Tentu saja, hati Lian menjadi tidak menentu. Bagaimana jika Lian sampai benar dilaporkan ke polisi? Ah, masa cuma gara-gara salah numpahin ramuan, Lian harus mendekam di balik jeruji besi sih!
Lian mencoba berpikir keras. Ia tidak mau jika Alka sampai melaporkannya ke polisi, tetapi, semakin dipaksa untuk berpikir, jalan pikiran Lian malah semakin menyentuh ujung. Buntulah sudah.
"Oke, oke, gue bakal cari cara gimana caranya supaya balikin lo sama pacar lo, tapi jangan laporin gue ke polisi!" putus Lian. Sosok yang kini berada di hadapannya itu mengangguk pelan.
"Ya udah, ayo!" cetus Alka. Mendengar hal itu, Lian langsung mengerutkan keningnya.
"Ayo kemana?" tanya Lian bingung.
"Ya ke tempat di mana penawar itu berada, memangnya mau kemana lagi!" sahut Alka dengan penuh rasa kesal. Sontak saja, tubuh Lian melemas.
"Ya masa sekarang! Sekarang mah gue belum nemu penawarnya!" keluh Lian. Namun, cowok di sampingnya malah melemparkan tatapan tajamnya, setajam ujung panah yang baru dibeli.
"Lo mau mencoba menipu gue ya? Gue gak suka ya kalau lo main-main sama gue! Gue bisa lebih sadis tahu!" pekik Alka. Mendengar ancaman dari Alka, membuat Lian menghela napasnya.
"Gue gak main-main, tapi gue juga belum tahu gimana caranya ngembaliin sihir itu. Harusnya lo tuh ngerti!" keluh Lian sembari mengerucutkan bibirnya.
"Heh lo gak usah sok bertingkah imut di depan gue ya, kalau cewek gue mah imut gemesin, kalau lo malah bikin eneg dan ilfeel!" tandas Alka.
"Cih, emang gue imut dari lahir kok! Udah deh, mending lo balik aja dulu. Besok, lo balik lagi ke sini, biarin gue tenang sehingga dapat berpikir jernih!" usul Lian. Sontak saja, Alka memutar bola matanya malas.
"Emangnya kenapa kalau gue di sini? Time is money, waktu gue itu berharga ya, jangan buang-buang waktu gue cuma buat ngurusin masalah kayak gini doang!" ketus Alka.
"Ih lo berisik banget sih! Udah sana, lo pergi aja dari sini! Kalau lo terus-terusan di sini, pikiran gue tuh kayak diobok-obok mulu sama lo! Gue jadinya gak bisa mikir! Paham? Pergi ya, cepet pergi!" pekik Lian.
"Apaan sih lo, seumur-umur baru kali ini gue diusir sama orang! Oke, gue pergi, dan gue gak mau tahu, pokoknya besok, lo harus bisa nemuin caranya!" cetus Alka sembari berjalan meninggalkan Lian.
Melihat punggung Alka yang ikan menjauh, Lian pun sontak menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Jujur saja, ia merasa frustasi. Bagaimana mungkin, ia bisa menemukan penawar dari kekuatan berlian? Bahkan selama ini, Oma belum pernah mengajari Lian bagaimana cara menangkal kekuatan ramuan yang dibuatnya.
"Aduh, gue harus gimana? Ya kali gue gelar papan ouija buat manggil arwah Oma! Aaaargghhh gue harus gimana?!" keluh Lian.
Saat ia berada di ambang frustasi, tiba-tiba saja, ia teringat akan sesuatu. Lian pun segera mengambil ponselnya dari dalam tote bag, kemudian mencari sebuah nomor dalam deretan kontaknya. Setelahnya, ia mencoba menelepon orang tersebut.
TUT! TUT! TUT!
Namun, yang ada malah teleponnya tidak dimatikan. Lian pun menghela napasnya, kemudian mencoba untuk mengetikkan sebuah pesan ke nomor tersebut.
"Alva, tolong temui gue di Kafe Gegana dekat kampus kita, please! Tolongin gue, ini urgent parah!"
Setelahnya, Lian mengetukkan jarinya ke tombol kirim. Langsung saja, Lian menatap roomchat itu dengan penuh harap. Semoga, Alva cepat membaca pesannya, sehingga Lian bisa memikirkan cara untuk mencari penawar kekuatan berlian tersebut.
***
Satu jam telah berlalu. Kini, Lian dengan mata setengah merem itu masih sibuk memandangi pesan dari Alva.
"Oke. Ketemu di Kafe Gegana ya, gue otw!"
Mata Lian langsung terbuka lebar. Buru-buru ia berlari ke arah pintu, untuk menutup tokonya. Biarlah toko tutup lebih awal, ketimbang Lian nantinya malah kena skandal atas kasus penyebaran hoax.
Setelah menutup tokonya, ia pun mencegat sebuah taksi yang kebetulan lewat di depan tokonya.
***
Di Kafe Gegana.
Lian bisa melihat figur Alva dari ambang pintu kafe. Tanpa pikir panjang, Lian pun segera berjalan cepat menghampiri meja Alva. Setelahnya, Lian meletakkan tote bag miliknya ke sebuah kursi, kemudian duduk berhadapan dengan Alva.
Lian melipat tangannya di atas meja. Kemudian, ditatapnya Alva lekat-lekat.
"Gue mau tanya sesuatu ke elo, Alva!" cetus Lian. Mendengar hal itu, Alva pun langsung terbatuk pelan.
"Kita pesen makanan atau minuman dulu ya? Gak enak, kalau kita ngobrol tapi belum pesen makanan," usul Alva. Lian hanya menghela napas pasrah.
"Ya udah. Gue pesen makanan yang sama dengan makanan yang lo pesen," cetus Lian. Alva pun seketika menganggukkan kepalanya.
Sesaat kemudian, Alva mengangkat tangannya sembari memanggil seorang pelayan yang berdiri di dekat lobby kafe. Setelah dipanggil oleh Alva, gadis pelayan itu pun langsung datang menghampiri meja Lian dan Alva sembari membawa sebuah buku menu.
Setelah asyik membolak-balikkan buku menu, Alva lantas memutuskan untuk memesan.
"Beef steak special-nya dua, sama milkshake cokelat satu, dan milkshake vanilla satu. Jangan dicepetin ya, Mbak, santai aja masaknya hehehe," cetus Alva sembari mengedipkan matanya.
"Ah, baik, Mas! Dua beef steak special, satu milkshake cokelat dan satu milkshake vanilla. Silakan ditunggu pesanannya!" seru gadis pelayan itu kemudian berjalan pergi meninggalkan Lian dan Alva.
"Tuh, udah gue suruh masaknya dilama-lamain. Emangnya lo mau bahas apaan sama gue?" tanya Alva. Mendengar hal itu, Lian pun terbatuk pelan.
"Sebenarnya, gue mau tanya sama elo. Waktu itu, gue salah numpahin ramuan kuning ke berlian merah. Jadi, orang yang waktu itu beli berlian merah ke gue, dengan harapan ingin mempererat hubungannya, sekarang malah kandas. Gue bingung. Pelanggan gue nuntut ke gue, buat balikin keadaan seperti semula. Namun, gue juga bingung sekarang mau berbuat gimana!" keluh Lian sembari memasang wajah lesu.
"Jadi, maksud lo, lo pengen cari penawar dari ramuan yang lo buat? Lah gimana caranya?" tanya Alva.
"Ya elah malah balik tanya lo, Al! Gue ke sini tuh pengen minta solusi sama lo, bukan buat menjawab pertanyaan yang gue ajukan sendiri!" keluh Lian dengan penuh rasa gemas. Setelah mendengarnya, Alva pun langsung menggaruk tengkuk yang sama sekali tidak gatal.
"Emm kalau sekarang, gue belum bisa jawab, Li. Mungkin, nyokap gue bisa jawab pertanyaan elo," cetus Alva. Sontak saja, sorot mata Lian menjadi berbinar-binar.
"Nyokap lo juga dari dunia sihir, Al? Wah, bagus! Please, Al, tanyain solusinya ke nyokap lo ya, please!" pinta Lian. Alva pun sontak mengulas senyumnya.
"Iya, gue tanyain. Eh by the way, emangnya kalau lo gak nemuin solusinya, konsekuensinya apa?" tanya Alva sembari menaikkan sebelah alisnya. Mendengar hal itu, Lian lantas menghela napasnya.
"Gue bakal dilaporin polisi dan dipidana atas kasus penyebaran hoax dan penipuan. Sebenarnya gue sih lebih takut kalau citra toko berlian gue rusak, secara, toko berlian kan penghasilan gue satu-satunya, Al," keluh Lian sembari menundukkan wajahnya.