Nicho mendapat kabar dari Ardian, jika ia menemukan keberadaan Reszha sekarang. Gadis itu terdeteksi sedang berada disebuah hotel, dan ia berada disana sekitar 15 menitan. Bukan Nicho ingin suudzon, tapi kali ini apa yang gadis itu lakukan? Sampai ia berada di hotel peninggalan milik Ayahnya sendiri? "Kamar berapa yang gadis itu sewa?!" tanya Nicho, dengab nada bicara yang sedikit tinggi, pada seorang resepsionis yang ada disana. Resepsionis yang tidak mengerti maksud dari pertanyaan Nicho, kemudian balik bertanya. "Gadis? Gadis mama yang anda maksud tuan? Ada banyak gadis yang datang kemari." jawabnya, dengan nada rendah, agar tidak memancing keributan lebih lagi. Mendengar penuturan resepsionis itu, Nicho kemudian kembali berucap. "Gadis yang datang lima belas menit lalu." tegasnya, dan resepsionis itu nampak tertegun. Mungkin yang Nicho maksud adalah dua gadis yang ditarik paksa untuk masuk ke dalam hotel ini? Tapi, apapun yang terjadi, resepsionis itu tidak bisa membocorkan privasi tamunya.
Lama melihat resepsionis itu diam, Nicho menarik kerah bajunya, dan menunjukkan kepalan tangannya pada pria itu. Ia sedang mengancam tanpa berbicara sedikit pun. Mata Nicho yang murak memerah, membuat resepsionisnya takut, dan memberikan kunci kamar hotel itu pada Nicho. Daripada wajahnya rusak? Lebih baik ia dipecat, toh kasihan juga Reszha dan Intan, mereka dipaksa sembari menangis untuk masuk ke dalam hotel ini. "Kamar 209, Ardian, cepat datang kemari!" ucap Nicho kecil, melalui iPod yang berteger rapih di telinganya. Dari dalam sana, Nicho bisa mendengar suara teriakan seseorang, dan Nicho tahu, Reszha melalukannya karena ia tau jika Nicho berada disini sekarang. "Apa yang kau tunggu brengsek?! Kau menunggu kesucian Reszha hilang?!" kesal Ardian, sembari memukul kepala Nicho, membuat pria itu tersadar dari lamunannya. Kesucian? Ardian ini bodoh atau Bagaimana? Jelas–jelas Reszha menjual dirinya sendiri. "Jika kau tidak mau menolongnya, jangan halangi aku, Nicho." tukas Ardian, sembari ia memegang knock pintunya, dan berdoa agar tuhan mau mempermudah jalannya kali ini.
Sedangkan di dalam sana, Mikr dengan seringai jahanta mulai membuka satu persatu kancing baju yang mulanya menutup tubuhnya. Ia berjalan maju, sedangkan Reszha yang di ikat tangan serta kakinya bergerak mundur, mencari celah untuk menjauhi Mike yang kehilangan kewarasannya. "Kalian memangnya tidak mau bermain dengan gadis ini? Aku mengundang kalian untuk mencobanya juga." tuturnya, dengan rendah, sembari menatap Reszha dengan penuh nafsu. Beberapa pria di dalam sini belum kehilangan kewarasannya, mereka bahkan jika bisa ingin menolong Reszha dan Intan, dua gadis malang yang jadi korban kebusukan Mike kali ini. "Tidak etis jika ia masih menggunakan hijabnya.." ucap salah satunya, membuat gelengan kepala Reszha semakin kuat. Asal kalian tahu, sebelum Mike membawa Reszha dan Intan kemari, ia terlebih dahulu menyiksa gadis itu, dengan cara dibanjur wine, alkohol, bahkan sampai dipukul dengan benda tumpul dibagian punggung, but, Intan hanya menyaksikan saja, karena itu tujuan awal Mike. "Lepas saja hijabnya, dia akan menjadi bahan pemuas nafsu kita sekarang.." balas Mike, masih dengan smirknya yang jahat.
Satu orang pria perlahan maju mendekati Reszha, ia merelaksasi tubuhnya, sembari tangannya berusaha untuk menggapai hijab yang Reszha gunakan. Tolong, jangan lepas satu–satunya hal yang menjadi identitas Reszha! "Tapi, bermain dengan gadis yang masih menggunakan hijab tidak ada salahnya, Bos." timpalnya, dengan lidah yang ia julurkan, sembari menjilat sedikit bibirnya. Baji*ngan! Dan sekarang, tangan pria itu mulai mengelus lembut pipi Reszha, memainkan bibir gadis itu dengan jarinya, hingga pada saat ia ingin menempelkan bibirnya dengan bibir Reszha, satu lemparan botol mendarat tepat di kepalanya. Intan, gadis itu yang melemparkan botol berisi wine. "Jangan coba sentuh Reszha lebih jauh lagi, kalo lo masih mau punya kepala." ancam Intan, membuat Nicho dan empat temannya tertawa. Hey, apa yang lucu? Apakah seorang gadis yang memegang pistol dan belati itu sebuah hal yang lucu? "Tidak perlu hiraukan dia, jika kau mau, lecehkan juga gadis itu." katanya, membuat Intan semakin marah! Dasar kakak tidak tahu diri! Jika bukan karena Intan yang masih menutup mulut mengenai semua perlakuannya pada Reszha selama ini, mungkin ia akan berada di dalam penjara sekarang!
"Cukup! Tolong jangan lalukan ini lagi!" teriak Reszha, dengan tangannya yang mulai bergemetar. Namun, bukannya mendengar Reszha, pria itu malah semakin menjadi, dan kali ini ia menyerahkan Reszha untuk diambil alih oleh Mike. Tuhan tolong, tolong Reszha sekarang. 'Bugh!' "SUDAH AKU BILANG INTAN! JANGAN IKUT CAMPUR! LIHAT DAN NIKMATI SAJA!" kali ini, Mike yang berteriak setelah ia mendorong Intan sampai terpental sejauh lima meter, saat ia sadar jika Intan berusaha menusuknya dari belakang. "Kalian! Apakah aku membayar kalian untuk membiarkan gadis itu lepas?! Tahan dia!" kesalnya, sembari menunjuk kearah Intan yang kini sedang berusaha bangkit. Alih–alih menahan Intan, pria yang Mike bayar itu menghampiri pintu kamar hotelnya, dan melihat jika knocknya terus bergerak ke atas dan ke bawah. "Buka saja pintu itu, kepala nona ini terbentur dengan keras, kepalanya terluka." ucap salah satunya. Sembari ia menolong Intan, dan memikirkan recana untuk membantu Reszha juga.
"Mi–mike... please don't do this to me... please let me go.." lirih Reszha, dengan nada suara yang semakin bergemetar. Dalam hatinya, jujur saja jika Reszha sangat ingin melawan, tapi tubuhnya tidak mau bekerjasama, tubuh Reszha seakan mati dan tidak bisa melakukan apapun saat ini. "Apakah kau ingat? Dulu apa yang maura katakan? Dia mengatakan hal yang sama persis seperti yang kau katakan sekarang, baby.." balasnya, dengan tangan yang bersiap untuk melepas hijab yang Reszha gunakan. Mike, cukup Maura saja, dan jangan buat Maura yang kedua dalam dunia ini! "Kumohon lepas!" teriak Reszha lagi, sembari terus menggelengkan kepalanya keras, dan memukul Mike dengan kedua tangannya yang terikat. Mike tidak mendengarkan, ia terus berusaha untuk menjamah bibir Reszha, namun gadis terus berontak. Dan kalian tahu sekarang? Rambut Reszha berantakan, terurai kesana dan kemari, dengan warna rambut coklatnya yang mencolok. And in the other side, ada Nicho dan Ardian yang baru saja masuk ke dalam kamar ini. Damn it! Mereka berdua terlambat untuk meloloskan Reszha dari permainan Mike!
'Bugh! Dugh! Dagh!'
Tanpa basa–basi, Ardian menarik kerah baju Mike, meninju perutnya, menendangnya, kemudian pria itu memukul wajahnya sekaligus. Sudah berkali–kali ia ingatkan, ahar jangan mencari masalah Dengan Reszha, tapi kalian lihat apa yang ia lakukan? Malah semakin tertarik untuk mencari masalah dengan Reszha! "Kalian urus sisanya!" tegas Nicho, pada beberapa orang yang memang Ardian bayar untuk mencari fan memantau Reszha. And then, sekarang Nicho melangkah mendekati Reszha, gadis itu terduduk lemas dipojok tembok, sembari menelungkupkan badanya, dan menutup wajahnya menggunakan tangannya. Kalian tahu apa yang akan Nicho lakukan sekarang?
'Plak!'
Semua orang yang berada di dalam sini terdiam, kemudian mereka menatap kearah Nicho, kalian tidak salah jika mengira pria itu menampar Reszha, karena itu adalah kenyataannya. Kini, Reszha menatap Nicho dengan tatapan tidak percayanya, air mata gadis itu kembali menetes, sembari kembali memundurkan tubuhnya walaupun ia tahu jika itu sudah mentok. "Bi*ch! Mereka tidak akan melakukan ini jika kau tidak menggodanya!" teriak Nicho, denga tangan yang hendak melayangkan tamparan lagi pada Reszha. Gadis itu spontan menundukkan kepalanya, dan memejamkan matanya, namun yang ia dengar adalah suara tembok, suara tembok yang terkena pukulan. "Sudah berapa kali aku bilang Reszha?! Jika uang mu tidak cukup, datang padaku! Tidak perlu menjual diri seperti ini!" lanjutnya lagi, dan itu juga membuat Reszha benar–benat sesak. Apakah serendah itu Reszha dimata Nicho? Apa benar–benar tidak ada belas kasih dalam hati pria itu untuknya? "Menjual diri? Kau pikir aku ini apa? Gadis malam yang rela tubunya disentuh hanya demi uang? Iya?!" balas Reszha, tak kalah berteriak.
Mendengar balasan Reszha, Nicho terdiam, kemudian pria itu beralih menatap wajah Reszha yang penuh luka, ditambah dengan darah yang keluar dari sudut bibir gadis itu, pasti karena tamparannya tadi. Dan, Nicho baru menyadari, jika baju Reszha sebagian koyak, ada luka seperti bekas luka cambukan dan sayatan di tangan Reszha, begitupun dengan kakinya. Darah menempel pada setiap inchi kain pakaian Reszha, dan hijabnya yang kini mengikat leher gadis itu. "Paman? Apakah kau tidak tahu jika Reszha berusaha untuk menyelamatkan dirinya?! Apakah kau tahu bagaimana cara Reszha untuk bertahan agar terus terjaga walau ia sudah tidak kuat lagi? Apakah kau tahu?! Jawab aku!" teriak Intan panjang, sembari berusaha berlari kearah Reszha, namun beberapa pria tadi menahan Intan, karena luka di kepalanya. "Reszha itu korban disini! Pria itu berusaha membuat Reszha berada di posisi Maura dulu!" lanjutnya lagi, kemudian, Intan menangis, karena ia menyesal tidak bisa berbuat apapun untuk membantu Reszha, bahkan jika boleh, Intan ingin bertukar posisi dengan Reszha sekarang.
"Nicho.. aku salah karena berpikir jika kau sudah berubah. Nyatanya kau masih membenci Reszha, dan aku yakin kau akan menyadari kesalahan mu ketika Reszha pergi nanti!" lirih Ardian, masih setia dengan tangan yang memegang kerah baju Mike. Kini, giliran tubuh Nicho yang bergetar, ia sudah membuat kesalahan lagi, dan caranya untuk melindungi Reszha selama ini salah. "Zha... tolong maafkan ak–Fareszha!" Ketika Nicho ingin mengucapkan maaf, dan saat itu juga tubuh Reszha sudah tidak mampu untuk bertahan lagi. "Cepat siapkan mobil!"
~~~~~