Chereads / I Hate You, Because I Love You! / Chapter 32 - Thirty Two. A Planning

Chapter 32 - Thirty Two. A Planning

Hari ini, Reszha memiliki janji temu dengan Intan, dan dua temannya yang lain. Mereka berniat untuk menghabiskan waktu ke TMII, dan mencari wahana bermain yang seru setelahnya. Tapi, Reszha harus memikirkan cara untuk pergi terlebih dahulu, agar Nicho tidak menyadari jika ia akam keluar hari ini. Atau, Reszha akan menjadi anak yang baik agar mendapatkan izin dari sang paman. Walau Reszha tahu sangat sulit untuk dilakukan, tapi ia terlanjur berjanji pada Intan dan dua sahabatnya. "Ada apa dengan jidat mu?" tanya Nicho dingin, sembari mengambil semangkuk oatmeal dan buah yang sudah disediakan oleh maid disana. Reszha yang ditanya hanya menggeleng kecil, sembari menyusul apa yang Nicho lalukan. "Lain kali hati–hati ketika bekerja. Jangan melukai dirimu sendiri." ucap Nicho, seolah tidak tahu jika luka itu adalah hasil dari perbuatannya.

Salah satu maid yang berdiri disana mengerucutkan bibirnya, kemudian ia pergi sebelum Nicho menyadari jika ia meledeknya. Nama maid itu Elli, ia adalah salah satu maid yang merawat Reszha semalam. Reszha yang melihatnya hampir tertawa, tapi untungnya gadis itu bisa menahan tawanya di hadapan Nicho. "Ada sesuatu yang ingin kau katakan?" tanya Nicho lagi, dan Reszha tampak berpikir. Sekarang ini keadaannya benar–benar mencekam, apakah Reszha harus mengatakannya? Atau ia pergi saja secara diam–diam? Nicho menatap Reszha yang kebingungan, ia tahu gadis itu ingin mengatakan sesuatu, akan tetapi ia takut pada dirinya. Sembari merogoh sakunya, Nicho berucap.. "Jika kau membutuhkan sesuatu, ini uangnya. Kau boleh pergi, tapi tidak boleh pulang lebih dari jam 7 malam." ucap Nicho secara tiba–tiba. Namun, itu membuat senyum dibibir Reszha muncul, jarang sekali ia melihat Nicho yang membebaskannya untuk pergi seperti ini.

"Terimakasih, tuan." ujarnya, dengan senyum yang belum menghilang juga. Huh, semudah ini membuat Reszha bahagia? Ia bahagia karena uang? Atau karena kebebasan yang Nicho berikan? Dasar gadis rendahan. Pikir Nicho. "Harus berangkat kerja sekarang. Jangan berharap kau bisa melarikan diri karena aku membebaskan dirimu." ucap Nicho lagi, dan Reszha mengangguk paham. Sekarang Reszha mungkin menurut, tapi kau harus tahu Nicho, dalam beberapa bulan ke depan, sosok gadis rendahan mu ini akan pergi meninggalkan dirimu.

Reszha mengantarkan Nicho sampai ke depan pintu, setelah memastikan pria itu masuk ke dalam mobil, dan keluar dari halaman rumah, Reszha kembali masuk ke dalam, sembari ia bersorak senang di dalam sana. "Bagus Nona! Tuan muda memberi anda izin untuk pergi!" seru Lilla, sembari memegang telapak tangan Reszha. Mereka bertiga bersorak senang untik keberhasilan Reszha, dan mereka juga mendukung penuh Reszha untuk pergi dari rumah neraka ini. Tapi, ini rahasia, kalian tidak boleh memberitahu siapapun mengenai hal ini. "Aku akan merapihkan sebagian pakain, sesuai saran dari kalian!" ucap Reszha, yang langsung berlari ke lantai atas.

Semalam, Reszha memang mendapatkan ide untuk melarikan diri secara perlahan dari para maid. Mereka mengatakan, agar Reszha menyicil satu persatu pakaiannya untuk dititipkan pada salah satu sahabatnya. Tapi, bukan berarti Reszha melakukan hal yang sama persis, karena ia takut, dikemudian hari para maid itu akan membocorkan rahasia yang mereka buat sendiri karena terpaksa. Toh orang–orang tidak tahu bagaimana masa depan akan terjadi, daripada kecolongan, lebih baik Reszha mempersiapkannya dari sekarang. Dan sesuai rencana awal, kepergiannya dari mansion besar ini tidak boleh diketahui oleh siapapun. "Aku titip Ocean pada kalian bertiga, jika terjadi sesuatu, tolong segera beritahu aku!" pinta Reszha, pada ketiga maid itu. Ella Lilla, dan Creya mengangguk paham, mereka sedang membersihkan meja makan, dan Reszha masih sibuk bolak–balik kesana dan kemari, entah apa yang sebenarnya gadis itu cari sekarang.

"Kak, janji jangan bikin paman Nicho marah lagi, ya? Once gamau kakak kena imbasnya lagi." ucap anak itu, sembari membantu Reszha memasukan pakaiannya ke dalam ransel yang akan Reszha bawa main. Mendengar apa yang Ocean katakan, Reszha mengangguk kecil sembari tersenyum, tak lupa gadis mengusap pucuk rambut Ocean, agar membuatnya percaya, jika Reszha tidak akan melakukan apapun. "Kakak bakal pulang tepat waktu, kamu tenang ya!" balasnya, kemudian memasangkan ransel itu dipundaknya, dan berjalan pergi kearah pintu, meninggalkan Ocean yang masih terduduk diam si atas ranjang. Semoga saja, semua yang Reszha rencanakan berjalan dengan lancar. "Aku pergi, kalian jaga rumah dengan baik, ya!" setelah berada diambang pintu, Reszha berlari ke tangga yang menghubungkan rumah dengan halaman bawah. Ia menoleh sebentar ke atas, dan melihat Ocean yang melambaikan tangannya melalui kaca jendela besar.

Mungkin beberapa dari kalian bertanya, apa yang sebenarnya Reszha, kenapa gak di situ terus bolak–balik ke sana dan kemari? Jawabannya adalah, karena dia sedang memasangkan kamera–kamera kecil di setiap sudut rumah Nicho. Reszha lakukan hal ini bukan karena ia tidak percaya kepada para maid itu, ia hanya ingin berjaga–jaga siapa tahu beberapa jam kemudian akan ada masalah di rumah itu. Dan setidaknya mereka aman dibawah pengawasan Fareszha.

Sekarang, rencana awal gadis itu adalah pergi ke kosan yang ia sewa untuk beberapa bulan ke depan. Reszha tidak sepenuhnya mengikuti saran dari tiga maid itu, mereka menyuruh untuk menitipkan semua pakaian itu ke rumah temannya Reszha, akan tetapi Reszha lebih memilih untuk menyewa kosan sebagai tempat pelariannya. Mungkin yang terpikirkan di benak kalian adalah, Apakah Adrian, Ryuna, dan Intan tahu rencana Reszha yang satu ini? Jawabannya Alia Adrian lah yang tahu, karena untuk sekarang, orang yang paling bisa Reszha percaya hanyalah Kakak sepupunya. "Lo dimana sih Zha?!" beo Intan disebrang sana. Mendengar suara Intan yang sedikit keras, Reszha sekarang mengecilkan volume earphonenya. Padahal ini baru jam 8.30 pagi, tapi Intan sudah menelponnya. "Apa bisa sabar nggak sih? Lagian kan kita janji jam 10 pagi!" kesalnya, sembari menaruh pakaian yang ia bawa dengan cepat.

Untungnya Reszha tidak terjebak macet ketika dalam perjalanan ke kosan, jadi gadis itu bisa sampai tapi cepat kemari. "Emangnya lo dimana sih?" tangan Intan lagi, dan Reszha segera mematikan ponselnya. Intan yang kesal langsung mengumpati Reszha dari kejauhan, saudaranya yang satu ini memang sangat keterlaluan, dan kebiasaan buruknya selalu mematikan telepon di tengah pembicaraan. Ia tahu jika teleponin tidak terlalu penting, jangan dimatikan secara mendadak juga dong! "Sumpah ya, kalo Reszha bukan saudara kesayangan gue, mungkin untuk anak udah gue lempar ke kali Ciliwung. Gedek gue lama–lama." umpatnya panjang, dan hanya direspon ketawa keras oleh dua sahabatnya yang lain. Yah, tontonan mereka itu adalah, pertengkaran antara Reszha dan Intan yang selalu mengundang gelagak tawa.

Sedangkan di sisi lain, Reszha sibuk mencari bus yang akan membawanya ke tempat intan berada sekarang. Hampir semua bus yang ia berhenti kan itu penuh, belum lagi isinya orang–orang tidak jelas, yang terus menatap Reszha dengan tatapan horor. Orang seperti itu matanya wajib untuk dicolok bukan? Menyebalkan. "TMII pak?" tanya Reszha, san sopir itu mengangguk sebagai jawaban nya. Tanpa menunggu lama, Reszha langsung ke dalam bus, ia duduk di deretan kursi belakang bagian pojok, itu adalah tempat favoritnya di dalam bus kota. "Neng, pindah ke depan sini aja." mendengar perintah dari supir bus itu, Reszha menautkan kedua alisnya. Biasanya jika sopir bus sudah memerintahkan seperti itu, mungkin ada seseorang yang penting atau seseorang yang tidak boleh didekati yang akan duduk di tempatnya. Jadi, daripada membuat keributan, lebih baik Reszha menurut saja.

Dan ternyata, orang yang menempati tempat duduk itu adalah.. "Rico? Ngapain dia naik bus kota?" ujarnya kecil, sembari menyembunyikan diri agar Rico tidak melihatnya. Bukannya Reza ingin menutupi diri dari saudaranya sendiri, Tapi anak itu tidak ada bedanya dengan saudaranya yang lain, mereka sama–sama menatap rendah Fareszha, belum lagi ditambah dengan fakta jika mereka berdua akan dijodohkan. Dari pertemuan hari itu, sampai hari ini Reszha tidak mau menemui Rico, yang sangat malas jika diajak membahas tentang perjodohannya itu. "Pak, tolong jangan berhenti tepat di depan TMII ya. Kalau bisa 5 meter sebelum sampai ke sana Bapak udah berhenti." tutur Reszha, dan sopir itu kembali mengangguk sebagai jawabannya.

"Kalian itu bukannya saudara ya neng? Kok gamau saling sapa?" pernyataan dari Pak sopir membuat Reszha sedikit terlonjak kaget. Sopir ini tahu dari mana jika mereka berdua bersaudara? Makan Reszha sangat penutup yaitu entitas yang sebagai salah satu keturunan dari mereka. "Bapak Salah orang kali Pak, saya gak kenal dia siapa, ketemu aja baru sekarang." jawab Reszha berbohong, sembari menunjukkan tawanya yang hambar. Tapi Bapak itu tidak merespon Reszha lagi, hanya saja ia tersenyum ketika mendengar jawaban dari Reszha.

Ya ampun, kenapa gelagat supir ini sangat mencurigakan? Apakah ada orang yang menyebarkan identitas mengenai Reszha? Atau sopir ini merupakan salah satu saudaranya juga? Masa bodoh, Reszha tidak perduli tentang semua itu. "Sekarang udah sampai, sesuai permintaan neng geulis." ucap Bapak itu secara tiba–tiba, dan ketika Reszha lihat, ternyata bus ini sudah berhenti di tempat yang Reszha katakan. Hey, kenapa perjalannya terasa begitu cepat? "Makasih ya pak! Saya udah bayar ke mas yang tadi!" serunya, sembari turun dari bus.

Ketika Reszha turun dari bus, Iya berusaha sebisa mungkin untuk menghindari kontak langsung dengan Rico. Mungkin anak itu sadar Jika ia satu bus dengan Reszha, karena suara gadis itu ketika turun sangat terdengar jelas. Dan sekarang ketik aku sudah pergi, kerja memfokuskan seluruh pandangan yang untuk mencari keberadaan Intan dan dua sahabatnya. "Gue udah sampe." ucap Reszha, dan ketika ia ingin berbicara lagi, Inta menutup telfonnya. Sial, balas dendam macam apa ini? Akhirnya, Reszha merasakan apa yang Intan rasakan, dan orang lain rasakan ketika sambungan telfonya diputus. "Oke–oke, ini azab buat lo Zha." ucapnya, sembari memasukan ponsel, dan berjalan untuk mencari kebaradaan Intan.

~~~~