Chereads / LOVE IN DIAMOND SALES / Chapter 14 - 14. Jaga Jarak

Chapter 14 - 14. Jaga Jarak

"LIAN! BANGUN! ADA YANG NYARI KAMU!"

Suara Mama Lian sukses mengambil alih jiwa Lian dari dalam dunia mimpinya. Sontak saja, Lian mendudukkan dirinya di atas kasur dengan napas tersengal-sengal.

"Padahal dikit lagi, Alva sukses nyematin cincin itu di jari gue! Ah, Mama, ngagetin aja! Yak di dunia nyata maupun dunia mimpi, kenapa sih gue gak bisa bersatu dengan orang bernama Alva itu!" keluh Lian kesal sembari menjejak-jejakkan kakinya ke area kasur.

Lian pun dengan penuh rasa malas, mulai menurunkan kakinya dari atas kasur. Seperti biasa, ia akan mencari sepasang sendal berbulu boneka yang lembut untuk membuat kakinya terasa lebih hangat.

Setelah sukses menyeimbangkan antara jiwa dan raganya, ia pun memutuskan untuk melangkahkan kakinya keluar dari kamar ternyamannya itu.

Sesaat kemudian, Lian sudah berada di dekat pintu. Dengan cepat, Lian membuka pintu yang terbuat dari kayu itu dengan dipenuhi kalimat sumpah serapah.

"Siapa sih yang bertamu ke rumah gue pagi-pagi gini! Mau apa lo cari-cari gue hah! Mau gelud?!" pekik Lian sembari mengacak rambutnya.

"Gue ke sini mau nagih obat penawar dari berlian kutukan itu ya!" semprot sosok di hadapan Lian.

Lian lantas mengerjapkan matanya berkali-kali. Dilihatnya, sosok itu dari ujung kaki hingga ke ujung rambut.

"A-Alka!" seru Lian kaget.

"Apa? Berani sekali lo marah-marahin gue! Harusnya gue yang berhak marah, kenapa malah lo yang jadinya marahin gue hah?!" pekik Alka, si pembeli berlian dengan ramuan yang salah.

"Ah iya, iya, maaf. Lagian, sensi amat sih lo jadi cowok!" keluh Lian.

"Gue gak mau ribut ya sama lo, mana penawar itu? Gue udah eneg liat pacar gue mesra-mesraan sama cowok barunya itu ya!" pekik Alka. Mendengar hal itu, Lian pun lantas menghela napasnya.

"Ah brisik! Ya udah, lo balik dulu gih ke rumah. Gue lagi usaha nyari penawarnya! Dan jangan pernah lo cari-cari gue lagi sebelum gue nyari elo. Kalau gue belum nyari lo, tandanya gue baru usaha nyari penawarnya! Paham?!" sentak Lian sembari berjalan masuk ke dalam rumah.

Dengan gerakan cepat, Lian pun mulai menutup pintu rumahnya, tetapi, sialnya Alka bisa menahan pintu rumah Lian agar tidak tertutup.

"Lo mau kabur ya? Wah gak bisa gue biarin! Gue gak akan kasih lo space sedikit pun untuk kabur dari gue! Dasar penghancur rumah tangga orang!" pekik Alka. Mendengar hal itu, sontak Lian berkacak pinggang di hadapan Alka.

"Enak aja, perusak rumah tangga orang apaan! Lo dan pacar lo itu belum nikah, gak usah pakai acara rumah tangga, rumah tanggaan segala!" keluh Lian tidak terima.

"Ah masa bodo! Gue mau, secepatnya elo kasih penawarnya ke gue! Atau gue, bakal teror lo setiap detik untuk nagih penawar itu!" pekik Alka.

"Wah, wah, mulai kelihatan nih sisi jahat lo. Terserah lo deh, terserah!" pekik Lian sembari berjalan masuk ke dalam rumah.

Dengan cepat, Alka berjalan membuntuti Lian. Hingga sampailah mereka di kamar Lian. Lian menyuruh Alka untuk duduk di kursi meja riasnya.

"Dah, lo duduk di kursi yang biasa gue pakai untuk dandan aja! Gue mau pergi ke suatu tempat!" cetus Lian.

"Ke suatu tempat? Mau kabur kemana lagi lo?" tanya Alka curiga.

"Nyari obat penawar buat menangkal kekuatan berlian lo itulah! Kenapa? Lo gak boleh ikut ya!" sentak Lian.

"Kenapa? Kenapa gue gak boleh ikut? Gue kan juga pengen ikutan nyari obat penawarnya itu! Lagipula, gue juga pengen ngawasin lo supaya lo bener-bener menjalankan tugas lo untuk mencari obat penawarnya! Gue curiga kalau lo bakal kabur!" tuduh Alka. Tentu saja, hal itu membuat Lian memutar bola matanya malas.

"Ah elah, gue juga bukan orang yang punya banyak duit! Kalau gue kabur, mau kabur kemana emangnya? Ke kolong jembatan? Atau ke rel kereta api hah?!" sahut Lian kesal.

"Ya tetap gak percaya!" sahut Alka sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ah terserah lo! Lagian kalau mau ikut, ayo, ikut! Lagipula lo juga gak bakalan bisa masuk ke dunia gue!" ceplos Lian.

Lian pun lantas meletakkan telapak tangannya ke arah dinding. Bibirnya seperti mengucapkan sebuah mantra. Lima menit kemudian, terbentuklah sebuah portal berwarna putih tepat di hadapan Lian.

"Eh pintu apa itu? Eh lo mau kemana?" tanya Alka ketika melihat Lian berjalan masuk ke dalam portal.

"Wah jangan-jangan, ini kek di acara sulap-sulap gitu! Habis itu, orangnya pindah tempat! Wah gue bisa baca siasat lo, Lian! Gak akan pernah gue biarin lo melarikan diri dari masalah yang lo buat!" pekik Alka.

Alka dengan cepat berlari menembus portal putih tersebut. Setelahnya, Alka malah dikejutkan dengan sebuah tempat aneh.

"Ini di mana? Kok auranya serem gini sih?" keluh Alka.

Alka mengedarkan pandangannya. Hingga akhirnya, pandangannya terhenti pada sebuah pintu yang terbuat dari kayu.

"Pasti cewek rese itu ada di balik pintu itu!" pikir Alka.

Alka lantas melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu.

CEKITTT!

Lagi-lagi, pintu berderit saat sedang dibuka. Alka kembali mengedarkan pandangannya. Beruntung, ia bisa melihat sosok wanita berjalan tidak jauh dari Alka.

"Lian!" seru Alka.

Sontak saja, sosok itu membalikkan badannya. Raut wajahnya, tampak terkejut ketika melihat Alka sedang berlari ke arahnya.

"A-Alka! Kok lo bisa di sini sih?!" pekik Lian.

Alka lantas menghentikan langkah kakinya tepat di hadapan Lian. Tercetak sebuah senyuman miring di wajahnya, membuat Lian melemparkan tatapan curiga kepada Alka.

"Jangan bilang, lo penyihir jahat ya? Ngakuuu!" tuduh Lian sembari meloncat mundur menjauhi Alka. Mendengar hal itu, Alka malah membelalakkan matanya.

"Penyihir jahat apaan! Justru gue curiga kalau lo itu penyihir jahat seperti di film-film! Lihat tuh pakaian lo! Wah nenek sihir!" ceplos Alka sembari menunjukkan jarinya ke arah jubah yang dikenakan Lian.

"Enak aja, gue bukan nenek sihir!" pekik Lian tidak terima.

"Justru gue curiga sama lo, lo kan manusia biasa, kenapa bisa masuk ke dalam dunia sihir? Kalau lo penyihir, kenapa pakaian lo gak kayak gue?" tanya Lian curiga.

"Atau lo sebenarnya penyihir jahat yang sedang nyamar jadi manusia? Iya?" tuduh Lian. Mendengar hal itu, sontak saja, Alka menggelengkan kepalanya.

"Sembarangan kalau ngomong! Gue manusia biasa!" tegas Alka.

"Dahlah, lo mau kemana sekarang? Katanya lo mau nyari penawar kan? Ya udah, yuk, gue temenin!" cetus Alka. Sontak saja, Lian menggelengkan kepalanya.

"Gak! Gue gak akan biarin penyihir jahat ngikutin gue ke bukit berlian!" keluh Lian. Setelah mendengar penuturan Lian, Alka seketika berkacak pinggang.

"Oh lo mau melarikan diri ke bukit itu? Enak aja! Gue bakal ikutin kemana pun lo pergi! Gue gak akan biarin lo kabur gitu aja, setelah lo merusak kehidupan percintaan gue!" pekik Alka.

Lian pun sontak memutar bola matanya malas. Ia sungguh bingung ingin berbuat apa. Jujur saja, Lian ingin mengusir Alka dari tempat ini, tetapi Alka sungguh-sungguh tidak ingin melepaskan Lian.

"Oke, lo boleh ikuti gue, tapi lo harus jaga jarak satu meter sama gue! Kalau lo melanggar peraturan, maka gue berhak buat nyuruh lo pergi dari tempat ini!" pekik Lian. Alka tampak mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Oke, satu meter!" sahut Alka.