dari duduknya, dan menyambut makanan–makanan itu dengan bahagia. "Kalo gini terus, Ocean bakal betah tinggal disini!" Serunya, sembari mengambil sebatang coklat dengan bungkus ungu di atasnya. Mendengar hal itu, sontak perasaan Reszha kalut, apa yang ia takutkan akhirnya benar–benar terjadi. "Tapi, nanti kakak yang menderita. Ocean gak masalah gak hidup enak, yang penting Once tinggal sama kakak!" Lanjutnya lagi, kali ini ia membuat Reszha tersenyum bahagia, dan tak terasa, sedikit air matanya menetes. Syukurlah, Ocean mau mengerti tentang perasaan Reszha, jadi ia tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang hal ini, toh Oceannya juga mengerti. "Kak, kenapa perut Ocean sakit ya?" Tanya Ocean, tapi Reszha membalasnya dengan tawa. Paling juga adiknya ini hanya bercanda, masa ia sakit perut? Makan saja baru sedikit.
"Kakak perut Ocean sakit banget!" Rengekknya lagi, dan kali membuat Reszha khawatir. Gadis itu melihat wajah Ocean yang semakin pucat, dan keringat dingin mulai keluar membasahi sajah anak itu, sial, ada sesuatu di dalam makanannya, dan itu menyebabkan Ocean keracunan. "Tolong siapkan mobil! Perut Ocean sakit karena keracunan makanan!" Teriak Reszha, sembari ia menggendong Ocean, agar bisa di bawa keluar. Sial, siapa yang berani menaruh racun pada makanan Ocean dan Reszha? Apakah maidnya? Tidak mungkin, tidak mungkin ada maid yang mau berbuat jagat pada mereka berdua! "Nona, mobilnya sudah siap, supir akan mengatakan anda sekarang." Ucap salah dari maid itu, membuat Reszha mengangguk. Maid pria yang ada disana membopong tubuh Ocean, pria itu menbawa Ocean keluar rumah, ia juga sebagai kepala maid disini merasa khawatir, karena Ocean keracunan makanan yang ada di dapur higienisnya.
Disisi lain, ada seseorang yang sedang tertawa puas. Walau bukan Fareszha yang memakan racun itu, setidaknya Ocean lah yang memakannya, dan ia merasakan rasa sakit yang amat dalam sekarang. "Kasihan sekali."
~~~