Pagi ini Nicho sedang bersiap untuk pergi ke kantor, tak lupa ia mengecek keadaan Reszha san Ocean terlebih dahulu, pria itu tidak ingin keduanya hilang begitu saja. "Supir akan mengantar mu, jangan mencoba untuk kabur." ucap Nicho datar, sembari kembali melangkah pergi. Melihat sikap Nicho yang kembali berubah, Reszha hanya tersenyum kecut, bagaimana bisa ia berharap jika Nicho akan berhenti membenci dirinya? Itu hanya mimpi. Toh sekarang Reszha tidak peduli, ia saja akan pergi ke Australia setelah masa SMP–nya berakhir. "Nona, apakah anda ingin membawa bekal ke sekolah?" tanya kepala Maid itu, dan Reszha menggeleng kecil. "Bawakan saja tempatnya." ucap Reszha kemudian, yang langsung diangguki oleh kepala Maid. Akhirnya, setelah beberapa hari Reszha berada di rumah ini, ia mau bicara pada kepala Maid, biasanya gadis ini menutup diri. Saat Reszha hendak mengambil beberapa makanan untuk ia bawa, Nicho menghampirinya, dan memberikan sejumlah uang pada Reszha, dengan dalih... "Ku harap uang ini cukup untuk dirimu, agar kay tidak menjual dirimu lagi." sial, apakah Nicho tidak tahu waktu untuk mencela orang lain? Reszha menghela nafas kecil, sembari kembali mendorong uang itu kearah Nicho. Memangnya Reszha itu apa? Seenaknya bisa kau hina–hina seperti itu?
"Maaf tuan, tapi aku punya uangku sendiri." balas Reszha, dengan tatapannya yang menunduk. Nicho hanya tersenyum kecut, ia tahu jika uang yang Reszha miliki itu tidak seberapa, gadis itu hanya jual mahal saja, sebenarnya ia butuh uang itu. "Aku lupa, kau tidak pantas untuk mendapatkan uang ini, Reszha." baiklah, Nicho sudah keterlaluan sekarang, tapi Reszha punya kekuatan apa untuk melawan? Sekali pukul saja ia kalah. Belum lagi Nicho mengatakan hal ini di depan semua maidnya, bagaimana jika mereka berpikir bahwa Reszha benar–benar seorang wanita malam? Wanita malam yang menutupi kebusukannya dengan hijab. "Aku... Aku pergi dulu!" serunya, sembari mengambil tas dan bekal yang sudah Reszha siapkan. Melihat hal itu, Nicho hanya tersenyum kecil, sembari ia mengambil kembali uangnya, puas sekali rasanya melihat Reszha hampir menangis seperti itu. "Aku pikir kau sudah keterlaluan kali ini." ucap kepala Maid itu, sembari membereskan makanan yang ada di meja. Tidak, sebenarnya ini lebih baik daripada ucapan–ucapan kotor yang dulu Nicho lontarkan pada Reszha. "Jangan begitu Ric, kau harus coba untuk menjatuhkan mental seseorang." balasnya, tanpa rasa bersalah sedikitpun. Oh my god, kenapa kau harus menciptakan manusia sejenis Nicho? "Jika kau membencinya, kenapa kau mau menampungnya? Aku curiga jika kau jatuh cinta pada gadis itu."
Mencintai Reszha? Mimpi saja jika Nicho ingin melakukannya. "Jangan banyak bicara, lakukan pekerjaan mu Richard!" kesal Nicho, setelahnya pria itu berjalan kearah pintu, ia akan pergi ke kantor dengan suasana hati yang buruk sekarang. Kalian sudah diperingati, jika Nicho tidak akan pernah menaruh rasa iba lagi pada Reszha, apalagi jatuh cinta pada gadis pembawa sial itu, tidak akan pernah! "Aku harus membuatnya menderita kembali, agar ia tidak semakin seenaknya disini. Dan merubah semua sudut pandang orang–orang mengenai diriku." lirihnya, dengan pandangan yang terus menatap kearah jalanan sana. Nicho sadar, jika beberapa hari ini ia terlalu baik pada Reszha, dan sikap orang–orang yang tadinya segan pada Nicho pun mulai hilang karena Fareszha. Asal kalian tahu, Nicho tidak mau hal itu terjadi, ia ingin jika orang–orang takut dan segan padanya, dan ia tidak mau ada orang yang berani melawan dirinya, atau bahkan mencoba mencampuri urusannya. "Tidak bisakah kau lebih cepat? Laju mobil ini sudah seperti keong saja!" kesalnya, sembari memukul punggung kursi pengemudi itu. Apakah supirnya terkejut? Kena mental. Bertahun–tahun ia kerja pada Nicho, baru kali ini pria itu memarahi dan membentaknya, seolah ia ingin meluapkan amarahnya pada supir itu. Daripada Nicho mengamuk, lebih baik sekarang ia menambahkan kecepatan mobilnya, tidak peduli banyak orang yang keberatan juga di luar sana.
****
Sekarang, jarun jam sudah mengarah ke angka 2 siang, wakru orang–orang kembali bekerja setelah istirahat makan siang. "Tuan, ada berkas yang harus anda tanda tangani." ucap sekertaris, memecahkan lamunan Nicho. Pria itu memasang wajah bertanyanya, seolah ia meminta agar sekertaris itu mengulangi lagi ucapannya. "Ada berkas yang harus anda tanda tangani, Tuan." katanya lagi, dan Nicho membalasnya dengan anggukan. Pria itu kemudia mengambil pulpen yang ada di tempatnya, dan mulai membuka lembaran demi lembaran berkas itu. "Ada kesalahan disini, kenapa kau tidak mengeceknya terlebih dahulu?" tanya Nicho, sembari menunjukan sebuah paragraf yang memiliki kesalahan fatal. Sekretaris itu kembali mengambil berkasnya, oh shit! Berkas ini bukan berkas yang harus Nicho tanda tangani! "Ini... Ini berkas pengalihan tanah Tuan, ada seseorang yang menukar berkasnya!" ucapnya lagi, dan tentunya hal itu membuat Nicho marah, sangat marah! Siapa yang berani menipu dirinya? Baru selesai satu masalah, sekarang sudah datang masalah baru, dan itu pasti karena Reszha! Pikirnya.
"Cari tahu siapa yang menukar berkas itu, jangan biarkan mereka lepas!" tegas Nicho, membuat sekertarianya pamit untuk keluar, agar bisa mendiskusikan tentang hal ini dengan rekan–rekannya. Setelah ini, Nicho harus lebih berhati–hati, ia tidak boleh mudah percaya dan terlalu baik pada orang lain sekarang. "Apakah gadis sialan itu sudah pulang?" tanya Nicho melalui telfon. Anehnya, tidak ada seseorang yang menjawab, hanya ada hembusan nafas seseorang disana, siapa ini? Kenapa nafasnya begitu berat? "Tenang saja, kau tidak akan pernah melihatnya lagi.." setelah itu, telfonnya terutup, dan perasaan Nicho semakin berkecamuk sekarang. Apa yang terjadi? Kenapa tidak ada orang rumah yang menelfon dirinya?! "Kenapa aku tidak sadar jika gadis itu menelfon sebanyak ini?!" umpatnya, sembari bangkit dari duduknya, dan bergegas kearah pintu, sekarang Nicho kembali khawatir pada Fareszha! Pria ini memang seorang yang labil!
Tapi... Jika terjadi sesuatu di rumah, harusnya Richard dan para maid lain menelfon, apalagi ia menelfon ke telepon rumah, yang letaknya berada ditengah rumah. Mustahil sekali jika tidak ada orang melihat hal ini, bahkan sampai tidak tahu jika Reszha salam masalah, atau setidaknya, jika masalah itu ada di rumah, semua orang yag ada disana juga harus terkena imbasnya. "Ardian, apa kau tahu dimana Reszha berada sekarang?!" Ardian yang mendengar teriakkan Nicho disebrang sana, segera menjauhkan ponselnya dari telinga, ada apa dengan pria ini? Secara tiba–tiba ia menelfon dengan nada yang panik. "Reszha itu tinggal dengan mu, kenapa kau bertanya pada ku bodoh?" balas Ardian, sembari mengambil jasnya, ia tahu jika ada sesuatu yang tidak beres disini. "Aku akan menyusul dirimu, cari Reszha bersama–sama!"
~~~~~