Nicho dengan perasaan yang campur aduk tidak bisa menghentikan gerakannya, pria itu terus berjalan ke kanan dan ke kiri. Jujur saja, ia sangat khawatir akan keadaan Reszha kali ini, bagaimana bisa Nicho membiarkan kejadian buruk itu terjadi untuk kedua kalinya? Padahal ia sudah berjanji pada Ema untuk menjaga Reszha dan Ocean, tapi sial, ia gagal. "Ryuna, gimana keadaan Reszha sekarang?" tanyanya, ketika melihat Ryuna keluar dari kamar Reszha. Wanita itu menghela nafas kecil, sebelum akhirnya ia berucap.. "Jika kau tidak bisa menjaganya, lebih baik serahkan Reszha pada orang lain, Nick." jawabnya, sembari melangkah pergi meninggalkan Nicho. Sial, sekarang semua orang menyalahkan dirinya, dan itu lagi–lagi karena Fareszha. Perasaan iba Nicho, kembali berubah menjadi perasaan benci, gadis itu memang selalu membawa sial dalam hidupnya! "Kenapa dia tidak mati saja sekalian?" kesalnya, sembari menatap tajam Reszha yang masih tak sadarkan diri.
'Krekk'
Perlahan, Nicho membuka pintu kamar Fareszha, pria itu berjalan kearah ranjang dengan tatapan tajamnya, seolah siap membunuh Reszha kapan pun ia mau. Tapi, kalian jangan lupakan fakta jika Nicho itu sedang berada dalam fase labil. Tadi perasaanya sangat menggebu–gebu untuk membenci Reszha, namun sekarang, hatinya kembali merasa iba dan khawatir. "Entah apa yang terjadi padaku, hanya saja kehadiran mu membuat emosi dalam diriku tidak stabil." ucapnya, sembari menaikkan selimut yang menutupi tubuh Reszha, agar seluruh tubuh gadis itu tertutup.—Kok cemburu ya?—. "Aku tidak mau kau terluka lagi, jika bukan aku yang melakukannya." lirihnya, sembari mengelus rambut Reszha, ah, gadis itu tidak menggunakan hijabnya, ya? Tapi tenang saja, ketika sadar nanti, Reszha akan kembali mengenakan hijabnya.
Andai saja Ema ada disini, ia pasti akan merasa sangat sakit hati, bukan? Adiknya selalu terkena masalah, dan semua itu terjadi atas kesalahan yang bahkan tidak pernah Reszha lalukan. Dan satu hal lagi, kenapa semua orang berpikir jika Ema sudah mati? Bahkan Reszha saja tidak pernah datang ke makam wanita itu. "Nic, sebaiknya kau istirahat. Reszha biar kakak aja yang nungguin." ucap sebuah suara, membuat Nicho menoleh kearahnya. Dan ternyata itu adalah Chika. Ah, sepertinya keluarga besar sudah tahu akan masalah ini, dan bersiaplah untuk konsekuensinya, Nicho. "Oma udah tau masalah ini?" tanya Nicho, dan Chika hanya mengangguk kecil. Chika mengelus punggung Nicho sebelum pria itu pergi, Oma pasti akan memberikan hukuman yang setimpal pada Nicho, walau ini bukan kesalahan Nicho sepenuhnya.
"What can i do right now? Menahan Reszha agar tidak pergi ke Australia, atau membiarkannya pergi agar hidup ku damai? Dan melepaskan semua aset yang akan Oma berikan padaku?" tanyanya pada diri sendiri. Jujur saja, ini adalah hal sulit yang harus Nicho putuskan. Sering berkomunikasi dengan Reszha, membuat pria itu sedikit bimbang dalam membuat keputusan. Bahkan ia tidak tahu apa yang ia lakukan pada Reszha itu benar atau tidak, dalam beberapa kesempatan, ia juga bahkan bermain fisik pada Reszha, tapi di dalam hal yang lain, Nicho membela Reszha secara mati–matian. "Ini baru empat bulan, dan kau sudah mau merubah sikap mu pada Reszha? Are u stupid, Nicho?" Ucapnya, sembari menatap bayangan dirinya di cermin. Nicho sudah seperti orang yang kehilangan akal sekarang.
Toh gadis itu juga akan semakin dewasa, harusnya mental gadis itu semakin kuat, dua tahun lagi juga ia akan dinikahkan dengan Rico, jika keduanya setuju. Mengingat tentang Rico, kalimat pedas anak itu kembali terdengar ditelinga Nicho, kalian ingat? Rico berkata jika Benci bisa menjadi Cinta yang sejati. Tapi Nicho tidak percaya akan hal itu. Bahkan sampai sekarang, Nicho masih merasakan kebencian dari dalam dirinya untuk Reszha. Atau, Nicho saja yang tidak menyadari jika ia mulai menerima Reszha dalam sisinya, hingga membuat pria itu terus memikirkan keadaan Reszha, atau sekedar penasaran dengan apa yang sedang gadis itu lakukan. Ini berwal dari Reszha yang masuk ke dalam rumah sakit, bukan?
'tok tok..'
Netra Nicho kini beralih kearah pintu, di jam istirahatnya, siapa yang berani mengganggu? Apakah ia tidak tahu jika Nicho sangat merasa lelah hari ini? "Tunggu sebentar." Ucap Nicho, sembari berjalan kearah pintu kamar, untuk membukanya. Dan ketika ia membuka pintu itu, ada sang Ayah dengan raut wajah dinginnya berdiri di depan pintu. "Kenapa kau tidak membawa Reszha ke rumah sakit?" tanyanya dingin, membuat Nicho sedikit tertegun. Hey, baru kali ini, Ayahnya mau bicara panjang lebar pada Nicho, walau untuk menanyakan Reszha. "Aku sudah membawanya, tapi rumah sakit menolak, jadi aku bawa Reszha pulang ke rumah. Lagipula, peralatan medis disini lengkap." jawab Nicho tenang, yang dibalas dehaman kecil sang Ayah. Ayahnya kemudian menggerakkan kepalanya, memberi tanda jika Nicho harus ikut dengannya. Sial, perasaan pria ini tidak enak sekarang. Dalam batin Nicho bertanya, apa yang akan terjadi sekarang? Apakah mereka akan benar–benar memberi hukuman pada Nicho?
"Ibu."
Setelah menyerukan panggilan itu, Oma yang Edran panggil langsung menoleh, pria itu benar–benar membawa Nicho kehadapannya. Pandangan Nicho sekarang menatap satu persatu orang yang berada di dalam mansionnya, siapa yang mengijinkan mereka masuk? Dan apa alasan mereka datang kemari? Belum lagi... untuk apa Mike juga ikut datang kemari? "Bagus nak, sekarang kalian boleh menyingkir sejenak." ucap Omanya, membuat semua orang menggangguk, dan berjalan mundur. Kecuali Nicho dan Mike. Perlahan, Oma berjalan mendekat kearah dua cucu kesayangannya itu, menatap mereka tenang, sebelum akhirnya 'Plak!' ia menampar keduanya. Sesuai dugaan Nicho, jika Omanya akan melalukan ini, tapi tenang, ini hanya awalan saja, Nicho dan Mike akan mendapatkan hal yang setimpal setelahnya.
"Aku sudah menulis nama mu sebagai alih waris pertama, tapi kenapa amanah dari ku tidak bisa kau jaga, Nicho?!" ucap Omanya, dengan tatapan dingin yang kini beralih menatap Mike. "Kau juga, siapa yang mengajari mu untuk menjadi pria bajingan hah?! Kau dan orang tuamu sama saja! Kalian berdua sama–sama pembuat onar!" teriaknya lagi. Semua orang yang ada disini terdiam, tidak ada yang berani bicara ketika ia sebagai keluarga tertua angkat bicara, terkecuali, Nicho. Pria itu tidak akan diam saja, ia akan tetap menjawab, karena rugi baginya jika sudah dihina dan dicaci maki tapi tidak melawan, walau pada akhirnya akan tetap dicaci maki. "Lalu? Sudah tau aku membencinya, kenapa kau terus memaksaku? Lagipula, uang waris itu milik kakekku, kau juga hanya memegang amanah saja. Nenek tua, jaga batasan mu, aku tahu kau mengincar Reszha juga hanya demi uangnya!" balas Nicho, membuat semua keluarga menatapnya, anak ini sangat pembangkang, memang.
Edran yang menyaksikan hal ini di langsung berjalan kearah Nicho, apakah ia lupa jika Omanya masih memiliki kedudukan yang lebih tinggi setelah kakeknya meninggal dunia? Ini lah akibatnya jika seorang anak dewasa tanpa pengawasan orang tua kandung. "Apa kau ingin memperburuk suasana, Nicho?" tanya pelan, dan anak itu hanya tersenyum sinis. Peduli apa dia? "Apa kau takut Ayah? Takut jika Oma tidak akan memberikan uangnya pada ku? Dan kau tidak bisa hidup nyaman dengan uang, begitu?" jawab Nicho, memutar balik ucapan Edran. Nicho, satu masalah yang kau buat, maka 10 kali balasan yang akan aku terima.
"Jika kau masih berani bicara, maka hukuman mi akan lebih berat, Nicho!" tegas Omanya secara tiba–tiba. Berat atau tidaknya, toh Nicho dan Mike akan tetap tersiksa nantinya, dan mereka akan tetap melakukan apapun yang ingin mereka lakukan, seolah tidak ada efek jera pada keduanya. "Siapkan hukumannya! Kalian harus tahu bagaimana hukuman untuk orang yang melanggar aturan!"
~~~~