Chereads / I Hate You, Because I Love You! / Chapter 31 - Thirty One. Amarah Nicho (+)

Chapter 31 - Thirty One. Amarah Nicho (+)

Petang sudah berganti malam, di bawah pengawasan Nicho yang ketat, Reszha hanya bisa berdiam diri tanpa melakukan apapun. Setiap satu jam sekali, pria itu akan datang dan mengeceknya ke kamar. Entah kurang kerjaan atau bagaimana, akhir–akhir ini Nicho sering melakukan itu, alih–alih memberikan hukuman yang setimpal untuk Reszha, Nicho malah menunjukkan sikap tidak jelasnya, dan yang berubah hanyalah gaya bicaranya saja. "Kak, emangnya paman gak pegel ya bolak–balik gitu?" tanya Ocean, sedangkan Reszha menanggapi hanya dengan tawa kecil. Lihat? Ocean saja sudah malas melihat wajah Nicho setiap satu jam sekali, dan apalagi Reszha? Yang kemana–mana harus berada di bawah pengawasannya. Entah Nicho yang bodoh atau bagaimana, tidak mungkin Reszha kabur tanpa membawa adiknya, semua rencana Reszha untuk kabur, tentu sudah ia persiapkan dengan matang, dan mungkin Nicho tidak akan pernah mengetahuinya.

Setelah pertemuan terakhir dengan Maura di aula tadi, Nicho memang semakin dingin. Belum lagi sikapnya seolah ingin mengatakan sesuatu pada Reszha, namun ia belum menemukan waktu yang tepat. Bisa Reszha tebak, yang ingin Nicho tanyakan adalah Ema, karena sekarang Maura sudah muncul, pasti pria itu yakin jika Ema juga akan muncul, terlebih lagi... "Tuan muda menyuruh anda untuk datang ke kamarnya." suara itu, mengalihkan fokus Fareszha. Ia menghela nafas kecil sembari mengangguk. Bagaimana bisa Reszha tidak menyadari jika maid itu mengetuk pintu? Atau memang ia saja yang masuk tanpa seizin dari Reszha? Entahlah, Reszha tidak mau ambil pusing hal itu. Sekarang ia akan menidurkan Ocean terlebih dahulu, kemudian pergi ke tempat Nicho, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pria iblis itu lagi.

Setelah semua pekerjaannya selesai, Reszha dari kamarnya dan berjalan menuju kamar Nicho. Gadis itu membuka pintu kamar Nicho, melihat keadaan di dalamnya seperti apa, berantakan, sungguh sangat berantakan. Apakah Nicho memanggilnya untuk membereskan kamar ini? Karena tidak ada siapapun sekarang selain barang–barang yang berserakan di lantai. Karena tidak melihat keberadaan Nicho di dalam sana, Reszha masuk ke dalam kamarnya, dan menyalakan saklar lampu yang berada di tembok. "Ini tidak menyala." ucap Reszha, sembari terus menekan saklar lampu itu ke atas dan ke bawah, dan netranya tetap menatap sebuah bohlam yang berada di tengah langit–langit kamar. "Lampunya mati." mendengar suara Nicho, tubuh Reszha menegang secara mendadak, gadis itu berbalik untuk menemukan keberadaan sang paman.

"Kenapa disini sangat gelap?" tanya Reszha, ketika ia berhasil menemukan keberadaan Nicho. Pria itu hanya memasang smirknya, kemudian berdiri, dan perlahan berjalan ke arah Fareszha. Entah apa yang ingin Nicho lakukan sebenarnya, tapi yang pasti, Reszha harus selalu mawas diri akan bahaya yang mungkin terjadi. "Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu." ucapnya dingin, sembari terus memojokan Reszha ke tembok. Tanpa mau mendengar jawaban dari Reszha, Nicho kembali berucap. "Dimana Ema sekarang?" tanyanya dingin, membuat Reszha sedikit canggung dibuatnya. Ini... suasana macam apa ini? "Katakan padaku di mana Ema sekarang, Reszha." tegasnya lagi, namun Reszha tetap diam tidak bersuara. Gadis itu bukannya takut, ia hanya ingin tahu, seberapa pedulinya Nicho pada Ema, dan keadaan ini memang Reszha rencanakan, karena ia tahu, Nicho datang ke kamarnya malam itu.

"Aku sudah sabar menunggu sampai keadaanmu pulih, dan sekarang aku minta tolong padamu, katakan dimana Ema berada?" ucap Nicho lagi, semakin mendekat kearah Reszha. Gadis itu hargai, jika Nicho menahan untuk bertanya karena ia sedang sakit. Tapi maaf Nicho, tugas Reszha hanya memberitahu bahwa Ema masih hidup, tanpa harus menjelaskan dimana keberadaannya sekarang. "Aku tidak pernah menyuruhmu untuk menungguku sampai sembuh. Dan aku minta maaf, aku tidak bisa memberi tahu di mana keberadaan kak Ema sekarang." balas Reszha, dengan nada tenangnya yang mendominasi.

Mendengar jawaban dari Fareszha, amarah Nicho kembali memuncak. Pria itu sudah berusaha menahan amarahnya terhadap Reszha selama satu bulan ini, tapi sayangnya gadis itu selalu berhasil membuatnya marah! Apakah ia sengaja melakukan ini? Ia ingin Nicho mati dalam keadaan penarasan, huh? "Aku sudah baik padamu! Kenapa kau selalu berprilaku seperti ini? Hah?!" Reszha menundukkan kepalanya, saat Nicho berteriak, bersamaan dengan tangannya yang menutup pintu dengan keras. Ya tuhan, tolong lindungi Reszha dari iblis ini lagi, ia tidak mau hal buruk kembali menimpa dirinya. "Sekarang cepat katakan padaku! Dimana Ema berada?!" teriaknya, dan kali ini benar–benar membuat Reszha takut.

Nicho sudah tidak peduli dengan keadaan gadis itu sekarang. Yang terpenting baginya sekarang adalah, ia mengetahui keberadaan Ema, dan setelah Nicho mengetahuinya, mungkin ia akan menyingkirkan Reszha dari hidupnya, itu pasti! "Aku sudah mengatakan padamu paman! Aku tidak bisa memberi tahumu karena aku tidak tahu dimana keberadaan kak Ema sekarang!" balas Reszha, dengan kedua telapak tangan yang ia gunakan untuk menutup telinga. 'Bugh!' suara pukulan itu, berasal dari Nicho. Pria itu meninju tembok yang berada di tepat di samping Reszha, sembari ia kembali berteriak, "Bohong! Aku tahu! Aku tahu jika kau adalah seorang pembohong!" ucapnya lagi.

"Paman lepaskan aku!" pekik Reszha, ketika Nicho menarik tangan gadis itu dengan sangat keras. Mendengar Reszha memanggilnya dengan sebutan paman—lagi—membuat amarah Nicho kembali memuncak. Ia mendorong keras tubuh Fareszha ke sudut yang terdapat pajangan kayu jati, membuat gadis itu terbentur keras karenanya. "Aku sudah sering mengatakan padamu, jangan pernah panggil aku paman! Aku tidak sudi dipanggil paman oleh gadis rendahan seperti dirimu! Reszha!" ucapnya kasar, sembari mencengkeram keras rahang pipi Reszha.

Nicho menatap manik mata gadis itu dengan penuh amarah, kemudian ia melepaskan cengkeraman tangannya, dengan tenaga yang cukup kuat. Reszha merasakan sakit di keningnya, mungkin ini akibat dari benturan, membuat keningnya sedikit terasa nyeri. "Jika aku mendengarmu memanggilku dengan sebutan paman lagi, mungkin kau akan mendapatkan sesuatu yang lebih buruk dari ini! Dan aku minta, dalam dua hari ini kau harus menemukan keberadaan Ema!" tegas Nicho, sembari ia bangkit dari posisinya, dan melangkah kearah pintu kamar. Sial, Nicho tidak sadar jika melukai Reszha sekarang, karena tidak ada pencahayaan sedikitpun, Nicho tidak melihat jika kening Reszha mengeluarkan cairan merah akibat benturan yang ia timbulkan tadi.

Ingin sekali rasanya Reszha menangis, tapi ia harus menahannya. Sekarang, Reszha harus menahan diri untuk tidak melukai dirinya sendiri, atau melalukan hal gila lain. Walau ingin sekali rasanya ia menambah luka dijidatnya, tapi untuk sekarang Reszha harus menahan itu semua. Ada Ocean yang harus ia prioritaskan, dan ada Ema yang kehidupannya harus Reszha sembunyikan. "Tahan, ini hanya berlangsung selama dua bulan saja, Reszha. Setelah itu, kau bisa terbebas dari segala tekanan yang menyakiti dirimu, percayalah." ucap Reszha panjang, untuk untuk menyemangati dirinya sendiri.

Setelah mengatakan semua itu, Reszha bangkit dari posisinya, dan ia menyangga tubunya menggunakan sebelah tangan yang ia taruh ke meja. Hanya seperti ini saja Reszha sudah merasa lemas, dasar lemah, seharusnya ia lebih kuat lagi, dan tidak boleh terlarut dalam masalah yang entah sampai kapan akan selesai.

'Ceklek..'

Gadis itu membuka pintunya, dan alangkah terkejutnya ia ketika melihat beberapa maid berada tepat di depan pintu. Maid itu juga tak kalah terkejut, mereka mundur beberapa langkah saat melihat Reszha keluar dari kamar. Tenang saja, mereka tidak menguping keributan yang terjadi di dalam kamar ini. Mereka datang untuk membantu Reszha, dan mereka tidak tahu jika Reszha akan keluar dengan beberapa luka yang sedikit parah. "Kalian tidak perlu repot membantu ku." ucap Reszha, sembari melangkah meninggalkan para maid itu. Namun kali ini mereka tidak menyerah begitu saja, mereka ingin membuktikan, bahwa mereka semua bisa dipercaya. "Nona, izinkam kami menolong anda kali ini! Kami berjanji akan melakukan apapun untuk anda!" seru salah satunya, membuat Reszha memasang sedikit senyum. Kembali percaya pada orang lain? Mungkin itu tidak akan terjadi untuk beberapa hari ini. Tapi karena mereka bersungguh–sungguh, mungkin Reszha mau mengizinkan tiga maid itu untuk membantu dirinya.

"Masuk lah ke kamar, dan jangan buat keributan apapun." tutur Reszha, yang disambut anggukan antusias keduanya. Mereka ini usianya berapa? Hanya di izinkan masuk saja senangnya Luar biasa begitu. Ketika berada di dalam kamar, ketiga maid itu hanya berdiri dibelakang pintu, mereka menatap setiap inci sudut yang berada di dalam sini. Ya ampun, ada kursi disana, kenapa tidak duduk saja? "Aku akan mengambil kotak obat!" ujar salah satunya, namun ketika ia ingin melangkah keluar pintu, Reszha menahannya. "Aku memiliki kotak P3K pribadi." ucap Reszha, sembari menunjuk kearah tembok disebelah utara. Maid itu hanya tertawa kecil, ia berjalan kearah kotak obat itu, dan mengambilnya.

Dua diantara maid itu berjalan menuju tempat Reszha berdiri, memaksa gadis itu untuk duduk, dan perlahan melonggarkan hijab yang gadis itu gunakan. Reszha hanya bisa diam, jika para maid sudah melaksanakan perintahnya, ia tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikan mereka. "Tuan Nicho sudah sangat keterlalun, dia melukai mu di kening, dan ia tidak bertanggung jawab untuk itu." mendengar hal itu, Reszha hanya tersenyum miris. Entah ini yang paling parah, atau masih banyak lagi perbuatan buruk yang akan Nicho lakukan nantinya.

"Nona, kau harus memberontak. Tuan Nicho pasti akan mengerti posisi mu jika kau berkata jujur." ucap salah satu maid itu. Reszha menghela nafas panjang, kemudian ia membuka mulutnya seraya berkata.. "Dia tidak pernah mempercayai ucapanku. Mau sampai berbusa pun, pandangannya tentangku akan sama saja, tidak ada bedanya." balas Reszha, dengan sedikit senyuman yang ia selipkan. "Tapi Nona, seorang pria itu tahu, mana orang yang tulus, dan mana orang yang tidak tulus." timpal maid yang lain.

Mungkin benar apa yang mereka katakan, tapi itu semua tidak akan berlaku pada Reszha, atau bahkan cara pandang Nicho padanya. Karena pada dasarnya.. "Kalian tahu? Seseorang akan mengerti jika orang itu berharga ketika mereka pergi. Terkadang, manusia harus merasakan kehilangan terlebih dahulu, agar ia menyadari betapa berjasanya orang itu pada mereka."

~~~~~