Setelah melihat cowok itu pergi dari tokonya, Lian pun segera mendaratkan ekspresi wajah datar. Sementara mamanya, malah asyik mengamati punggung cowok tadi sembari tersenyum-senyum tidak jelas.
"Sepertinya dia lebih tua dari kamu, Lian. Ah seandainya dia belum punya pacar. Mama ikhlas sekali kalau kamu dilamar sama dia hahaha!" ceplos Mama Lian.
"Apaan sih, Ma! Cowok tadi rese tau! Kalau aja Mama gak bawain berlian ini ke sini tadi, ah pasti Lian udah habis dimakan mentah-mentah sama cowok rese itu!" pekik Lian. Sementara Mama Lian, kini meneloyor dahi anak gadisnya itu tanpa kelembutan.
"Makanya lain kali, kalau mau jualan, disiapin yang bener!" nasihat Mama.
"Mana tadi pas buang sampah, Mama gak sengaja lihat berlian lagi. Kamu ini, dasar gak sayang uang, berlian bagus-bagus malah dibuang di keranjang sampah!" keluh Mama.
"Bentar, maksud Mama, Mama mungut berlian yang ada di keranjang sampah itu? Terus di mana sekarang, Ma, berliannya?" tanya Lian panik.
"Udah Mama cuci dan Mama satuin sama berlian lain. Kayaknya sih, yang Mama ambil dan Mama kasih ke cowok tadi deh, soalnya berliannya kerasa lebih basah dan adem gitu ketimbang berlian lain," cetus Mama Lian. Sontak saja, Lian pun langsung membelalakkan matanya lebar-lebar.
"Ah, Mama! Kenapa pakai dicampur sih! Berlian itu tuh petaka, Ma! Aku salah numpahin ramuan di sana!" keluh Lian sembari menepuk dahinya.
"Maksud kamu?" tanya Mama Lian tidak mengerti.
"Berlian yang tadi Mama temuin di keranjang sampah, itu memiliki kekuatan untuk memisahkan bukan menyatukan. Aishh Mama bikin Lian pusing aja sih!" keluh Lian sembari berjalan mondar-mandir.
"Apa? Memisahkan? Wah bagus tuh!" seru Mama Lian tiba-tiba.
"Maksud Mama? Ma, toko kita dalam bahaya, Ma!" keluh Lian geregetan.
"Ssttt sudah, sudah! Toko kita bakalan aman. Kan kalau dia dengan pasangannya putus, berarti mereka memang gak jodoh! Dan siapa tahu, kalau jodohnya itu kamu! Ah betapa bahagianya Mama memiliki menantu tajir!" seru Mama Lian sembari tertawa puas.
"Aishh Mama gak ngerti! Mama gak ngerti bahayanya, Ma, karena Mama belum pernah ke dunia sihir!" pekik Lian frustasi.
"Maksud kamu bicara seperti itu sama Mama apa? Memang Mama akui, Mama gak punya keistimewaan seperti kamu yang bisa ke dunia sihir. Bahkan, Mama sudah meminta Oma kamu buat ngajarin, tapi buktinya, Mama tetep terlahir sebagai manusia biasa. Beruntung, kamu masih bisa ke sana, jadi, kita bisa sedikit punya penghasilan dari dunia sihir itu!" ketus Mama Lian. Mendengar hal itu, Lian tampak menghela napasnya.
"Iya, iya, terserah Mama. Aku lagi pusing sekarang," keluh Lian sembari mendudukkan dirinya ke kursi.
"Ya sudah kalau begitu, Mama mau pulang dulu," cetus Mama Lian sembari berjalan keluar dari toko.
Lian menatap punggung mamanya yang semakin lama, semakin menjauh darinya. Lian pun sontak menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.
"Semoga kekuatan berliannya tidak berfungsi!" lirih Lian penuh harap.
Saat Lian sedang meratapi nasibnya, secara tiba-tiba, ponsel yang ia kantongi di saku celananya bergetar. Tanpa pikir panjang, Lian pun segera mengangkat telepon itu, ketimbang harus terganggu oleh nada getar yang dihasilkan oleh ponselnya.
"Halo, Feli, ada apa?" tanya Lian.
"Oh oke, nanti sore gue ke sana! Bye, gue mau jaga toko berlian gue dulu!" seru Lian sembari mengakhiri teleponnya dengan Feli.
***
Sore harinya….
Lian keluar dari taksi yang ditumpanginya. Sesaat kemudian, Lian membalikkan badan. Menatap lekat nama kafe yang akan dimasukinya tersebut.
"Kayaknya bener, Feli nyuruh gue ke sini," cetus Lian.
Dengan langkah mantap, Lian pun mulai menginjakkan kakinya pada lantai keramik kafe tersebut. Baru saja Lian sampai di ambang pintu, seseorang meneriakkan namanya. Dengan cepat, Lian pun menolehkan pandangannya ke kanan dan kiri, mencari pemilik suara yang tadi meneriakkan namanya tersebut.
"LIANNN SINIIII!" Terdengar teriakan satu kali lagi.
Sontak saja, Lian melambaikan tangannya ke arah orang yang memanggilnya. Kemudian, Lian pun mulai berjalan menghampiri seseorang yang telah memanggil namanya berulang kali tersebut.
"Feli, lo sendirian?" tanya Lian bingung ketika melihat Feli hanya duduk sendirian.
"Iya, tuh si Andra belum datang, kejebak macet katanya," cetus Feli. Mendengar hal itu, Lian pun langsung mengangguk-anggukkan kepalanya sembari mendudukkan diri di atas kursi. Sesaat kemudian, Lian menatap lekat Feli yang saat ini sedang berhadapan dengannya.
"Gimana? Khasiat berlian gue cucok meong kan?" Lian menaik-turunkan kedua alisnya. Mendengar hal itu, sontak saja, Feli langsung mengacungkan kedua jempolnya.
"Keren parah, Lian! Lo tahu gak? Tadi pagi, yang ngajak gue baikan malah Andra dulu. Bayangin deh, dia malah minta maaf karena udah gak percaya sama gue. Gue pun langsung minta maaf juga sama Andra, rasanya kek kehipnotis gitu, gue seperti disuruh flashback dan menyadari kesalahan-kesalahan gue. Gue gak tahu itu kekuatan apa, yang pasti, gue yakin kalau itu semua berkat kekuatan berlian elo. Makasih ya, Lian!" ujar Feli sembari memeluk Lian.
"Iya-iya, gue juga ikut seneng kok kalau lo seneng. Berarti, lo gak kapok dong beli berlian gue?" Lian menaikkan sebelah alisnya.
"Enggak! Malahan gue berencana promotin berlian lo ke sosial media gue! Itung-itung kan, sebagai tanda terima kasih gue gitu," cetus Feli. Mendengar hal itu, mata Lian pun langsung berbinar-binar.
"Makasih, Feli! Ah seneng deh dipromotin sama elo. Secara, followers lo kan banyak, sepuluh kali lipat ketimbang followers gue hahaha!" seru Lian.
"Santai. Sekarang lo menyadari daya tarik gue kan, Li? Udah cantik, baik, setia lagi. Duh, betapa baiknya diri gue!" seru Feli membanggakan dirinya sendiri.
"Cih, dasar! Sia-sia gue muji lo, Fel!" ceplos Lian.
"Oh iya, kita mau pesen makanan kapan?" tanya Lian sembari menatap Feli dengan tatapan memelas.
"Gue udah laper nih," sambung Lian.
"Aduh bentar ya, gimana dong, ayang beb gue belum datang, entar kalau pesenan gue dikeluarin sekarang, yang ada pas ayang beb ke sini, tuh makanan udah abis lagi lo embat!" keluh Feli.
"Ya elah, gitu amat sih lo sama sahabat sendiri! Iya, iya, gue tunggu, walaupun gue udah keburu kelaperan, tapi gue berusaha ikhlas nunggu buat sahabat gue tercinta deh," sahut Lian. Setelahnya, Feli pun menunjukkan cengiran lebarnya.
Sekitar lima menit kemudian, Andra, pacar Feli datang menghampiri meja yang ditempati Lian dan Feli. Namun, ada seorang laki-laki yang juga berada di samping Andra. Andra memutuskan untuk duduk di samping Feli, sementara laki-laki yang bersama Andra, kini duduk di samping Lian.
"Lian, ayang beb Feli, kenalin, dia Alka. Temen band gue. Walaupun dia di jurusan seni, dia udah sering ikut ngurus perusahaan milik keluarganya loh," cetus Andra.
"Apa? Wah hebat ya!" seru Feli.
"Iya, apalagi kalau ayahnya Alka lagi sibuk di perusahan cabang yang letaknya di luar kota dan gak bisa meeting bareng client, Alka yang bakal gantiin. Gini-gini, dia hebat tau, multitalenta!" seru Andra.
"Tapi masih hebatan ayang beb sih," cetus Feli sembari mencubit pipi Andra pelan.
"Ah ayang beb bisa aja sih," sahut Andra dengan nada yang sama manjanya dengan Feli.
Melihat pemandangan memuakkan yang tersaji di depannya, Lian dan Alka sontak melemparkan pandangannya ke satu sama lain.