Haisha sengaja menggulung rambutnya ke atas, matanya terpejam dengan wajah berpaling ke segala arah selain bawah.
Ada Fahri di sana,
Mengetahui bekas gigitan itu masih memerah dan mengeluarkan cairan bening, Fahri meminta Haisha menunggunya mandi sebentar, lalu pria itu bergegas menumpuk bantal ke pangkuan Haisha yang duduk bersandar pada bahu ranjang dengan kedua kaki lurus.
Bantal yang tertumpuk di sana membuat jarak wajah Fahri dan dada Haisha sangat dekat.
Fahri akui malu dan gila, dia tidak pernah seperti ini lagi pada Meri setelah menginjak usia tiga tahun.
Tapi, hatinya mengatakan dia harus mencari cara lain agar Haisha tidak menahan sakit lagi semalaman, ringisan lirih gadis itu mencubit hatinya juga, ini salahnya.
Dari pergerakan hati sampai pada jemari yang lincah mencari tambahan informasi, siapa lagi yang pada akhirnya Fahri andalkan kalau bukan Meri-ibu kandungnya sendiri yang pasti juga pernah mengalami hal seperti ini.