Chereads / I Hate You, Because I Love You! / Chapter 21 - Twenty One. Drunk?

Chapter 21 - Twenty One. Drunk?

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, Reszha menemani Ocean yang sudah hampir tertidur, gadis itu juga menunggu Nicho tentunya, karena pria itu di jam segini belum juga pulang. Dasar tidak ada tanggung jawab, dititip dua orang anak kecil, malah berbuat seenaknya seperti ini. "Nona, mau saya bawakan sesuatu?" Tanya kepala maid yang berada di luar kamar, dan Reszha langsung berteriak "Tidak!" Sebagai jawabannya. Kepala maid itu mengangguk paham, ia langsung pergi meninggalkan kamar Reszha yang tertutup. Toh mereka juga pasti mengerti, apa alasan yang membuat Reszha menolak penawaran mereka, walau Reszha bilang ia yakin bukan para maid lah yang menaruh racun, tetap saja Reszha kapok dibawakan makanan oleh mereka. "Mumpung udah tidur, mending aku turun dulu." Ucapnya, ketika melihat Ocean yang tertidur pulas. Dengan langkah kecilnya, Reszha berjalan kearah pintu kamar, ia tidak menggunakan hijabnya karena ini sudah malam, hanya saya gadis itu menutup rambut dan lehernya menggunakan kupluk hoodie yang ia tutup dan ikat. "Anda perlu sesuatu, nona?" Tanya kepala maid itu, dan Reszha menggeleng kecil. Lagi–lagi kepala maid itu hanya mengangguk kecil, mungkin ia hanya bisa menatap gadis itu dari kejauhan saja.

"Dimana tuan Nicho?" Tanya Reszha, tanpa pandangan yang teralih sedikit pun. Kepala maid itu melihat jam yang ada di dinding, jika jam segini belum pulang, biasanya Nicho ada pekerjaan lain, atau ia datang ke club untuk melepas penat. Hey, jangan terkejut jika Nicho melakukan hal itu, walau seorang perjaka, bukan berarti Nicho tidak menyelam dalam dunia gelap seperti ini. "Ya sudah, aku kembali dulu ke atas." Ucapnya lagi, sembari berjalan membawa nampan hitam di tangannya. Kepala maid itu mengikuti Reszha, pria bertubuh jangkung ini ditugaskan untuk mengikuti Reszha kemana pun, bahkan hanya turun ke bawah untuk mengambil minum juga, tetap harus diikuti. "Besok sabtu, jadi siap–siap buat malam ini, maksudnya apa?" tanya Reszha, sembari mengingat ucapan Ardian. Ada yang ingat dengan ucapannya Adrian? Selang beberapa detik, terdengar suara ketukan di pintu, Reszha yakin itu adalah kepala maid itu, padahal Reszha sudah bilang jika ia tidak membutuhkan apapun lagi, toh ia juga sudah mengambil semua yang ia inginkan. "Tunggu sebentar." ucap Reszha, sembari berjalan kearah pintu kamarnya. Telapak tangan gadis itu kini terulur untuk membuka knock pintunya, dan ketika pintu terbuka, bukan kepala maid lah yang berdiri disana, melainkan..

"Tuan? Ada apa?" tanya Reszha spontan, tanpa tahu jika Nicho sedang mabuk sekarang ini. Ah iya, mabuk. Nicho kemudian berjalan kearah Reszha, pria itu meracau tidak jelas, sembari sebelah tangannya memegang kepalanya yang pusing. Sebenarnya apa yang terjadi? "Kau bisa antar kan aku ke makam Ema sekarang? Apakah kau lupa? Ini hari kematian kakak mu?" ucap Nicho, dengan kedua tangan yang ia taruh dibahu Reszha sebagai penyangga. Mendengar permintaannya, Reszha hanya berdecak kecil sembari memutar kedua bola matanya malas, apakah ini yang Ardian maksud? Setiap satu bulan sekali Nicho akan mabuk? Untuk mengingat kematian Ema? Lucu sekali. "Tapi ini sudah malam tuan, pemakaman tutup, dan penjaganya juga sudah berbeda." balas Reszha, seraya ia melepaskan satu persatu tangan kekar Nicho yang mencengkeram bahunya. Bukannya mengerti, Nicho malah sekalin meracau, matanya mengeluarkan air, dan ia terduduk lemas di lantai, menangis? "Jadi disini siapa yang anak kecil? Aku atau orang ini?" kesal Reszha, sembari membantu Nicho untuk bangkit, dan berjalan masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya gadis itu bisa saja membawa Nicho ke kamarnya sendiri, tapi pria ini terlalu berat, siapa yang mau membopongnya sendirian? "Maaf ya Once, kamu harus tidur sama iblis ini." lirihnya, sembari menyelimuti Nicho dengan selimutnya. And now, Reszha tidak mungkin tidur di kamarnya.

Gadis itu beralih mengambil makanan yang tadi ia bawa, kemudian ia berjalan keluar kamar. Sekarang jika bukan sofa ruang keluarga, dimana lagi ia akan tidur? Bertukar kamar dengannya? Ah, sepertinya itu bukan keputusan yang benar. "Nona, apa anda ingin tidur di kamar lain?" tanya kepala maid, dan Reszha menggeleng sebagai jawabannya. Setelah melihat respon Reszha, kepala maid itu pergi kembali, tak lupa ia menutup pintu ruang keluarga itu, agar tidak ada orang yang masuk ke dalamnya selain Reszha dan Nicho. "Apa yang bisa aku tonton dimalam hari seperti ini? Dan kenapa aku tidak bisa tidur?" tanyanya, seraya mencari keberadaan remote televisi. Not long after, Reszha then found the remote, tanpa banyak berpikir lagi, ia langsung menyalakan televisinya, and you know guys? Siaran pertama yang muncul di dalamnya adalah.. "Kenapa muka setannya harus sedeket itu?!" umpatnya kesal, sembari memegang dadanya, untuk merasakan detak jantung yang semakin cepat. "I'm not going to watch this, maybe fantasy movies are more fun!" katanya, sembari memainkan tombol remote itu. Setelah menemukan siaran yang ia inginkan, Reszha merubah posisinya, ia membaringkan tubuhnya di atas sofa, dengan pandangan yang menghadap televisi. Sebentar lagi, televisi itu lah yang akan menonton Reszha.

***

Malam kini sudah berganti pagi, jam dinding yang berada di kamar menunjukkan pukul 4 subuh. Nicho yabg sudah merasa baikan, langsung bangkit dari ranjang tempatnya tidur, namun ia baru menyadari sesuatu disini, ini kamar Fareszha, bukan kamarnya, dan disebelahnya masih ada Ocean yang tertidur pulas. "Maid!" teriak Nicho, ketika ia berada di luar kamar. Para maid yang mendengarnya langsung bergegas naik ke atas, mereka takut jika Nicho mengamuk, dan menghancurkan semua barang yang ada disini. "Dimana Fareszha?!" tanya Nicho dengan nada suara yang tinggi. Para maid sebenarnya tahu dimana Reszha berada, namun mereka takut untuk berbicara jika Nicho sudah marah–marah seperti ini, dan yang berani menjawab hanyalah kepala maid. "Nona Fareszha tidur di ruang keluarga tuan, ia tidak ingin menggunakan kamar lain, dan memilih tidur disana." balasnya, dengan tatapan yang lurus ke depan, tanpa melihat kearah siapapun. Tanpa mengucapkan apapun lagi, Nicho segera bergegas ke ruang keluarga, sombong sekali Reszha, karena ada dirinya di dalam kamar ia sampai tidak mau tidur di dalamnya. Mungkin jika Reszha sudah lebih baik, Nicho akan menghukum gadis itu, karena ia sudah semena–mena disini. "Reszha bang–" ucapannya terpotong ketika melihat Fareszha yang tidur dengan tenang. Sial, gadis kecil ini sudah seperti putri salju yang tertidur, walau dengan hijab yang tidak ia lepaskan dari kepalanya. "Pantas saja, banyak orang yang ingin melecehkan mu." katanya lagi, sembari mempersiapkan posisi untuk mengangkat Reszha, dan memindahkannya ke kamar.

Sembari menggendong Reszha, Nicho berusaha sebisa mungkin untuk tidak menatao gadis itu. Ternyata benar, jika ada pelecehan yang terjadi, jangan salahkan pakaian korban, tapi salahkan pelaku yang tidak bisa menahan hawa nafsu. Kalian tidak tahu saja, jika Reszha tidur menggunakan hoodie, dan celana kain yang mengembang. "Ternyata perlu Effort besar untuk menggendong mu kesini, kau sangat berat." ucapnya lagi, sembari menaruh tubuh Reszha di atas ranjang. Nicho tidak mau berlama–lama, setelah menutupi Reszha, ia segera keluar dari kamar, dan menyuruh maid perempuan untuk mengurus Reszha. Hey, asal kalian tahu ya, jarang sekali Nicho mau repot–repot memindahkan orang seperti ini, biasanya ia akan membiarkan siapapun, sekalipun itu adalah wanita pilihan yang ia bawa kerumah. Tapi ini Reszha loh, Freszha yabg seorang gadis berusia 15 tahun! "Apa? Kau mulai punya rasa belas kasih pada gadis itu? Bodoh!" umpat Nicho, sembari menatao cermin yang ada di depannya. "Hei bajingan! Kau itu membencinya! Sampai kapanpun kau tidak boleh iba pada gadis sialan itu! Mengerti?!" teriaknya, dengan tangan yang terulur untuk meninju cermin besar yang berada di hadapannya. Baiklah, ayo kita ucapkan sekali lagi, jika Nicho adalah orang yang labil.

"Setelah ini, apapun yang terjadi pada gadis itu, jangan pernah perlakuan ia dengan baik!" ucap Nicho lagi, dengan tatapan tajam yang menatap dirinya sendiri dicermin.