"Setidaknya kau mendengarkan penjelasan dariku!" teriak Reszha, ketika Nicho menarik tangan gadis itu dengan paksa. Mendengar apa yang Reszha katakan, Nicho menghentikan langkahnya, kemudian ia berbalik, dan berkata. "Penjelasan? Apalagi yang ingin kau jelaskan hah?! Bukankah semua ini sudah jelas? Kau pergi bersama seorang pria yang baru kau temui kemarin?!" balas Nicho, dengan suara yang tak kalah tinggi. Sial, seharusnya Reszha tahu keberadaan pria itu hanyalah jebakan semata. Dan lagi kenapa ia bisa lengah? Sehingga anak buah Maura bisa memotretnya dengan leluasa! Sekarang, mungkin Nicho tidak akan pernah mempercayai Reszha lagi, apalagi ditambah dengan Fakta jika Maura akan tinggal di rumah ini bersama mereka.
"Jika kau berani keluar atau kabur dari rumah ini, jangan harap aku akan melepaskanmu ketika aku menemukan dirimu! Kau camkan itu Reszha!" ucap Nicho, dan pria itu kembali menarik paksa lengan Fareszha. Di belakang sana, Maura dengan perasaan Senangnya tertawa puas melihat Reszha menderita. Setelah semua ini, Nicho akan lebih mempercayai dirinya, dan memberikan perhatian yang banyak untuknya. "Hey kau! Jangan berpikir jika kau bisa berkuasa di dalam rumah ini! Karena kami tidak akan membiarkanmu menyakiti Nona Fareszha!" ancam Ella, sembari menarik bahu Maura dengan kasar.
Cih, rupanya gadis rendahan itu memiliki bala bantuan di sini, tapi mereka hanya penghalang kecil bagi Maura, karena orang akan tetap bisa membuat Reszha menderita. "Jika kalian masih menginginkan pekerjaan kalian, pergi dan jangan pernah ganggu aku!" ucapnya, balik mengancam Ella. Maura salah jika berpikir ketiga maid ini akan takut padanya, nyatanya, mereka sudah memiliki rencana untuk menyingkirkan Maura dari rumah ini. "Kau lihat saja siapa yang akan diusir dari rumah ini!" timpal Creya, sembari menarik kedua rekannya untuk pergi, dan membantu Reszha. Ah, mereka hampir melupakan si pangeran kecil Ocean.
'Prang!'
Ketika ketiganya ingin menemui Ocean, suara barang yang jatuh itu lebih menarik perhatian mereka semua. Apa yang Nicho lakukan pada Reszha sekarang? Apakah tidak cukup ia memarahi gadis itu dengan suara yang lantang?! "Paman aku mohon! Jangan kunci aku disini! Dan tolong percaya padaku kali ini saja!" pinta Reszha, dengan suaranya yang sudah parau. Ah, gadis itu membuat satu kesalahan lagi. Dia melupakan peraturannya. "Aku tidak mau mempercayai gadis rendahan seperti mu Reszha! Semurahan itukah kau? Sampai mau diajak jalan dengan pria yang baru kau kenal?! Sekali lagi aku tanyakan padamu Reszha! Apakah uang yang kuberikan padamu tidak cukup hah?!" balas Nicho, diiringi dengan suara pukulan di tembok. Sial, kedua orang ini sama–sama melukai dirinya sendiri.
"Dan satu hal lagi! Aku sudah sering mengingatkanmu untuk tidak memanggilku paman! Kau tuli?!" lanjutnya, dan membuat Reszha semakin terpojok. Waw, sebenci itukah Nicho pada Reszha? Dan apakah Reszha benar–benar dipandang rendah oleh pria ini? Apakah ia tidak tahu? Jika orang yang ia percayai sekarang ini lebih rendah dari seorang wanita malam yang menjual selangkang*n? Hm? "Terserah kau mau berpikir apa tentangku! Tapi aku harap kau tidak pernah menyesal mengambil keputusan ini!" setelah mendengar apa yang Reszha katakan, Nicho membanting pintu gudangnya, dan mengunci pintu itu dari luar. Persetan dengan penyesalan! Nicho hanya ingin Reszha menderita di dalam sana sekarang!
Ketika Nicho berbalik, ia melihat tiga maidnya dengan tatapan tajam, seolah memperingatkan mereka untuk diam, dan jangan ikut campur masalahnya dengan Reszha. "Apa yang kalian lihat?! Pergi dan bereskan semua pekerjaan rumah!" titah Nicho, dan ketiganya langsung pergi tanpa banyak bicara. Jika mereka tidak butuh pekerjaan ini, mungkin mereka akan melawan Nicho, dan mengundurkan diri secara mandiri. "Reszha, lihat saja ke depannya akan seperti apa. Jangan pernah berpikir jika aku akan membuat hidup mu mudah." ucap Maura, dibalik tembok yang menghubungkan antara lorong gudang dengan lorong kamar maid. Ah, kasihan sekali bukan gadis itu?
"Apa yang sedang kau lalukan disini?" suara itu membuat Maura terkejut, pasalnya, Nicho sekarang sudah berada di belakangnya. Tapi tenang, Maura punya banyak alasan untuk menjawab pertanyaan dari Nicho sekarang. "Aku hanya ingin tahu keadaan adikku. Seberapa buruknya Reszha, ia tetap adikku." jawabnya, dan Nicho hanya membalasnya dengan anggukan.
Sekarang, yang mungkin harus Maura lakukan adalah menarik perhatian Nicho, membuat pria itu jatuh cinta padanya, dan melupakan Ema untuk selama–selamanya. Asal kalian tahu, kecelakaan itu bukanlah murni sebuah kecelakaan, tapi itu adalah sebuah sabotase. Kalian akan tahu pelakunya nanti, dan ketika hari itu tiba, Nicho mungkin akan menyadari sesuatu, tentang seberapa berharganya Reszha dalam hidup pria itu. "Kak Nicho... bukan kah kau bilang ingin mendengar kejadian yang sesungguhnya dariku?" tanya Maura, sembari memberikan segelas wine pada Maura. Nicho hanya menatapnya dengan datar, ia memang ingin mengetahui hal yang sebenarnya terjadi, tapi itu dari mulut Ema, bukan dari mulut orang lain. "Nanti saja, aku sedang dal mood yang kurang baik." ucap Nicho, dengan tangan yang mendorong gelas wine itu.
Ada sedikit kekecewaan di wajah Maura, bukan respon seperti ini yang ia inginkan. Ternyata memang sangat sulit membuat seorang Nicho meliriknya, atau apakah ia harus menjadi Reszha? Agar bisa terus ditatap walau dengan tatapan penuh kebencian? Tidak, Maura tidak boleh malakukan hal itu, ia harus memberikan kesan dan pelayanan yang berbeda pada Nicho. "Karena kau sudah mau menampungku, apa yang harus aku lakukan sebagai imbaa—" belum selesai Maura bicara, adik kecilnya yang menggemaskan datang dengan mata yang sembab. Ocean menangis. "Sial! Anak itu sungguh sangat menggangu!" batin Maura kesal, kemudian beralih menatap Nicho yang masih duduk tenang dikursi.
"Ada apa?" tanya Nicho datar, sembari bangkit dari duduknya. Ocean tidak menjawab pertanyaan Nicho, anak itu beralih menggapai telapak tangan Nicho, dan menuntun Nicho untuk mengikuti dirinya. Haish, jika ia bertanggung jawab untuk hidup Reszha, maka dirinya hanya harus bertanggung jawab atas Ocean juga, kecuali Maura, karena gadis itu sudah bukan anak dibawah umur lagi. "Suuttt" ujar Ocean, sembari menaruh jari telunjuknya di bibir. Untuk apa anak ini membawa Nicho ke gudang? Ia ingin Nicho membukakan pintunya? Atau mengirimkan makanan untuk Reszha? Huh, jangan harap! "Paman harus dengarkan dengan teliti!" bisik Ocean. Dengar apa? Apakah Reszha sedang bermain dengan seekor tikus di dalam sana? Atau ada hal lain yang terjadi di dalam sana?
Dengan bodohnya, Nicho menuruti perintah seorang Ocean. Ia menempelkan telinganya ke dinding gudang, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam gudang. Yang ia dengar suara isakkan kecil, jangan katakan gadis itu menangis sekarang? Apakah ia selemah itu sampai harus menangis? Padahalkan Nicho hanya menguncinya di dalam gudang yang gelap. Tunggu dulu, gudang yang gelap? "Sial! Aku lupa jika Reszha memiliki trauma akan kegelapan!" batinya, dan dengan cepat ia merogoh sakunya untuk mengambil kunci gudang. Namun ketika Nicho ingin membuka pintunya, suara isakan itu terdengar lebih jelas, dan diiringi dengan... "Kak Ema, gue mohon lo cepet sembuh kak. Gue udah cape hidup kayak gini, gue udah gak sanggup bertahan kak! Walau gue tau ini salah gue, tapi menanggung kebencian semua orang? Lo pikir itu mudah? Selama lima tahun ini gue nanggung itu sendirian! Dan sekarang? Berhakkan buat gue bilang kalo gue benci lo sama kak Maura?" keluhnya panjang, dan itu membuat hati Nicho sedikit terenyuh. Namun ia tetap saja tidak akan memaafkan Reszha, gadis itu sudah menyembunyikan keberadaan Ema, dan membuatnya merasa malu karena Reszha sudah berani kencan dengan seorang pria yang baru saja ia kenal! Itu sungguh membuat citra Nicho sebagai walinya Fareszha buruk, pasalnya Nicho itu orang terpandang, tapi Reszha? Ah, entahlah!
"Kau ingin aku melepaskan kakak mu?" tanya Nicho datar, dan Ocean mengangguk polos. Melihat jawaban dari anak lelaki itu, Nicho membungkukan tubuhnya sembari berkata.. "Jangan harap aku akan melakukannya. Ini hukuman kecil untuk kakak mu, jadi lebih baik sekarang kau pergi ke kamar!" lanjutnya, membuat wajah Ocean semakin kusut. Nicho tidak mau membuat anak itu sedih, tapi ini yang harus ia lakukan, bersikap tegas pada keduanya. Dan ke depannya, Nicho harus menggagalkan rencana Reszha untuk pergi ke Australia.
Lain halnya dengan Fareszha, di dalam gudang ini ia bisa mendengar percakapan Nicho, yang bisa ia tebak sedang berbicara dengan Ocean. Padahal ini hanya kesalah pahaman, pria yang berada difoto itu menabrak Reszha, dan ia membantu Reszha untuk memunguti makanannya yang jatuh. Yah, walau memang ada adegan pegangan tangan, tapi itu bukan sengaja, Reszha saja tidak menyadari jika dirinya bersentuhan dengan Imam musholla itu. Ia bahkan tadi sempat tidak mengenalinya, jika saja Reszha tahu dia adalah satu anak buah Maura, mungkin sedari awal Reszha akan menjauhinya. "Tuan? Kau di luar sana?" lirihnya, namun tidak ada siapapun yang menjawab. Reszha sedikit mengerucutkan bibirnya, Nicho datang kemari bukan untuk melepaskan dirinya.
Benar. Nicho masih berada di luar gudang, hanya saja ia enggan untuk menjawab pertanyaan dari Reszha. Kenapa pria itu malah memilih untuk berdiam diri di depan pintu gudang, bukannya kembali ke kamarnya mengerjakan semua pekerjaannya yang belum selesai. Mungkin moodnya sedikit buruk ketika Maura datang kemari, dengan membawa informasi buruk tentang Reszha. Dan entah kenapa, Nicho merasa dirinya sangat sensitif jika mendengar Reszha berbicara atau dekat dengan pria lain. "Mau sampai kapan sih dia ngurung gue?!" kesal Reszha, sembari meninju pintu gudangnya. Ah sial! Nicho berada tepat dibelakangnya! "Ternyata, mendengarkan gadis ini mengumpat seru juga..." batin Nicho, dengan sedikit senyum tipis yang ia tunjukkan.
Entah mau sampai kapan Nicho mengurung Reszha, mungkin sampai kepala maid yang beberapa hari ini menghilang datang untuk memberikan kesaksian? Atau mungkin sampai ia puas melakukannya pada Reszha? "KAK NICHO! KELUAR LO!" suara teriakkan siapa itu? Kenapa rasanya sedikit familiar ditelinga Nicho? "RUMAH SEGEDE GINI GAK ADA ORANGNYA YA? GUE BAKAR ENAK KAYAKNYA!" ah, ia ingat sekarang siapa orang pemilik suara ini.
~~~~